37; love struck

40.8K 3.5K 358
                                    

"Ehm... saya ada salah apa ya, Pak?" Calista menatap kesana kemari di dalam ruangan Gerald, sambil mengingat-ngingat dia punya kesalahan apa yang buat atasan Candala memanggilnya langsung ke ruangan.

Lagi enak-enak makan roti sambil cek submit file di komputer, Calista hampir tersedak ketika Farel lari-lari masuk ke ruangannya, mengabarinya untuk cepat datang ke ruangan Gerald memenuhi panggilan si bos.

Jadi disinilah Calista berdiri.

Gerald menyingkirkan kopi paginya sedikit ke tepi meja, memandang Calista yang baru tiba di hadapannya sekarang. Gerald bisa mengerti kenapa karyawannya satu ini memasang wajah kebingungan, Gerald memang gak pernah menghubungi langsung karyawannya, wajar Cakista kebingungan.

"Mulai hari ini sampe tiga hari ke depan kamu gak usah masuk kerja dulu."

"Hah?" Calista mengerjapkan matanya, "Sa-saya ada salah apa, Pak? Pekerjaan saya ada yang salah?"

"Bukan, kamu ambil cuti aja."

"Hah?" Makin-makin heran Calista dibuatnya.

"Kamu temenan sama Anin, kan?" tanya Gerald to the point, dibalas anggukan kaku Calista, "Saya minta tolong kamu temenin dia di apartemennya, tenang aja soal gaji gak akan saya potong walau kamu gak masuk tiga hari, malah saya tambahin bonus."

Mulut Calista mendadak lupa caranya menutup rapat, kalimat Gerald terlalu padat dan tepat ke sasaran tanpa basa basi lebih dulu. Pemuda tampan yang mengenakan kemeja putih di hadapannya itu memasang wajah teramat santai, seperti gak ada beban sama sekali.

"Calista?" sahut Gerald menyadarkan.

"Ta-tapi, Pak—lusa kan ada rapat evaluasi, saya harus dateng."

"Nanti saya suruh Jinan buat atur itu, yang penting kamu temenin Anin dulu, gimana?"

"Errr—emangnya Anin gak tinggal bareng Pak Bian lagi apa gimana? Kok dia ada di apartemennya?"

Lidah Gerald kelu untuk menjawabnya, spontan kebingungan harus merespon apa, "Ya—" Gerald melirik ke arah lain, lantas mengerjapkan matanya.

Calista hampir memukul bibirnya sendiri yang ceplas ceplos gak lihat kondisi, kalau respon Gerald begini harusnya dia tahu sedang ada yang salah dalam hubungan rumah tangga mereka, sampai-sampai keduanya gak tinggal di satu rumah.

Setelah Calista memastikan lagi permintaan Gerald, siangnya gadis itu pergi ke apartemen Anin—gak lupa meminta ijin Anin dulu, walau di awal Anin menolak Calista datang, ujungnya Calista berhasil membujuk temannya itu.

Gadis berambut dark-brown pendek itu terkejut saat Anin membuka pintu dengan tampilan yang cukup kacau. Matanya sembab, rambut yang dicepol asal dan masih mengenakan piyama tidur di tengah hari seperti ini.

"Masuk aja," kata Anin mempersilahkan. Calista mengangguk, masuk ke dalam lalu secara mandiri menutup pintu apartemen tanpa diminta.

Calista menaruh kotak makanan yang dia bawa ke atas meja, duduk disana memperhatikan Ibu hamil di depannya sedang memasak mie instan di kompornya.

"Gue bawain mochi sama salad buah nih, makan yuk, Nin?" ajak Calista.

Anin menoleh sekilas, "Lo aja, gue mau makan mie kuah."

Right OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang