45; back to me

77.1K 4.7K 201
                                        

"Tebak-tebakan dia cewek atau cowok," sahut Anin mengajak Gerald main tebak-tebakan saat mereka sampai di parkiran rumah sakit.

Hari ini jadwal periksa kandungan Anin, Gerald sengaja mengosongkan jadwal dari jauh-jauh hari supaya bisa menemani istrinya. Mengingat mereka berdua sama-sama janji untuk tahu gender si bayi sejak bulan lalu, Gerald tentu gak mau mengingkarinya.

"Menurut kamu apa?" balik Gerald bertanya.

Anin mengedikkan bahu, "Jujur aku bingung, Ge. Tingkah aku selama hamil ini gak nentu banget." tangannya udah digenggam erat oleh Gerald, mereka berdua berjalan beriringan menyusuri koridor rumah sakit.

"Iya sih." Gerald membenarkan, "Kamu selama hamil suka banget main lego, aku sempet nebak cowok, tapi liat kamu manja suka nempel ke aku, buat aku mikirnya cewek—karena kata orang kalo suka nempel ke suami biasanya cewek."

"Tau nih anak kamu nempel banget ke bapaknya, aku yang pusing."

Gerald tertawa kecil, tangannya mengelus perut buncit Anin sekilas, "Gapapa biar Mamanya gak bisa jauh-jauh."

"Idih!" Anin mendelik gak terima.

Saat nama Anin dipanggil, keduanya langsung masuk ke dalam ruangan. Kedatangan mereka disambut hangat oleh Elvin, Elvin sempat menyapa Gerald dan bertanya beberapa pertanyaan formalitas ke pemuda itu, sebelum akhirnya dokter cantik tersebut mempersilahkan Anin untuk segera bersiap melakukan pemeriksaan.

"Ini mau langsung tau gender baby-nya ya Papa, Mama?" tanya Elvin bernada sedikit seperti anak kecil, "Mumpung Papanya lagi gak sibuk bisa nemenin si Mama."

Gerald dan Anin mengangguk kompak dengan senyum terpatri di wajah mereka. Gerald membantu Anin untuk merebahkan dirinya di atas examination table sementara Elvin mulai mempersiapkan alat-alat untuk melakukan USG ke Anin.

"Menurut kalian berdua anaknya cewek atau cowok?" Elvin melontarkan pertanyaan yang sama dengan pertanyaan mereka beberapa saat lalu.

Keduanya gak menjawab, sibuk menatap satu sama lain. Gerald menoleh ke Elvin, "Apa pun yang penting dia sehat terus, kita berdua sama-sama gak bisa nebak, Dok."

Elvin terkekeh renyah, perlahan mulai mengoleskan gel ke permukaan perut Anin. Lalu mengarahkan alat transduser ke beberapa titik yang dirasa bisa menghasilkan gambar yang jelas di layar monitor. Sebelumnya, dari jauh-jauh hari Elvin udah mengingatkan Anin untuk minum air mineral lebih banyak sebelum melakukan USG.

Usut punya usut, sekilas infonya Elvin bilang hal ini diperlukan supaya dapat meningkatkan kualitas atau memperjelas gambaran kondisi si jabang bayi.

"Waduh, hidungnya mancung banget kayak si Papa," sahut Elvin tiba-tiba, makin semangat menggeser transduser itu ke titik yang lain, memperlihatkan gambaran yang semakin jelas di layar monitor.

Anin dan Gerald terpaku menatap monitor yang bergerak menampilkan potret anak mereka, samar dari wajah dan jari-jari mungil yang terlihat sukses membuat Gerald tertegun di tempat. Pemuda itu mungkin sampai lupa untuk berkedip, terlalu fokus memperhatikan kesana—gak mau ketinggalan satu klip pun dari gambaran anaknya.

"It's baby boy," ucap Elvin pelan, "Anaknya laki-laki, calon penerus Candala gak ini?" lanjutnya diselingin candaan.

"Laki-laki?" ulang Gerald bertanya, seakan memastikan dia gak salah dengar.

Elvin mengangguk, "Iya anak kalian laki-laki, selamat ya." wanita itu mengulas senyum sumringahnya kepada dua orang itu.

Genggaman tangan Anin makin erat memegang tangan Gerald membuat empunya mengalihkan pandang dari monitor. Gerald dan Anin sama-sama saling tatap lalu tersenyum senang satu sama lain, kebahagiaan terpancar jelas dari keduanya.

Right OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang