"Zack?"
Aku menaiki tangga loteng dengan cepat. Laki-laki yang kucari, si ceking, dalam posisi tengkurap.
Aku tersenyum lebar melihat Zack menoleh dengan wajah lelah. "Zack..." Aku merengek, terjun ke tampat tidur memeluknya erat. Javier seperti biasa, hanya diam dan tak mau bergabung dalam reuni.
Javier mencibir bersandar di lemari. "Kalian hanya tidak bertemu lima hari, ugh.. ralat, empat hari."
Aku tak peduli. Justru memeluk Zack lebih erat lagi.
"Hei, hentikan! Bisa patah tulang Zack nanti."
Benar juga. Jangan sampai mematahkan anggota tubuh paling penting Zack. Hanya tulang yang dia punya untuk menopang tubuhnya.
"Zack, apa kau baik selama aku tidak ada di sini?" tanya ku menangkap wajahnya yang sekarang sudah agak berisi, tidak cekung seperti pertemuan awal.
Bibir Zack melengkung ke bawah. Aku jadi tahu dia sedih lalu memeluknya menenangkan.
Javier mengumpat. "Sialan! Jika aku yang merajuk kau justru tambah membully ku."
Aku berdecak. Javier tukang perusak suasana. "Pergilah! Belilah jajan di luar!" kataku melempar kantung penuh koin emas.
Pemuda berambut biru itu mendesah kasar, tapi mengambil kantung uangnya dan memakai jubahnya. "Aku kembaliannya."
Terserah... Aku mengirimnya pergi dalam sekali jentik.
Zack tegang menatapku penuh harap. "Bagaimana? Kau suka yang tadi?"
Aku tertawa, merubah posisi duduk di atas matras. "Itu tadi luar biasa. Aku melempar sepatu ke kepala si pirang, mengumpatinya, menamparnya, lalu mencampakkannya!" Aku hampir berteriak girang saking bahagianya.
"Kau suka?" tanya Zack dengan suara lembut.
"Hm... Sangat! Aku memutuskan pertunangan. Aku sangat menyukainya."
"Baguslah. Aku senang kau menyukainya." Aku terkikik geli saat Zack mengusap rambutku.
"Bagaimana cara kau melakukannya? Apa yang kau lakukan selama aku dan Javier pergi?"
Zack meringis, perlahan mengeluarkan sesuatu dari balik selimut. Aku terbelalak melihat benda yang dia keluarkan.
"Ini smartphone! Punya ku di duniaku sebelumnya."
Aku merebutnya, memeriksa keaslian benda tersebut. Dengan mulut menganga aku melihat keduanya bergantian.
"Zack?"
Zack mengangkat bahu ragu. "Aku tahu maksudmu. Saat kalian pergi aku bersemedi dan mencari tahu apa yang bisa kulakukan untuk mu. Lalu benda ini datang padaku."
Aku mencoba menekan benda persegi panjang itu. "Jadi... Kau penyihir putih?"
Zack menggigit bibir. "Kurasa iya."
Aku mendesah. Aku sangat terkejut mendengar ini, menatap benda itu lamat-lamat.
Meski tidak familiar, aku tahu itu apa.
Itu benda-benda yang hanya bisa digunakan oleh penyihir putih. Ratu memiliki benda itu. Dimasa depan juga Sienna memiliki benda ini. Tableloid yang menyimpan ilmu pengetahuan.
Ponsel namanya.
Berapa Chapter Spring Love menuju ending volume satu menyebutkan ponsel berkali-kali.
Kekuatan penyihir putih ialah pengetahuan yang dibantu alat ini.
Namun, kenapa penyihir bergelar master seperti Zack punya ini? Penyihir putih tidak ada sangkut pautnya dengan mana dan sihir. Mereka hanya memanfaatkan benda bernama ponsel itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Great Evil Sorceress Live (End)
De TodoRienraline Varasia Zoro, tunangan putra mahkota kekaisaran Abaru dan putri tunggal pemilik menara sihir. Rienra adalah aku. Status ku tidaklah main-main. Ayahku penyihir agung, tunanganku pangeran mahkota atau lebih tepatnya, aku calon Ratu kekaisar...