13; propose you

102K 7.1K 312
                                        

"Mau ngomongin apa?" tanya Bintang penasaran, kedua netranya sekarang menatap lamat orang di hadapannya.

Lorong koridor sepi, hanya ada mereka berdua berdiri di depan unit apartemen Anin. Niat Bintang yang ingin segera pergi memastikan keberadaan Anin di rumah panti harus tertunda gara-gara Gerald yang mendadak ingin bicara sesuatu dengannya.

Keterdiaman melanda dua cowok itu, Bintang lama kelamaan makin merasa bingung sama Gerald karena gak kunjung mengatakan sesuatu yang jadi niatnya.

"Kak, lo mau ngomong apa enggak?"

Gerald menarik nafas dalam, "Gua atasan Anin di kantor, lo tau kan? Gua tadi udah bilang?"

"Iya, terus?" sahut Bintang.

"Anin lagi hamil."

Kerutan di dahi Bintang perlahan mengendur hilang, menatap gak percaya Gerald yang baru aja menceploskan tiga kata gila dari mulutnya. Sedangkan Gerald berdecak dalam hati, tepat dugaan Bintang belum tahu apa-apa soal keadaan Kakaknya.

"Maksud lo?" Bintang dilanda kebingungan, "Hamil? Hamil bayi maksudnya?"

Gerald langsung mengangguk mantap, "Dan yang ngehamilin Kakak lo itu gua."

Bintang mematung di posisinya, matanya mengerjap lambat menatap Gerald, pernyataan barusan membuat jantung Bintang mencelos gak karuan. Otak dan pikirannya masih mencerna situasi yang gak pernah ada di bayangannya saat ini.

Kakaknya hamil. Alasan kenapa Anin tiba-tiba menghilangkan diri adalah karena dia sedang hamil.

"Gua tau gua salah," ujar Gerald mendengus pelan, "Gua mau tanggung jawab, jadi tolong bantu gua ketemu Anin sekarang."

BRAK! Gerald terkesiap begitu Bintang mendorong tubuhnya menghantam dinding, suaranya lumayan nyaring terdengar sampai ujung koridor. Laki-laki itu menatap Bintang tajam, perasaan ramah yang tadi diperlihatkan ke Gerald seketika menghilang.

"Lo sadar gak lo abis ngapain Kakak gue?"

"Sadar, sepenuhnya sadar." Gerald balik menatap Bintang tanpa rasa takut, "Lo boleh tonjok gua kalo lo mau, gua udah ngerusak Kakak lo."

BUGH! Tanpa disuruh lebih lanjut, satu bogeman mentah mendarat di wajah Gerald.

Gerald terhuyung ke belakang, pukulan Bintang lumayan keras menghantamnya. Pipi bagian kirinya spontan mengeluarkan rasa nyeri, tapi belum selesai dia menetralkan rasa sakitnya, Bintang udah menarik kerah baju Gerald, menghadiahi kembali wajahnya satu tonjokan keras.

"Bajingan," ketus Bintang penuh penekanan, "Sialan lo!"

Gerald gak melawan sama sekali, merasa pantas mendapat hukumannya dari Bintang. Membiarkan Bintang beberapa kali memukul wajahnya sampai salah satu kepalan tangan Bintang berhasil menyobek ujung bibir Gerald. Pemuda itu sontak berdesis merasa perih, tetap enggak melawan, sekali lagi Gerald merasa dia berhak dapat ini.

"Gak usah nemuin Kakak gue, anjing." Bintang mendorong Gerald menjauh, wajah adiknya Anin itu terlihat memerah pertanda dipenuhi emosi, "Gue gak mau Kak Anin ketemu lo lagi!"

"Bintang!" Gerald menahan lengannya, mengabaikan rasa nyeri di wajahnya, "Gua bersumpah gua mau tanggung jawab, jangan buat gua makin gila karena gak bisa nemuin Kakak lo."

"Gak."

"Bintang, gua mohon sama lo—lo mau buat gua pincang sekalian gapapa asal lo ajak gua ketemu Anin," kata Gerald memelas.

"Lo udah nyakitin Kakak gue, bangsat."

"Gua tau, makanya gua mau perbaikin kesalahan gua." Gerald berkata dengan nada frustasi, "Tolong, Bin. Gua mau tanggung jawab atas Kakak lo sama bayinya, gua mau dapet pengampunan dari kelakuan gua, gua gak bisa tenang liat dia menghilang begini."

Right OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang