"Kau hidup sendirian disini?" tanya Javier saat diajak berkeliling.
"Hm... penyihir agung sepertiku tidak butuh bantuan siapapun."
Rienra memimpin Javier melihat-lihat. Tempat itu juga menara, tapi bukan menara di Utara, melainkan di Yangsar. Tempat magis beserta monster berdarah panas.
"Sudah berapa lama sejak..." Javier mengatupkan bibir, tidak enak menyambung kalimat.
Rienra tersenyum tipis samar. "Sejak 'spring love winter flowers' berakhir maksudmu?"
Javier mengangguk. Dia penasaran apa yang terjadi pada temannya ini.
"Sudah duapuluh tahun."
Javier tidak terkejut mendengar itu, tapi terkejut melihat Rienra yang ringan membahas hal seram.
Rienra membuka pintu penghubung menara dengan rumah kaca magis kecil di halaman. "Banyak hal yang terjadi setelah adegan spring love berakhir." Rienra menarik Javier yang ragu-ragu keluar.
Rienra memakai sihir air menyirami bunga berkelopak hitam dengan putik emas. Bunga musim dingin yang Rienra usahakan tumbuh di Padang pasir dengan sihir.
"Setelah adegan berakhir, aku sudah hampir gila seutuhnya. Ditambah lagi para protagonis yang lepas dari adegan mulai datang kepadaku dan meminta maaf." Rienra mendengus. "Itu hal tertolol yang kudapatkan."
Javier duduk di tanah berumput hijau mendengarkan kisah spin of spring love yang tidak pernah tertoreh pada buku Zack.
"Aku kehilangan kekasihku, kehilangan mu, kehilangan status ku dimasyarakat karena dua protagonis bajingan, lalu tiba-tiba saja si cacing putih dan cacing pirang itu mendatangiku."
"Mereka meminta maaf dengan air mata mengalir dan mengemis di bawah kaki ku. Aku tahu mereka tidak bisa lepas dari adegan spring love, tapi kebencian ku terhadap mereka tidak bisa hilang hanya karena adegan berhenti."
"Caspian guguk itu membujukku dengan segala hal. Dia juga memberikan tatah emas kekaisaran pada ku karena rasa bersalah. Tapi apa gunanya? Orang yang kuinginkan diaatas sana sudah tidak ada."
Rienra terkekeh. Suara itu sangat perih didengar Javier. "Deon ku sudah tidak ada. Dengan siapa ku pimpin Abaru jika bukan dia?"
Javier menjilat bibirnya yang kering. "Jadi kau menolak tatah?"
Rienra menjawab tanpa menoleh. "Tentu saja." Tangannya merawat bunga winter flowers' dengan duri panjang dengan telaten. "Dia membujukku berulang kali. Sampai akhirnya dua tahun kemudian aku kelepasan."
Javier terkesiap. Mulutnya terbuka kecil. "Kelepasan?"
Rienra bergumam. "Hm... aku kelepasan mengutuk satu kekaisaran. Aku tidak terkendali waktu itu. Aku menggunakan semua mana ku dan butuh dua bulan sampai mananya kembali penuh."
Javier gemetar. Itu adalah dampak kekuatan Rienra yang marah besar, yaitu Dampak kutukan.
"Kutukan seperti apa?" tanya Javier.
Rienra masih di sana. Masih dengan tumbuhan merambat yang berduri tajam dengan bunga cantik bewarna hitam emas.
"Lihatlah di depan kita Javier!"
Javier mengerutkan dahi bingung. "Hanya Padang pasir kosong."
Hamparan Padang pasir yang membentang. Tidak terlihat apapun selain pasir.
Rienra menghela nafas. Jari telunjuknya menunjuk Padang pasir di depan. "Itu kekaisaran Abaru. Hanya berjarak 5 meter dari kebun ku dengan perbatasan Abaru dan Yangsar."
KAMU SEDANG MEMBACA
How Great Evil Sorceress Live (End)
SonstigesRienraline Varasia Zoro, tunangan putra mahkota kekaisaran Abaru dan putri tunggal pemilik menara sihir. Rienra adalah aku. Status ku tidaklah main-main. Ayahku penyihir agung, tunanganku pangeran mahkota atau lebih tepatnya, aku calon Ratu kekaisar...