Chapter 24. Yangsar

242 38 0
                                    

Aku tahu jika tanah Yangsar ialah gurun pasir panas.

Melihat hamparan pasir dan merasakan angin panas tempat ini membuat aku melemas. Ini neraka. Aku bisa melihat hawa panas yang melayang ke atas.

Untungnya dengan adanya penyihir agung kita yang hebat, aku di berikan pelayanan VIP. Dia menyelimutimu dengan selaput pendingin.

'Kalt Vurto.'

Jenis sihir yang belum ku pelajari sama sekali.

Jangkauan sihir Rienra sangat luas. Kami bisa berjalan tanpa merasa kepanasan.

Rienra tidak memakai jubah, katanya nanti kepanasan tapi dia memakaikannya pada ku.

Javier sekali lagi mencibir. "Aku memang pengawalmu, Rienra. Tapi disisi lain kau adalah pengawalnya Zack."

"Kenapa? Kau keberatan?" Rienra menjawab seadaanya.

Semakin hari dia semakin keren di mataku. Rambut ungu berkibar dan mata menyala emas serta sihir cantiknya mencakup luas garis jalan kami.

Yve pendiam sekali di belakang. Dia hanya berbicara pada Rienra. Itupun jika terlihat perlu dibicarakan, tidak seperti aku dan Javier yang mengoceh dan mengeluh pada Rienra.

Javier berlari kecil dan merangkul Rienra. "Aku tidak keberatan, hanya saja aku juga perlu diperhatikan. Aku butuh air."

Rienra menuruti. Dia memberikan siraman air pada wajah Javier. "Segar bukan? Berterima kasihlah."

"Jangan bergerak!" Suara Yve membuat kami berhenti. Rienra berkacak pinggang menunggu Yve.

"Ada monster kemari."

"Tentu saja kemari." Javier memegang pedang aura sudah menduga.

Aku mengernyit melihat Rienra menunggu reaksinya. Gadis itu hanya tersenyum geli. Aku pasrah saja saat dia mencubit kedua pipiku.

"Kau takut?"

Tentu saja. Ini pertama kalinya aku menyerahkan nyawaku di neraka realistis. "Aku mencoba untuk tidak menjadi beban."

"... Kau bukanlah beban. Kau hanya kurang pengetahuan."

"Bodoh maksudnya." lanjut Javier.

Yve menggeleng kepala melihat kami. Aku tahu dia lelah dengan kami.

Rienra menangkup kedua pipiku. "Astaga pipi cekung ini."

Aku mendelik. Setidaknya penampilan ku yang sekarang sudah lebih baik dari pada menjadi sapu lidi.

Pijakan kami bergetar. Pasir-pasir bergerak naik.

Aku menelan air liur. Bukannya takut mati, ada Rienra yang menjaga ku. Permasalahannya aku tidak menuliskan pertarungan melawan monster dalam spring Love. Imajinasi tentang monster ini bahkan belum selesai dalam kepalaku.

"Ada alasan kenapa para monster tinggal di sini. Alasannya, batu Astra adalah batu sihir mulia dengan mana luar biasa, dan... monster menyukai mana sihir."

Aku mengerjab cepat menyadari sesuatu. Rienra menyeringai lebar.

"Siapapun yang menggunakan mana sihir di tempat ini sama saja bunuh diri."

"Kraakk!!"

Monster besar berkaki seribu muncul ke permukaan. Pasir jatuh dari punggungnya. Ukurannya besar sekitar 6 meter. Berwarna hitam merah.

Bukan hanya satu. Tapi enam sekaligus.

Javier maju menghunuskan pedang. "Dengan perantara pedang agung, Tuhan akan mengampuni nyawamu." Javier masuk dalam mode kesatria. Aura biru miliknya keluar.

How Great Evil Sorceress Live (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang