Chapter 17. Javier

339 56 0
                                    

"Astaga!!"

Pekik nona-nona melihat meja kami. Lady Esen marah sekali, dia berdiri memanggil pelayan di sekitar taman. Javier masuk ke dalam pesta yang adegannya menjadi berlebihan.

Aku mengumpat tanpa suara.

Zack menulis adegan ini terlalu dramatis.

Aku tidak bergerak dari duduk tapi waktu berlalu sangat cepat.

Javier berdiri di depanku mengeluarkan pedang aura (yang seharusnya tidak mengarah pada seorang nona yang lemah). Sienna yang seorang pelaku kini bersikap selayaknya korban, ia berlutut di rumput kosong dengan pipi mengalir air mata.

Berkat kegaduhan diluar nalar, Ratu datang menolong.

Menolong Sienna tepatnya.

"Saya minta maaf, saya tidak bermaksud—"

Seharusnya Zack membuat sikap protagonis kuat, bukan yang selalu menangis.

Ratu bergerak cepat. "Turunkan pedangmu kesatria!"

Javier masih dalam posisi mengancam. Aku hanya melihatnya ketika me-lap badanku yang basah dengan sapu tangan.

Lady Esen ikut membantu sesekali menatap Sienna yang berlutut dengan marah.

Ratu menarik tangan Sienna pelan. Menyedihkan sekali keadaannya.

"Bangun lady!"

Aku mendengus.
Permisi Ibunda Ratu, korbannya aku. Tunangan Putramu.

"Tidak yang mulia, saya yang salah."

Mendengarnya aku merasa miris. Ini memang bukan salah Sienna. Semua yang terjadi disini karena perbuatan Zack. Tapi bukan berarti semua salah Zack.

Sebagai penulis, ia wajar menuliskan adegan sesuai imajinasi. Zack juga tidak tahu kalau yang dia tulis akan menjadi kenyataan.

Meski merasa kasihan, tetap saja aku lebih mengasihani diri sendiri. Juga karena Sienna yang cantik ini sudah terlanjur ku pandang buruk sebagai selingkuhan.

"Kau dengar aku! Turunkan pedangmu!"

Aku merinding melihat wajah Javier. Aku tidak pernah melihat wajahnya marah sungguhan. Urat-uratnya kuyakin tidak pernah muncul senyata itu, matanya melotot merah dan mengacungkan pedang mengancam.

'Saekulum naviro'

Cangkir pecah kembali ke bentuk dan tempat semula. Dandanan ku yang rusak kembali membaik.

"Turunkan!" pintahku bersedekap.

Javier menurunkan pedangnya ragu. Berikutnya memberiku tatapan marah juga.

Masih angkuh, aku memandangnya rendah, tidak peduli sang ratu juga ada disana.

"Pengawal anda harus belajar untuk tidak mengacungkan pedang kepada orang lemah. Kesatria terhormat tidak akan pernah melakukannya." Sang Ratu membela Sienna.

Aku berdiri. "Saya tidak berpikir pengawal saya bersalah. Sudah sepantasnya bagi seorang pengawal melindungi tuannya dari sesuatu yang mengancam."

Ratu maju satu langkah. Dia mengancamku dengan itu. "Tapi itu berlebihan."

Ck. Budaya hidup sebagai orang biasa tampaknya tidak menghilang dari dalam diri Ratu. Hidup sebagai orang terhormat ialah orang yang menjunjung harga dirinya sebagai bangsawan.

Menganalisa apa yang terjadi disini, mataku berkeliaran pelan. Lalu, "Saya minta maaf kalau begitu."

Suara Sienna yang terseduh-seduh menangis juga sampai ditelinga Caspian. Si cacing pirang datang bagai penyelamat.

How Great Evil Sorceress Live (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang