"—aku tidak mau menjadi teman mu."
Rienra mengeluh dalam hati, tanpa sadar tindakannya menunjukan kalau dia sedang ngambek. Anak perempuan itu melipat tangan lengannya dan membuang muka.
"Kenapa? Kau butuh teman juga?"
Pertanyaan itu membuat Rienra kesal. Anak perempuan itu tidak tahan untuk melotot. "IYA! AKU BUTUH!"
Suara khas anak-anak yang melengking. Padahal Rienra tidak bermaksud bertindak tidak sopan.
"Kalau begitu... kau ambil saja budak yang kubeli tadi."
Rienra mengerjab. Lantas dahinya mengernyit.
"Rawat dia dan jadikan dia kesatria mu. Dia sangat berbakat."
Rienra baru bertemu laki-laki ini berapa saat yang lalu, kemudian kejadiannya menjadi seperti ini.
"Kau bisa bersahabat dengan dia. Dia juga akan menjaga mu dengan baik."
Anak laki-laki itu menyerahkan kunci rantai budak pada Rienra. "Ini hadiah ku pada mu."
Rienra ingin menolak tapi kalimat lanjutan anak laki-laki itu membuat hatinya kebas.
"Kalau tidak suka buang saja dia."
Lalu Rienra diam di tempat melihat anak laki-laki itu pergi dengan para ajudannya.
Kunci berat ditangannya begitu mengkilap. Pantulan dirinya dengan topeng bewarna kucing putih. Rasanya menanggung beban berat saat memegang kunci rantai.
"Permisi, anda boleh mengambil budaknya sekarang."
Begitulah Rienra bertemu dengan teman yang dihadiahi orang asing.
Laki-laki tanpa nama yang lahir tiga bulan setelah tanggal kelahirannya. Hanya itu yang tercantum dalam dokumen identitas budak tentang anak itu. Anak laki-laki ini lebih muda dari Rienra tapi disiksa sadis sampai tidak punya keinginan hidup.
Rambutnya biru dengan mata biru. Kurus kurang gizi dan penuh luka. Wajahnya pucat dan menggigil.
Rienra melepaskan mantelnya dan dipakaikan pada tubuh bergetar di lantai kotor.
"Siapa namamu?"
Anak laki-laki itu tidak menjawab. Sipir yang menjaga membantu menjelaskan. "Budak tidak punya nama nona."
Oh.
Rienra baru tahu itu.
Rienra tidak tahan berlama-lama di tempat kotor dan bau ini. Anak perempuan itu menggoncang tubuh anak laki-laki yang tidur di lantai.
"Hei, ayo pulang!"
Tapi tidak ada pergerakkan.
"HEI! KAU TIDAK DENGAR NONA MU MEMANGGIL!" Sipir mengeluarkan cambuk membuat Rienra terbelalak.
Rienra bersuara lantang. "Kau sentuh dia maka kau akan dapat ganjarannya!"
Rienra hampir melepaskan sihir dan menggantung semua sipir penjara di atap rumah.
Para sipir mundur takut, tidak sangka dibentak anak kecil.
Rienra menepuk rambut biru pelan. "Ayo kita pulang ke rumah......
Javier."
.
"Berhenti melamun!"
Yve menggoncang bahu ku. Caspian dan Deon yang baru selesai dengan panggilan mendadak menoleh pada ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Great Evil Sorceress Live (End)
RandomRienraline Varasia Zoro, tunangan putra mahkota kekaisaran Abaru dan putri tunggal pemilik menara sihir. Rienra adalah aku. Status ku tidaklah main-main. Ayahku penyihir agung, tunanganku pangeran mahkota atau lebih tepatnya, aku calon Ratu kekaisar...