Ada kastil besar di hutan.
Walau begitu bukan berarti terasa sepi dan horor. Banyak sekali aktifitas yang terjadi di kediaman Grandduke Ashillo.
Pasalnya, hari itu tuan muda kedua akan berkunjung setelah sekian lama tidak pulang dari academi Hyperion.
Penyihir agung Rienraline Varasia, selaku nyonya dan Grandduchess Ashillo yang paling sibuk.
Mengurusi pesta penyambutan kecil untuk anak berbakti yang baru pulang dari academi sekaligus mengurusi copy-an mini sang suami yang merajuk.
Rienra merasa umurnya bertambah dua kali lipat saat mengurusi anak ke-empatnya yang sifatnya entah menurun dari siapa.
Anak laki-laki berumur dua belas tahun yang bibirnya menggerucut dan mencabut rumput taman.
"Oke. Sekarang beritahu ibu kenapa kali ini kau marah lagi?" tanya Rienra berkacak pinggang.
Tapi remaja berambut hitam bermata merah itu tetap merajuk.
Rienra kehabisan ide membujuk anak itu. "Apa Reinhard Ashillo mengejek mu, atau dia melakukan sesuatu?" tanya Rienra membuat pemuda yang duduk di kursi taman menyeringai.
Reinhard Aunigreos Ashillo, si sulung mereka adalah orang pertama yang patut dicurigai.
"Kenapa ibu selalu menyalahkan ku?" Reinhard menanyakan hal yang selalu dilontarkan anak pertama.
Rienra mendengus. Merubah ekspresi menjadi lebih lembut saat anak ke empatnya merajuk parah. "Bukan Reinhard? Jadi... Veron?"
Anak ke-empat itu lantas mengangguk.
Namun Rienra meringis lalu menggeleng. "Tidak mungkin Veron. Kalau memang Veron mengganggu mu, apa yang kau lakukan sampai kakakmu itu marah?"
Bagi Rienra, anak kalem seperti Veron tidak mungkin membuat kekacauan.
Rienhard terkekeh. "Pasti Donovan yang memulai pertikaian duluan." Selaku kakak pertama, Reinhard sudah amat terbiasa dengan tiga adik-adiknya yang beda kepribadian.
Donovan lantas berdiri. Matanya berkaca-kaca dan bibirnya melengkung ke bawah. "Bukan aku. Veron mengumpat kasar padaku." Dia merajuk pada sang ibu yang masih sakit kepala.
Dahi Rienra berkerut. Veron mengumpat? Yang benar saja...
"Dia memaki mu bagaimana?"
Donovan hampir menjatuhkan air mata. "Canis lupus familiaris." jawabnya polos.
"..."
Rienra menahan tawa. Bibirnya terkunci rapat-rapat. Jangan sampai Donovan tahu dirinya tertawa.
Rienhard menoleh dengan bingung. "Apa itu?"
Donovan tidak menjawab. Mengumpati Reinhard yang bodoh itu dalam hati.
Veron yang tadi menjadi pelaku dalam cerita Donovan berhenti berjalan ke arah perpustakaan. Veron, kembaran Donovan itu rambutnya panjang dan diikat bawah. Berkacamata dan berpakaian rapih.
Veron menghela nafas melihat Donovan dalam mode emo bodoh. Kenapa kembarannya sifatnya beda sekali dengan dirinya. Padahal pencetus mereka dua orang yang sama.
"Dia membuat buku pemberian kakek jatuh ke kolam." Veron memberi kesaksian yang menjadi alasan dia memaki sang adik beda tujuh menit.
Rienra dan Reinhard saling pandang. Sang kakek, maksudnya kaisar terdahulu, baru-baru ini mengirim hadiah buku sebagai hadiah ulang tahun untuk Veron. Tapi Donovan si bungsu justru menceburkan buku itu ke kolam.
Reinhard membuang muka. Wajar saja Veron mengumpat. Kalau yang jadi Veron itu Reinhard, Donovan sudah berada dalam penjara bawah tanah menara sihir.
Donovan membuang muka. "Aku, kan tidak sengaja."
KAMU SEDANG MEMBACA
How Great Evil Sorceress Live (End)
De TodoRienraline Varasia Zoro, tunangan putra mahkota kekaisaran Abaru dan putri tunggal pemilik menara sihir. Rienra adalah aku. Status ku tidaklah main-main. Ayahku penyihir agung, tunanganku pangeran mahkota atau lebih tepatnya, aku calon Ratu kekaisar...