Ilham Cinta

16 2 0
                                    

"Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang, maka Allah timpahkan ke kamu pedihnya sebuah pengharapan. Supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya."


-Imam Syafi'i-

*
*
*

(Tareem, Yaman)

Pagi itu begitu syahdu kala sang penyandang nama itu masih berdiam diri di sebuah masjid dengan tasbih yang terus bergulir tiada henti di antara jemarinya. Beberapa orang di sekitarnya nampaknya tengah mengkaji kitab suci di hadapannya bersama dengan salah satu guru besar yang tampak begitu mulia. Tatapan tajamnya menatap dengan lekat Al-Qur'an di hadapannya, namun pikirannya tengah bepergian entah kemana. Benaknya tak berhenti bermunajad dan berdzikir untuk segala hal.

"نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ اَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ هٰذَا الْقُرْاٰنَۖ وَاِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهٖ لَمِنَ الْغٰفِلِيْنَ()"

Lantunan ayat itu berhasil membuatnya kembali pada kenyataan di sekitarnya. Ia menatap lekat seorang anak laki-laki berusia sekitar 14 tahun tengah melantunkan Al-Qur'an begitu indahnya di sebelah sang guru.

"اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ()"

Sesaat mata Yusuf kembali memanas kala lantunan itu terdengar semakin dalam di telinganya hingga menyebabkan dadanya terasa sesak. Tetes demi tetes air mata mulai membasahi indah pancaran wajahnya nan berseri. Bulir tasbih terus bergulir bersamaan dengan benak sang penyandang nama yang terus berdzikir tiada henti.

"قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا ۗاِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ()"

Bulir air mata itu seakan semakin deras membasahi wajahnya kala ia merasakan sakitnya penahanan dirinya akan menjaga marwah seorang perempuan. Sakit yang tiada pernah ia rasakan kala dirinya harus menjaga hatinya agar senantiasa bermunajad.

"وَكَذٰلِكَ يَجْتَبِيْكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَعَلٰٓى اٰلِ يَعْقُوْبَ كَمَآ اَتَمَّهَا عَلٰٓى اَبَوَيْكَ مِنْ قَبْلُ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْحٰقَۗ اِنَّ رَبَّكَ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ()"

"خلص يا احمد!"

Pintah sang guru lembut kala menatap salah satu muridnya yang tengah menahan pedihnya perasaan duniawi yang berusaha ia jaga mati-matian demi menggenggam erat syari'at dalam hatinya.

"لبيك شيخ."

Balas anak laki-laki tampan bernama Ahmad tersebut. Suara hujan kembali terdengar begitu lirihnya saat mereka tengah berada dalam sebuah majilis ilmu yang luar biasa syahdu. Syeikh Ja'far mulai beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke sebuah mihrab masjid lantas kembali dengan segelas air yang beliau suguhkan di hadapan sang musafir cinta.

She Is not CleopatraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang