Chapter 36. Fix

178 32 1
                                    


Saat ku bilang ini keuntungan karena melupakan yang terjadi hari yang lalu aku tidak bohong. Tapi pria yang menciumku ini sepertinya lupa kalau aku sakit.

Aku mendorong Deon dan menutup mulut ku dengan lengan. "Aku kotor, bajingan. Aku sakit empat hari."

Wajahku panas. Bukan karena demam pastinya, melainkan karena Deon yang kesenangan.

"Kau dimandikan tiap hari oleh pelayan, tenang saja." Senyum sejuta volt yang menyengat. "Kita lanjutkan lagi ya?"

Lenganku ditarik pelan dan dicium.

Dari manakah bakat manusia yang satu ini? Jangan-jangan kemampuan alami. Lihai sekali dia.

Malu sekali sekarang. Lebih baik berpasrah diri. "Jangan berlebihan!"

Ya.

Aku Tolol.

Dia kembali mengecup bibirku.

Sialan. Otakku penuh dengan adegan novel Lady Rose yang brutal dengan sejumlah adegan tidak manusiawi ternyata aku malah terjun dan memeraktekan isi novel yang tidak pernah ku baca.

Aku tidak pernah membaca novel genre dewasa!!

Hanya genre romance biasa. Malahan lebih sering horor dan triller.

Aku meringis. Si tampan ini menggigit bibirku. Harap saja tidak berdarah.

Deon sedikit membuat jarak. Wajahnya menunjukan wajah penyesalan. "Maaf. Berdarah."

Aku berdehem, melihat ke arah lain. Tidak sanggup bertatapan dengan Deon.

"Kemari, biar ku sembuhkan."

Otak yang membeku kini melebur panas. Menyembuhkan?! Dengan apa? Berbagai pemikiran jahat sudah mengantri di otak kiri. Sialan. Bagaimana kalau setelah ini aku menjadi bodoh.

Aku menggeleng. "Tidak usah. Kita hentikan sampai sini."

Deon berkedip. Aku jadi satu-satunya yang malu. Mana terus diperhatikan lagi. Rambut hitamnya menyentuh wajahku memberikan rasa menggelitik lucu.

"Lelah. Aku sakit kalau kau tidak lupa."

Deon bangkit dan duduk. Dia mengelus lehernya malu. "Maaf."

Baguslah kalau sudah sadar. Jadi biarkan aku tenang. Namun Deon membuka jas nya dan melemparnya sembarangan. Aku mundur takut di apa-apakan.

Deon menatap geli lalu berbaring disebelah ku santai. "Gerah. Aku juga ingin tidur."

Dia tertawa dan aku tidak mengerti. "Tidak akan ku apa-apa kan. Janji."

Sudah lelah dengan semua yang terjadi hari ini. Tidur saja dengan rileks dan secepatnya.

Sudah terlalu menghadapi dunia hari ini.

.

Sementara itu Javier yang berjaga di luar kamar menutup wajahnya dengan ke dua tangan. Telinga merah seperti terbakar dari dalam.

Master pedang seperti dirinya tentu tidak melewatkan apa yang terjadi di dalam kamar. Javier merinding lagi saat mengingatnya. Telinganya masih tergiang hal nista yang mampir.

Gila!

Brutal!

Nonanya luar biasa!

Sebagai sahabat yang baik dia akan menceritakan apa yang terjadi barusan pada Zack.

Javier semakin kagum dengan nonanya itu.

.

.

.

How Great Evil Sorceress Live (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang