Chapter 16. Pesta Teh

306 44 5
                                    

Perbincangan Lady Esen dan Javier tidak berlangsung lama. Javier yang ingin kucomblangkan langsung menarik diri pergi bersembunyi. Aku yakin tidak ada yang salah, tapi Javier bilang tidak ingin berpacaran.

Fix.
Dia gay.

Pemuda kesatria yang kuasuh pergi cepat menghindari percakapan.

Ck. Begigig.

Aku lebih setuju dia menikahi sumber uang dari pada menikahi lelaki lain.

"Rienra."

Caspian datang. Kepala pirang menyilaukan, memantulkan cahaya kelap-kelip pesta. Dia datang tanpa tahu malu habis selingkuh.

"Ratu mencari mu."

Dari banyak peristiwa, kenapa malapetaka, sang Ratu Katrin yang memanggilnya.

"Antarkan aku!" pintaku pada Caspian.

"Tentu saja aku yang mengantarmu, ibunda mencari kita berdua."

Dengan terpaksa aku menerima escort kepala pirang yang tersenyum manis. Meskipun senyum itu palsu, aku menerimanya, lagipula senyum cantikku juga palsu.

"Bagaimana dansa mu, menyenangkan?" tanya Caspian yang kuyakin bukan basa-basi.

"Ya, lumayan, aku tidak pernah berdansa dengan Deon sebelumnya, aku tidak tahu dia pandai berdansa." Pasang telinga baik-baik Caspian. Aku sedang memuji adik yang kau benci itu.

Mata Caspian berkedut. "Ini kali pertama aku melihatnya berdansa."

Aku melebarkan mata. "Serius?" Aneh... "Tapi dia pandai sekali."

"Hm... Dia pergi menimbulkan gosip dengan merayu tunangan kakaknya."

Ah.... Pemuda ini.
Terlalu banyak hal yang kuingin kucerca padanya. Tapi, akan kulakukan itu nanti.

Aku tertawa kecil. Masa bodoh dengan Caspian. "Entahlah... dia hanya datang menyelamatkan ku yang sendirian ditinggalkan tunangan yang pergi bersama gadis lain."

Kulihat wajah yang terus kalah itu kemudian menyeringai senang. "Jangan cari masalah jika selalu kalah denganku Caspian."

Aku tidak memandanginya lagi, tidak melihat wajahnya yang marah. Lagipula dia harus kubuat marah untuk menunjang klimaks novel berapa hari lagi, saat dia menampar dan mengumpatiku di tengah kerumunan pesta.

Yang pasti, menurut Spring Love, aku akan menangis meraung ditengah pesta.

Zack sialan!
Menangis dan meraung bukan gaya penyihir agung seperti ku.

"Salam Yang Mulia Ratu, Penyihir agung memberi salam."

"Hoho, senang bertemu mu dengan calon menantu. Kita lama tidak bertatap muka bukan?"

Ratu Katrin Livia Abaru. Gadis biasa yang menjadi seorang ratu karena merupakan penyihir putih. Dia juga mendukung penuh penurunan ku dari posisi putri mahkota dimasa depan. Berkat itu, kaisar langsung menurunkan aku tanpa pikir panjang karena sudah diancam sang penyihir putih.

Singkatnya, Ratu ialah musuhku yang lain.

"Maafkan saya Yang Mulia, pekerjaan saya banyak. Saya akan menyempatkan waktu lain dimasa depan."

Bohong.

Sibuk apanya. Aku hanya pergi bermain-main bersama Javier dan Zack. Tugas penyihir agung saja ku lepas di meja kerja.

Untuk apa aku bekerja kalau dimasa depan aku dimaki-maki para manusia yang kuhidupi. Tidak tahu diuntung!

"Aku tidak lihat Duke dan duchess Zoro. Dimana mereka, kita harus memberi salam."

How Great Evil Sorceress Live (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang