Javier mengunyah kue kering secara beringas. Masih kesal karena Sienna. "Buku ini penuh kesesatan."
Aku meringis, mengingat betapa bengkaknya mataku setelah membaca buku ini. Seingatku aku sempat deman seharian setalah membacanya.
"Akhir novel spring love: winter flowers berakhir buruk bagi kami semua." Kata Yve berdesis. Namun aku dan Javier mengernyit secara bersamaan.
"Kami." Ralat Javier. "Berakhir buruk untuk kami, bukan kau dasar figuran tanpa nama."
Aku manganguk membenarkan. "Yap. Barakhir buruk bagi kami, bukan kau. Kau tidak pernah muncul separagraf pun dalam buku."
Javier merangkul bahu ku, merasakan beban dunia pada bahu kami.
Sementara itu Yve memutar bola matanya. "Apapun itu kau tidak boleh berteman dengan nona Sienna dan Caspian. Dia alasan kalian mendapatkan akhir buruk."
Javier mendengus. "Kami orang jahatnya mereka. Kita antagonis untuk para protagonis."
Sementara penjahat utamanya saja Zack. Dia penulis jahat.
"Maaf."
Sienna mengulur tangan ingin mencapai buku bersampul biru namun Yve menghentikan tangan gadis berambut putih itu. "Jangan sentuh!"
Aku berdecak. Perkumpulan lima orang ini berat.
Aku, Javier, Zack, Yve, dan Sienna.
Kami kekuragan orang waras. Ck.
"Saya ingin melihat salah dimana." kata Sienna menarik tangan. Tangan putihnya menjadi kebiruan setelah di hadang Yve.
Javier mencibir. "Kau bernafaspun salah."
"HEH!!"
Javier mengangkat bahu dan membuang muka. Menyibukkan diri dengan makanan yang disia-siakan.
Sienna menjilat bibir. "Jika ini buruk. Saya bisa membantu anda sekalian."
Aku mengelus leher. "Bantu? Bagaimana?"
"Kami tidak persis seperti apa kau. Bagaimana kalau menghianati kami dan justru memberi kami beban. Cukup hanya aku yang meninggalkan pekerjaan asli ku dan bergabung disini. Jangan sampai kau menambah pekerjaan." Yve menambahi.
Aw. Sakit.
Sebagai orang yang menariknya tinggal di menara aku maresa bersalah karena Yve meninggalkan kehidupannya sebagai pencari nafka.
Sienna merunduk.
Kami berempat melihatnya yang tampak kasihan. Jelas. Karena kami mengeroyoknya bersama-sama. Sebagai perempuan, aku kasihan melihatnya. Tapi sisi setan ku membiarkannya menangis sendiri.
Edan memang.
Sienna berbicara. "Saya bisa menjadi rekan kalian."
"Tidak bisa." Javier menjawab.
"Kalian boleh memakaikan saya sumpah sihir."
Hal gila ini disetujui.
Yve langsung pergi bersenang-senang saat Sienna membaca sumpah sihir. Sumpah sihir yang mengikat jiwa dan apabila dilanggar maka taruhannya nyawa.
'Mana agung, harkat alam dan berkat, saya bersumpah akan menjadi rekan dan bakat hidup nona penyihir agung Zoro.'
Si Sienna justru bersumpah atas nama mana.
Aku seperti memperbudak dirinya.
Javier merinding. Pasalnya dia saja tidak mengucapkan sumpah sihir padaku padahal dia adalah kesatriaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Great Evil Sorceress Live (End)
RastgeleRienraline Varasia Zoro, tunangan putra mahkota kekaisaran Abaru dan putri tunggal pemilik menara sihir. Rienra adalah aku. Status ku tidaklah main-main. Ayahku penyihir agung, tunanganku pangeran mahkota atau lebih tepatnya, aku calon Ratu kekaisar...