Chapter 39. Sienna Floryn

136 25 3
                                    


Deon hari ini lebih kasual, menggandeng tangan ku di jalan ramai ini.

Yaps!

Kami kencan.

Tidak bisa dikategorikan begitu juga karena Zack dan Javier mengekor sepuluh langkah dibelakang. Seperti biasa, mereka ikut untuk menyedot uang ku.

Dengan sihir transformasi tetap saja aura tampan Deon menembus tulang.

Sore ini, tepat 15 menit usai pelantikkan, aku dan Deon langsung kabur ke luar istana. Mengabaikan pelukis dan pinta kaisar. Karena ujung-ujungnya kaisar juga mengerti kalau aku pergi kencan dengan putra ke duanya.

"Ayo kita ke sana!"

Aku menyesal mengikuti kemana Deon pergi. Pemuda tinggi ini membawaku ke tempat jahanam tempat yang pernah aku ditangkap basah oleh dia.

Toko buku di gang, langganan ku untuk pergi melancong.

"Kenapa ke sini. Ada banyak tempat kencan tapi kau membawaku ke tempat ini?" aku berujar kecewa. Mungkin membayangkan makan malam romantis bersama terlalu berlebihan.

"Ada yang harus kuberikan pada mu."

Deon menarik ku yang terlanjur malas masuk ke dalam sana.

"Selamat datang pelanggan."

Aku sudah hafal kalimat sambutan penjaga toko. Bersedekap melihat laki-laki ini berkeliaran di lemari kumpulan novel. Bersandar di jendela memandangi wajah tampan yang cermat mengamati.

Punggung lebarnya menjadi pemandangan ku saat dia memunggungi.

Tanpa sadar wajahku terasa panas. Sexy sekali dia sialan.

"Sebenarnya apa yang kau cari?" tanya ku mencoba memikirkan hal lain.

Deon menghela nafas. "Terakhir kali kita kaku sekali."

Aku mengernyit. Kaku apa yang ia maksudkan? Dan kapan terakhir kali yang ia maksudkan?

"Aku kurang puas." katanya lagi. Deon tersenyum miring menghimpit ku di jendela tempat ku bersandar. Tangan kanannya memegang buku tebal bewarna merah tua.

"Maksudmu?"

Deon memberiku buku itu. "Bacalah."

Aku mencibir, membalikkan buku dan membaca sinopsis buku.

Aku terbelalak. Ingin menjauh tapi baru sadar di belakangku dinding pembatas.

Aku mengangkat wajah, mengumpat dalam hati mendapati seringaian di wajah laki-laki ini. Apa yang dia pikirkan sampai memberiku buku bergenre romantis dewasa. Vulgar sekali.

Deon mengelus rambut unguku pelan. "Terakhir kali kita berhenti di tengah jalan. Kau juga sakit kemarin jadi kita tidak begitu semangat."

Aku menahan nafas saat dia makin mendekat. Mengecup bibir ku cepat. "Ciuman kemarin belum cukup. Jadi kupikir kita harus menambah pengetahuan dengan memperbanyak bacaan dewasa."

Gila!

Bisa-bisa dia menggodaku di saat tempat ini sedang ramai. Aku mengalihkan wajah mendapati berapa orang melihat kami dengan ketidakmanusiaan.

"Aku hebat dalam praktek. Tidak susah mendalami teori jika sudah terjun dalam praktek."

Rasanya ingin teleportasi sekarang. "Tidak heran."

"Hm?"

Jari ku menyentuh alis kirinya yang terangkat. "Yang kemarin hebat."

Deon tertawa kecil. "Ciumannya? Ya... kau juga sangat hebat."

How Great Evil Sorceress Live (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang