48; heat feels

61.2K 4.3K 161
                                        

Kenyataannya berbanding terbalik, pulang dari rumah utama Candala. Sepanjang jalan sampai ke rumah mereka, Anin malah makin gelisah sendiri. Semua kalimat yang diutarakan Shanum tadi berputar teratur di dalam kepala.

Anin bahkan beberapa kali jadi reflek menghindari sentuhan Gerald, membuat suaminya keheranan.

Tambah parahnya lagi Anin jadi kesusahan tidur gara-gara ada Gerald di sebelahnya, mau diusir gak tega, kalau gak diusir susah sendiri. Akhirnya Anin memilih susah sendiri, dia menahan diri sendirian sepanjang malam, mencoba terlelap berulang kali.

"Masih ngantuk?" tanya Gerald yang baru aja kembali dari dapur membawa makanan pagi ini ke hadapan Anin, menaruh piringnya di depan perempuan yang terlihat sangat lesu itu.

Anin menggeleng pelan, "Makasih, Ge," ucapnya menerima piring berisi buah potong hasil karya tangan Gerald itu.

"Iya, itu diabisin." Gerald lanjut memakan sarapannya pagi ini sambil membuka ponselnya, masih pagi tapi dia udah dapat pesan kerjaan dari Jinan.

Anin memakan buahnya tanpa semangat sama sekali, bertopang dagu sambil sesekali melirik kesana kemari. Tatapannya yang melayang ke penjuru rumah lagi-lagi terarah ke Gerald, suaminya yang asik menyuap salad buah-nya ke mulut dengan mata yang berfokus ke ponsel.

Lengang di antara mereka berlabuh lama, keduanya sibuk sendiri-sendiri. Tepatnya Gerald sibuk sama urusan di ponselnya, sementara Anin sibuk memandangi suaminya sendiri.

"—suamiku itu keliatan ganteng berkali-kali lipat..."

Anin menelan ludahnya kasar, dia memejamkan mata menoleh ke arah lain. Jantungnya mulai berdebar, Anin memberanikan diri lagi memperhatikan Gerald. Tingkah Gerald sih normal-normal aja kayak biasa, tapi saat pemuda itu mengunyah makanannya—kedua netra Anin malah dibuat fokus pada bibir tebalnya.

"Aish! Udah gila," gerutu Anin pelan, tiba-tiba memukul kepalanya sendiri.

Atensi Gerald teralihkan, dia memiringkan kepalanya melihat Anin yang menggeletakkan kepala ke atas meja makan, "Kamu kenapa?"

Anin mengubah posisi kepalanya, menunpu dagu di permukaan meja menatap Gerald, "Gak ada apa-apa."

"Terus ngapain ngedumel sendiri?"

"Enggak, lanjut aja kamu makannya."

Gerald kebingungan, merasa gak puas sama jawaban Anin, namun pemuda itu memilih gak lanjut menanyakan detail. Mengingat Anin memang suka berada di fase mood yang berubah-ubah, mungkin istrinya sedang punya dunianya sendiri sekarang.

"Abisin buahnya," ucap Gerald mengingatkan, kemudian kembali ke kesibukannya.

Anin memble sendiri, "Iya ini lagi dimakan..." lanjut menusuk buah potongnya pakai garpu.

Jadwal mereka berdua hari ini cuma di rumah, gak ada rencana keluar kemana pun—hanya santai menikmati pekan terakhir hari libur. Gerald di ruang kerjanya, duduk di sofa dekat jendela sambil baca buku yang entah apa isinya Anin gak paham.

Perempuan itu mengekor masuk kesana, Anin sejenak berkeliling melihat-lihat isi ruangan, Gerald tahu dan membiarkan Anin tanpa mengusik kegiatannya yang satu ini. Setelah lelah sendiri, Anin berujung ikut duduk di sebelah Gerald.

Right OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang