Chapter 49. Penulis dan Protagonis

80 19 0
                                    

"Aku minta maaf dengan apa yang terjadi." Caspian menundukkan kepalanya merasa malu. Mata biru redup dan dahinya berkerut. "Sungguh! Aku bertindak diluar kendali saat itu."

Tentu saja itu pengaruh adegan. Seperti halnya aku, Deon, dan tokoh-tokoh lain dalam spring love.

"Aku benar-benar minta maaf. Aku minta maaf telah menyakitimu begitu dalam. Aku minta maaf telah menampar mu di aula dansa. Aku sunggu minta maaf."

Aku terpaku lama. Permintaan maaf itu tidak kuperlukan sama sekali. Pasalnya kami sama-sama terluka.

Spring love memberi banyak luka pada kami. Boneka dalam adegan klise menyedihkan. Tidak satupun adegan yang menggambarkan kami seutuhnya.

Dalam adegan menggambarkan Caspian sebagai laki-laki posesif dan obsesif. Bersikap dingin pada siapapun terkecuali pada Sienna sang protagonis.

Caspian di luar adegan jauh lebih baik. Pria baik hati yang selalu tersenyum dan merasa bersalah padaku. Caspian baik pada siapa saja. Kami berteman sampai akhirnya adegan di mulai sepihak.

"Aku mengerti."

Aku mengerti dia lebih dari siapapun.

Caspian tersenyum tipis. Matanya menyorot keraguan. "Kalau begitu apakah kita bisa membuang kenangan buruk itu dan berteman kembali?"

Aku mengangkat alis.

Caspian bergerak panik. "Aku janji kita hanya berteman."

Berteman bagaimana?

Caspian akan menjadi kakak ipar ku dimasa depan.

Tapi aku tersenyum padanya. "Baiklah," aku mengulurkan tangan, "kita berteman."

Caspian tersenyum lebih lebar dari sebelumnya, menyambut uluran tangan ku dan saling berjabat tangan.

.

.

.

"Jadi kalian berteman?"

Selesai dengan Caspian, aku lalu berhadapan dengan Deon.

"Hm..." Aku mengiyakan dan duduk di pangkuannya. "Kau tidak makan siang?" tanyaku melihatnya yang sibuk dengan pekerjaan.

Kerutan dahi Deon perlahan menghilang dan berubah menjadi sayang. "Nanti saja."

Tidak bagus.

Dia harus makan untuk mempertahankan proposisi otot. Aku sudah membayangkan kehadiran Deon tanpa otot. Sama saja makan sup ayam tanpa ayam.

"Aku juga belum. Bagaimana kalau kita makan bersama?"

Deon menggangguk. Memanggil pelayan untuk menghidangkan makan siang. Tidak lama para pelayan masuk dengan makanan dan meja makan kecil.

Mataku berhenti pada kotak persegi panjang di meja kerjanya dengan ukiran kayu dan emas murni. Jadi teringat surat ibu.

"Kudengar kau sering terlihat di daerah pertokoan belakangan ini."

"Hm?" Deon mengerjab.

Pemuda ini berpura-pura tidak tahu apapun.

Aku menyeringai. "Ada yang bilang kau keluar masuk tokoh perhiasan dan permata."

Deon memincingkan mata membuatku terkekeh. "Ya. Aku mencari hadiah yang bagus untuk mu." Deon langsung mengaku.
"Tapi tidak ada yang benar-benar bagus."

Lalu dia menatapku tepat. "Kau memata-matai ku?"

Aku menggeleng dengan senyum lebar. "Duchess yang memberitahuku."

How Great Evil Sorceress Live (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang