Chapter 13. Gosip

462 38 2
                                    

Pertengkaran putri Duke dan pangeran mahkota menjadi buah bibir warga kekaisaran. Bukan hal asing jika masyarakat lebih tertarik dengan masalah orang lain dibandingkan mengurusi diri sendiri. Pertengkaran keduanya dibilang sangat hebat, juga banyak bumbu cerita yang ditambahkan, seperti terputusnya hubungan mereka.

Biang pemicu buah bibir ini berasal dari seorang tidak lain, Yve, si guguk peliharaan yang seorang informan (chapter 01).

Aku menberi informasi ini untuk ia jual pada media.

Yve mendapat keuntungan yang lebih. Ia menerima bayaran dari ku juga dari surat kabar.

Telinga menajam, menguping perbincangan ibu-ibu di meja sebelah.

"Mereka bilang tuan putri marah besar. Rumah kaca tempat pertemuan mereka rusak kena amukan Tuan putri."

"Si gila itu meledakkan sihir kapasitas besar. Rumah kacanya ambruk rata ke tanah."

"Sudah kubilang... dia tidak waras dari awal, bisa-bisa dia buat masalah di istana."

"Meskipun dia penyihir agung tidak dia masih seorang lady. Tidak pantas baginya untuk bertindak kurang ajar begitu."

Seorang pria lain memegang bir datang mendekati mereka, dan menibrung akrab. "Tapi ibu-ibu, coba pikir kenapa tuan putri itu marah..." dia juga mengajakku berbicara. "menurutmu bagaimana?"

Aku mengangkat bahu santai menanggapi. "Mungkin pangeran yang salah," aku bersyukur dengan sihir penyamaran yang ku gunakan, "kalian pernah dengarkan, pangeran berselingkuh dengan lady keluarga Floryn."

Orang-orang itu berseru dan menganggukkan kepala.

"Bisa saja itu benar."

Pria itu menepuk meja heboh lalu memajukan badan membuat kami semakin mendekat. "Sebenarnya aku melihat pangeran dan lady Floryn di pasar berapa hari yang lalu,"

Aku menepuk tangan otomatis. "Aku juga!" Mereka melihat ku dengan tatapan penasaran. "Lalu lady Zoro melabrak mereka berdua."

Mereka tercekat. Lebih tepatnya Marasa itu adegan menakjubkan.

"Aku juga melihat mereka!" Terimakasih dengan argumen dukungan si pria.

"Lady memaki mereka?"

Pria itu menggeleng brutal. "Tidak! Justru pangeran yang marah ketika lady Zoro menemui mereka."

"Astaga!"

"Jadi pangeran benar-benar melakukannya? Kalau iya, wajar jika lady Zoro marah."

Aku jadi merasa keakraban dengan mereka. Aku sangat senang karena mereka jadi memandang Caspian dengan citra yang buruk.

"Varas!"

Aku mengumpat dalam hati. Kenapa Javier selalu mengganggu.

"Oh... Pria yang tampan." Bisik ibu di sebelahku.

Aku tertawa kecil. "Teman saya memang punya visual menawan, andai anda lihat tunangannya levelnya jauh diatas."

Aku berbohong tentu saja. Javier punya tunangan? Yang benar saja! Bagi Javier, uang lebih menggoda dari pada perempuan!

Aku berbalik, balas menyapanya. "Yo bro, baru sampai?"

"Hm... bibi bilang kau disini makanya aku kemari." Katanya dan duduk di kursi lain di meja bundar itu. "Halo semua, saya Jay."

Tidak lama bagi kami berbaur. Kehidupan sosial kami sebenarnya buruk. Tapi itu jika menggunakan nama asli. Jika sudah menggunakan penyamaran hebat ini, kami sama saja dengan kroco tukang gosip.

How Great Evil Sorceress Live (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang