O6; resign

118K 7.6K 317
                                    

Butuh waktu satu minggu Anin memantapkan niat keluar dari perusahaan yang udah menaunginya selama kurang lebih tiga tahun itu, sebelum lusa kemarin Anin diam-diam pergi ke bagian HRD menyerahkan berkas pengunduran dirinya.

Dia sengaja gak kasih tahu siapa pun soal pengunduran diri, membiarkan itu jadi urusan belakang yang bisa membuat Calista dan Hasya marah besar. Anin melakukannya tanpa konsen atau pemberitahuan lebih dulu ke mereka berdua.

Sekarang Anin duduk termenung di mejanya sambil memakan kacang-kacangan kering yang dia beli kemarin sore, perutnya mulai gak bisa makan makanan berat karena semuanya akan berakhir dimuntahkan. Cuma camilan ringan dan jelly manis yang bisa dikompromi oleh si jabang bayi masuk ke perut ibunya.

"Anin." sebuah tepukan mendarat di bahunya, "Dipanggil Pak Dewa ke ruangan."

Ini dia yang Anin tunggu-tunggu.

Dengan cepat Anin mengangguk paham, "Oke Na, makasih ya." Gak lupa mengucap terima kasih ke Nadine yang membawa kabar.

Nadine mengangguk oke, "Sama-sama, lo ada urusan apa sama Pak Dewa btw?" gadis itu bertanya penasaran.

"Gak ada, urusan biasa," jawab Anin sekenanya.

Anin beranjak dari kursi sambil merapikan penampilannya sedikit, tangannya gak lupa meraih ponsel dan dompet, dua benda paling penting untuknya. Anin kemudian menyapa pada orang-orang yang berpapasan dengannya selama perjalanan ke ruangan Dewa.

Tok! Tok! Pintu dua kali diketuk. Anin langsung membukanya dan masuk ke dalam.

"Anindiya Dahayu." panggil Dewa mempersilahkan Anin duduk di hadapannya.

Mereka berdua duduk berhadapan di batasi oleh sebuah meja, di atas meja itu ada berkas pengunduran diri milik Anin yang udah di beri gadis itu lusa kemarin.

"Kamu gak salah kasih surat? Pengunduran diri?" tanya Dewa menunjuk map Anin di atas meja.

Anin mengangguk kecil, "Enggak, Pak. Saya memang berniat mengundurkan diri dari perusahaan Candala."

"Loh kenapa? Ada masalah? Saya dapat info Pak Panca katanya kerjaan kamu baik-baik aja?" sepertinya Dewa sedikit memberi nasihat, seakan meyakinkan Anin pada keputusannya, "Kamu ada masalah sama anak marketing atau—?"

"Gak ada masalah, Pak." Anin menggeleng, "Saya cuma mau resign aja dari sini."

"Tiba-tiba sekali, Anin? Kamu sadar posisi kamu disini apa?"

"Digital Marketing Manager," ucap Anin lantang, "Saya ingat posisi dan jabatan saya, Pak Dewa."

"Karena itu saya mempertanyakan apa kamu gak salah kasih surat? Posisi kamu disini udah lumayan bagus, setelah saya liat grafik kinerja kamu juga menurut saya kamu bisa berkembang lebih lagi untuk dapat jabatan lebih ke atas, banyak orang yang mau di posisi kamu loh, Anin."

Anin paham, tapi dia gak peduli. Di otaknya sekarang hanya tersetel gimana caranya pergi menjauh dari Gerald.

"Saya tau Pak, tapi tetep saya mau resign dari Candala," ujarnya mantap, menimbulkan hela nafas kecewa dari Dewa.

"Tapi saya gak punya kuasa buat mengabulkan permintaan surat kamu, Anin," kata Dewa tiba-tiba. Anin mengernyit bingung.

"Pada dasarnya saya memang di jabatan human resourch, tugas saya jadi orang yang mengembangkan dan memperbarui sumber daya manusia, menerima atau mengakhiri kontrak karyawan disini, tapi semua keputusan saya masih berdasarkan persetujuan pimpinan teratas." Dewa mulai menjelaskan kebingungan Anin, "Kata lainnya, Pak Bian menolak pengunduran diri kamu."

Right OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang