"Aku mendidikmu dengan benar."
Javie menganggukan kepala sombong. "Aku tahu. Jarang ada manusia dengan insting seluar biasa aku." Senyum lebarnya membuatku ingin menampar.
Apa aku gantung saja dia di bentang kota?
Javier beranjak duduk di sebelahku. Membuka kantung permen dan kemudian mulai mengunyah. "Kenapa dengan Yve?" tanya nya lagi.
Aku diam menatap Javier yang sedang pura-pura biasa. Padahal aku tahu jelas dia penasaran.
Aku berbaring di atas semen, melihat salju turun sedikit demi sedikit.
"Spring love... Dua-dua buku spring love tidak pernah menceritakan tentang dia. Yve tidak seperti kita." Aku mengulum bibir. Rasanya ringan mengutarakan ini pada Javier.
"Di buku pertama jelas tertampang Caspian dan Sienna, aku dan Deon, lalu sedikit adegan ratu."
Aku mulai menerawang. Kembali kuputar ingatan saat pertama kali membuka spring love volume dua.
"Di buku ke dua jelas diceritakan lebih detail. Terutama tentang antagonis, Deon dan aku. Dan juga kau selaku kesatria kesayanganku."
Winter Flowers adalah panggung untuk antagonis. Zack menciptakan panggung spektakuler bagi kami untuk menunjukan bakat paling hebat yang kami punya.
Dan itu semua sia-sia....
"Sudah tertera bagaimana nasip kita Javier. Aku diasingkan dan kau yang di penggal."
Jujur.
Setelah membaca winter Flowers, setiap kali aku melihat Javier aku teringat dia peralatan siksa di penjara kekaisaran.Melalui Winter Flowers aku belajar untuk tidak menyia-nyiakan orang terkasih.
Meski secara terang-terangan aku mengatakan aku ingin menyelamatkan Deon. Aku merasa egoku meninggi jika menyebut sahabat baikku ini juga dalang kerja keras ku sampai sekarang.
"Kau mencurigai Yve karena dia figuran. Karena itu?" tanya Javier ikut berbaring di lantai semen.
Aku bergumam. "Itu salah satu alasannya. Identitas Yve tidak jelas. Zack yang penulis saja tidak bisa mengkonfirmasi Yve itu seperi apa."
"Alasan lainnya karena aku pernah menemukan sesuatu yang aneh saat kita menginap dirumahnya dulu."
Rumah Yve yang diubahnya menjadi penginapan jelek dengan harga sewa mahal.
"Apa itu?"
Aku tersenyum. "Saat aku masuk ke kamarnya. Aku menemukan sesuatu. Aku tidak akan memberi tahuku itu apa, tapi itu barang berharga."
Javier melengos kasar. "Berharga? Lebih berharga dari batu Astra?"
"Iya."
Javier mengatupkan bibirnya rapat. Matanya membulat seketika. "Semahal apa itu?"
Aku mengendikan bahu. Dasar Javier. Tunggu ada harga baru dia semangat.
BEBEGIG sawah bermata duit.
"Saat kita berpergian ke Yangsar dia juga membawanya dalam saku bajunya."
"Barang mahal pasti sangat berharga. Kalau aku jadi Yve, aku juga pasti akan membawa barang itu dalam saku ku." Perkataan Javier membuat ku tersenyum lebar.
Ya. Tentu saja Javier akan selalu membawanya.
Inilah yang membuat ku suka dengan Javier dan Zack. Mereka adalah jenis yang sama.
Sama-sama polos dan bodoh.
Javier memiringkan badan. Menahan kepalanya dengan satu tangan dan menatapku. "Lalu, hanya karena barang berharga itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
How Great Evil Sorceress Live (End)
De TodoRienraline Varasia Zoro, tunangan putra mahkota kekaisaran Abaru dan putri tunggal pemilik menara sihir. Rienra adalah aku. Status ku tidaklah main-main. Ayahku penyihir agung, tunanganku pangeran mahkota atau lebih tepatnya, aku calon Ratu kekaisar...