Bahasa Kalbu

12 3 0
                                    

"Sufi adalah seorang lelaki atau seorang perempuan yang telah patah hati terhadap dunia."

-Rumi-


*
*
*

Fazia terdiam, tangannya dengan penuh kelembutan menyiapkan beberapa beras yang akan dia dan yang lainnya masak. Sesekali angin bersemilir menghembus khimar dan cadar kesuciannya kala langit masih terlihat gelap di tengah nuansa fajar. Sesekali mata tajamnya menatap indahnya kumpulan manusia dari berbagai etnis, suku, ras, dan budaya tengah berjama'ah di salah satu post yang dijadikan sebagai mushola darurat kami bersama warga Palestina yang masih tinggal di sekitar post. Sejenak ia terdiam mendengarkan lantunan indah sang imam yang ia sangat kenali.

"Masyaallah, indah sekali lantunannya," gumam Dhaniya kala berjalan mendekati Fazia sembari menatap ke arah sang imam.

"Dia memang tak pernah berubah dengan segala kesempurnaannya," gumam Fazia pelan.

"Siapa yang kamu maksud? Yusuf?"

Fazia menunduk tersipu di balik cadar mulianya yang membuat Dhaniya harus menguatkan mentalnya lagi dan lagi.

"Dimana Zhafira?" tanyanya.

"Sedang shalat shubuh berjama'ah bersama mereka."

Dhaniya mengangguk mengerti kala matanya sesekali menatap punggung sang imam yang begitu tegap dengan segala keindahannya.

"Kamu pernah dijodohkan sama Yusuf kala itu, tapi kenapa perjodohan kalian batal dan beralih ke Zhafira?" tanya Dhaniya sembari menatap Fazia dan membantunya mencuci beras.

Terdengar helaan napas Fazia kala sosok itu semakin menunduk dengan santunnya. Guratan penuh kekaguman semakin terlihat jelas dari tajamnya tatapanya yang juga menandakan besarnya rasa khawatir dan kecewa yang menjadi wakil dari jawaban di matanya.

"Yusuf menolaknya," gumam Fazia pelan.

"Menolak? Tapi kenapa?"

"Kami sempat bertemu sekali saat Zhafira masih dijodohkan dengan Zaidan, aku sudah mengaguminya sejak saat itu. Kami sempat mengobrol juga waktu itu dan aku rasa ada banyak kecocokan di antara kami. Tapi saat Zaidan menikah dengan Fariza, dia membatalkan semua perjodohannya denganku. Aku tidak tau apa alasannya tapi dia bilang ada ketidak cocokan di antara kami."

"Bagaimana bisa? Padahal Zhafira justru memberikan banyak syarat yang bagaimana bisa disetujui seorang Yusuf Althaf?"

"Yusuf yang tau jawabannya Dhaniya. Tanyakan padanya. Aku juga ingin tau jawabannya."

"Dan kamu masih mengejarnya Fa?"

"Aku tau ini gila, tapi sebagaimana pun diriku mengagumi orang lain, Yusuf selalu menjadi prioritas dalam doaku."

"Walau pun kamu sudah ditolak olehnya?"

"Aku tetap memercayai Kun Fayakun Allah."

"Kamu benar," ucapan Dhaniya terdengar menenangkan dengan indahnya senyuman yang menghiasi wajahnya. "Aku tak ingin ada perpecahan di antara kita karena seseorang. Setelah Askara, mungkin itu bisa saja terjadi saat ada Yusuf di antara kita. Tapi sepertinya kita lebih memilih untuk tetap memendamnya."

She Is not CleopatraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang