Malam ini sangat indah walau hujan lebat dan petir menghantui sebagian masyarakat luar.
Mungkin dipengaruhi suasana hatiku yang berbunga-bunga.
Pasalnya hari ini Penyihir agung dan nyonya rumah kami yang elf pergi liburan berdua dalam artian kencan. Aku membiarkan mereka pergi tanpa kuganggu sama sekali, lagi pula Penyihir agung berjanji untuk tidak membawa adik baru saat pulang nanti.
Semua kekuasaan ku pegang selama mereka tidak ada dirumah, yang berarti aku bebas menggunakan laboraturium sihir yang selama ini di segel penyihir agung.
Ada berapa hal yang harus ku pelajari di sana.
Sebenarnya belakangan ini Zack sudah mulai menuliskan novel ke tiga Spring Love. Side story dari dua buku novel sebelumnya.
Sesuai perjanjian, Zack harus menuliskan akhir yang bahagia untukku.
Bagus bukan?
Tidak selamanya seorang antagonis berakhir mengenaskan.
Pukul 12.45
Di jam ini pasti semua penghuni rumah sudah tertidur lelap.
Dihadapan pintu besar ini aku, Javier dan Zack meringkuk seperti orang bodoh menatap lubang kunci.
Zack turun tangan memegang jepit rambut tipis dan menusuk-nusuk lubang kunci. Javier memandangi itu ragu.
"Penyihir agung tidak mungkin membiarkan ruang kesayangannya tanpa dijaga. Mungkin saja pintunya di kunci dengan sihir, atau pake jampi-jampi,"
Tapi perkataannya tidak terbukti. Pintu laboraturium ku buka sebesar-besarnya. Setidaknya dengan begini Javier tidak berkomentar lagi.
"Javier, penyihir agung pasti tahu aku akan memasuki tempat ini. Otomatis semua jampi-jampi dan sihir kutukan ia lepaskan sebelum semuanya mengenai diriku,"
Zack mengangkat alisnya. "He.... ayahmu sayang juga padamu,"
Aku tertawa kecil. "Aku tidak yakin kami punya hubungan normal seperti ayah dan anak perempuan pada umumnya. Jika aku terluka maka ibu bersikeras pulang dan meninggalkan kencan dengannya. Tentu saja ayah tidak mau itu terjadi,"
"Ho'oh, istri nomor satu, menara sihir dua, nomor tiga masalah-masalah lain, terakhir baru Rienra," jawab Javier menutup pintu.
Perkataannya memang tidak salah. Penyihir agung selalu merasa aku mengambil perhatian ibu.
Ayolah.... itu hal wajar. Aku ini anak yang dilahirkan wanita tercintanya itu.
Terkadang aku melihat penyihir agung bukan sebagai orang berwibawa dan berkarisma, tetapi hanya orang tolol yang mengemis cinta. Tidak jarang pun merasa kasihan pada ibu yang punya suami seperti itu.
"Biarkan itu jadi urusan Penyihir agung dan nyonya. Sekarang, apa yang kau ingin lakukan lakukan segera," kata Javier pada ku.
Aku tidak tahan untuk mendesis. Kenapa di yang perintah? Apa Javier tidak sadar aku orang yang ia layani?
Dasar bebegig.
"Kemarilah Zack, dekat-dekat,"
Zack yang penurut langsung berpindah ke belakangku dan menarik kecil jubahku.
"Hati-hati banyak barang tumpul dan tajam disini, jangan kenapa-napa. Kalau kau mati nanti yang repot nanti aku,"
Zack hanya mendecih.
Meski sudah diperintahkan untuk hati-hati si ceking ini seenak yang menyentuh alat-alat sihir.
Gara-gara bocah ini aku harus mengeluarkan mana hanya untuk menghapus jejaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Great Evil Sorceress Live (End)
SonstigesRienraline Varasia Zoro, tunangan putra mahkota kekaisaran Abaru dan putri tunggal pemilik menara sihir. Rienra adalah aku. Status ku tidaklah main-main. Ayahku penyihir agung, tunanganku pangeran mahkota atau lebih tepatnya, aku calon Ratu kekaisar...