Yve adalah assassin merangkap informan.
Dia tidak pernah muncul sebaris pun dalam buku sihir kesayanganku, novel Spring Love.
Yve adalah manusia paling berbakat menurutku. Tidak ada satupun tugas yang kuberikan gagal ditangannya.
Yve. Pria berumur dua puluh tahun. Dia tinggi berotot. Rambutnya merah dan punya bekas luka vertikal panjang dari pipi kanan sampai dahi atas, melewati kelopak mata. Tampangnya preman seratus persen.
Sering menjalin kerja sama, aku mengambil kesimpulan bahwa Yve adalah Javier versi pencitraan.
Pertama kali aku menyadari dia seorang assassin setelah mengamati gerak-geriknya. Dan juga karena aku mengintainya sejak dia mendapatkan Zack.
Aku mengintainya bukan untuk hal buruk. Hanya memastikan dia tidak membocorkan Zack, orang yang kucari sampai gila pada orang lain.
Karena profesional dalam berbisnis, aku kembali memintanya bekerja sama untuk mencari batu Astra. Batu sihir tingkat tinggi di daratan monster.
"Jadi, kenapa kalian datang mendadak. Perjanjian kerjanya dimulai besok subuh. Sekarang masih jam delapan malam." Yve yang seja tadi ku deskripsikan membuka pintu tempat tinggalnya. Ia acak-acakan sehabis bangun tidur.
"Ya. Aku ingin tepat waktu besok pagi, jadi aku datang lebih awal."
Yve menguap lebar sambil mengusap leher. "Patut dicontoh."
"Terimakasih."
Kami bertatapan cukup lama. Mata nya yang sembab dan mata lelah.
"Pergilah, kembali lah besok."
Aku menjejal pintu masuk dengan kaki, gaya arogan ku masih menyertai. "Bisa kau tunjukan penginapan. Di gang sempit, sepi dan minim penduduk ini, aku tak yakin ada tempat penginapan untuk tinggal malam ini."
Yve bersandar pada bingkai pintu. Melihat dua orang yang setia di belakang, Javier dan Zack. "Penginapan di sini lebih mahal dari tempat biasa."
Aku mengernyit kesal. "Kau pikir aku miskin? Asal ada tempat tidur malam ini, aku tidak masalah mengeluarkan uang."
Yve mengangguk puas. Tangan berurat berototnya membuka pintu lebar-lebar. Senyum nya mengembang lalu membuka tangan. "Selamat datang di Yve homestay, tersedia makan malam sederhana dengan tempat tidur di ruangan tanpa sekat." suara khas meniru resepsionis hotel.
Aku memutar mata malas.
Zack mengkode Javier bertanya sementara Javier sendiri tidak tahu apa-apa.
Kami masuk hunian bangunan tua yang bercahaya minim itu. Yve hanya menggunakan lampu pelita redup.
"Selamat malam." Zack bersuara. Si ceking memegang ujung bajuku sebagai pemandu jalan yang gelap.
"Tidak ada pengunjung lain di tempat ini selain anda sekalian." ucap Yve memberi air hangat sebagai hidangan pembuka.
"Hah! Ini memang rumah bukan penginapan." Ucapku meletakkan tas di lantai.
Javier celengak-celenguk. Si bedaki ini masih cosplay pengawal sejati. "Dimana kami akan tidur?"
Yve duduk di sofa panjang, mengangkat kakinya dan berbaring. Walau cahaya remang, aku melihat seringai di wajahnya. "Di penginapan ini hanya punya satu kamar," telunjuk berbalut perban menunjuk ruangan lain berpintu kayu. "Itu dia."
Yve melanjutkan. "Itu kamar khusus perempuan malam ini."
Aku mendengarkan tawa. "Itu kamarmu? Kalau begitu malam ini aku tidur di situ."
KAMU SEDANG MEMBACA
How Great Evil Sorceress Live (End)
De TodoRienraline Varasia Zoro, tunangan putra mahkota kekaisaran Abaru dan putri tunggal pemilik menara sihir. Rienra adalah aku. Status ku tidaklah main-main. Ayahku penyihir agung, tunanganku pangeran mahkota atau lebih tepatnya, aku calon Ratu kekaisar...