"Teruntuk dia yang ada dalam gemuruh porak porandanya padang pasir dan kisahnya, teruntuk seseorang yang melabuhkan perasaan dan melangitkan doanya dalam sebuah peradaban bumi para nabi. Aku hanyalah seseorang yang berusaha menjadi Kartini untuk menegakkan keadilan bagi perempuan dan menjunjung tinggi kedamaian di dunia. Aku tak memiliki banyak kekuasaan, karena aku bukan termasuk sederet perempuan sempurna Mesir dengan segala pesonanya. Aku bukan Cleopatra."
-Zhafira Aisyah Farida-
*
*
*"Barang di jalur Utara Gaza sudah diambil?" tanya Fazia saat menatap Yusuf yang kini duduk di salah satu kursi di sepanjang lorong rumah sakit.
Yusuf mengangguk pelan dengan tatapan gelisah yang tampak jelas dalam tatapan tajamnya. Tidak ada senyuman sedikit pun yang mampu ia ukir di antara bibir indahnya. Tasbih mulianya ia genggam dengan eratnya. Lantas ia menunduk lesu seakan ada perasaan bersalah yang teramat sangat dalam benaknya yang mampu menusuk relung dadanya yang telah kacau.
"Zhafira tetap berpendirian dengan prinsipnya. Jika tujuan dia mengambil barang itu, maka ia tetap memutuskan untuk mengambilnya dalam keadaan yang sudah sangat kacau," gumamnya.
"Zhafira adalah perempuan yang kuat, Yusuf. Dia pasti baik-baik saja."
"Apa terlambat jika aku mengatakan sesuatu saat ini?"
"Apa itu?"
"Jangan mengharapkanku lagi, Fazia."
Langit seakan runtuh tepat di atas kepala Fazia kala ini. Tatapan gusar tampak begitu terlihat jelas dari mata tajam perempuan itu walaupun wajah indahnya tertutup cadar mulianya yang memeluk erat marwahnya. Lantas perempuan itu menunduk pelan dengan tatapan yang mulai melembut walau pun tampak ada buliran air mata yang menghiasi pelupuk indah mata tajamnya.
"Aku tau kok bahwa ini akan terjadi," gumam Fazia menunduk.
"Aku hanya merasa, sudah saatnya aku memutuskan segalanya."
Fazia mengangguk pasti seakan ia telah mengikhlaskan segalanya walau pun ia tau bahwa perasaannya hancur.
"Yusuf!" teriak Fariza yang berjalan cepat ke arahnya bersama dengan para sahabatnya yang lain di belakangnya. "Dimana Zhafira dan abang kamu?"
"Mereka sedang di tangani di dalam."
"Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Dhaniya khawatir.
"Zhafira dan bang Zaidan memutuskan untuk menyelamatkan anak-anak di reruntuhan saat bom mulai berdatangan."
"Astagfirullahaladzim," gumam Shafa terkejut.
"Lalu bagaimana keadaan mereka?" sahut Raifa.
"Faris tadi menghubungiku saat sedang Talaqi bersama Aisyah. Jadi kami segera datang dan mengamankan. Bang Zaidan hanya mengalami beberapa luka akibat tergores reruntuhan. Sedangkan Zhafira, kakinya sempat tertimpa reruntuhan."
"Ya Tuhan, dia pasti baik-baik saja kan?" tanya Abigail dengan suara yang bergetar ketakutan.
Yusuf mengangkat pandangannya dan menatap Abigail dengan senyuman tipisnya yang indah. "Dia akan baik-baik saja."

KAMU SEDANG MEMBACA
She Is not Cleopatra
Любовные романы"Ketahuilah, apapun yang menjadikanmu tergetar, itulah yang terbaik untukmu! Dan karena itulah, kalbu seorang pencinta-Nya lebih besar daripada Singgasana-Nya."-Rumi ----- "Tuhan sedang menarikmu menuju apa yang menjadi rencana-Nya," ucapan itu memb...