[end]
Karena trauma soal keluarga, Anin memutuskan untuk menjalani hidup monoton tanpa menambahkan bumbu asmara di dalamnya. Bangun pagi, kerja, hahahihi bareng temen, lalu pulang buat istirahat. Siklus yang Anin harapkan selalu seperti itu sampai d...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Anin menyimpan ponselnya kembali ke dalam sling bag yang dia bawa hari ini setelah mengabari Gerald, lalu menatap keluar jendela mobil, menikmati lingkungan Ibukota yang kelihatan sibuk dengan hiruk pikuk duniawinya.
Sepanjang jalan Anin menggenggam tangannya kuat, perasaan kalut bercampur penasaran menguar lepas di dalam isi kepalanya. Melalang buana mencoba menebak apa fakta yang akan dia dapat siang ini.
Langkah kaki membawanya masuk ke dalam sebuah cafe, Anin mengedarkan pandangannya ke sekitar sebelum menyadari adanya dua laki-laki di depan sana melambaikan tangan ke arahnya, buru-buru Anin berjalan menghampiri mereka.
"Kalian lama nunggu?" tanya Anin sopan, mengambil posisi duduk di sebelah Naren.
Naren menggeleng, "Enggak juga, santai aja Nin, lo mau telat satu jam juga kita gak masalah."
"Iya, lo lagi hamil jadi santai aja pelan-pelan," timpal Regan yang duduk di hadapan mereka.
Kemudian Regan menyodorkan buku menu ke Anin, "Mau pesen kopi juga?"
"Orang hamil gak minum kopi, bodoh." Naren menendang pelan kaki Regan di bawah meja, menyebabkan laki-laki berpostur badan mungil itu mengaduh pelan.
"Gue kan gak tau!"
Anin tertawa pelan, "Gue mau milkshake sama croffle aja."
Siang ini Anin memenuhi permintaan Naren yang mengajaknya bertemu Regan, tiga hari yang lalu setelah mereka pulang dari kediaman utama Candala, Naren yang entah mendapat nomor Anin darimana itu tiba-tiba menghubungi Anin lewat pesan.
Anin bimbang pada awalnya harus mengiyakan atau enggak, namun saat Naren menjelaskan tujuannya, tanpa pikir panjang Anin mengiyakan. Sebut aja perempuan ini lumayan berani membohongi Gerald kali ini, karena yang Gerald tahu siang ini Anin pergi menemui teman lamanya, bukan Naren atau Regan.
"Lo kesini ijin gak sama Gerald?" tanya Naren penasaran.
"Ijin, tapi gue bilang mau ketemu temen gue, bukan lo berdua."
Naren mengangguk paham, "Kalo lo jujur gak bakal dikasih ijin sih, yakin gua."
"Tapi aman kan?" Regan memastikan, sedikit was-was juga.
"Aman, belakangan ini dia lagi sibuk banget."
"Sibuk terus laki lo mah, Nin," celetuk Naren yang membuat Anin tertawa kecil.
Suasana di antara mereka sempat lengang sesaat, tepatnya Anin yang hanya diam memperhatikan Naren dan Regan yang berbincang satu sama lain membahas persoalan yang kurang dia mengerti. Sampai ketika waiter datang membawakan pesanan Anin, baru kedua lelaki itu berfokus padanya.
"Jadi, lo berdua mau ngomong apa?" Anin buka suara, sehabis menyeruput sedikit milkshake miliknya.
Regan diam menatap Naren, Naren langsung berdehem begitu mengerti kalau Regan memintanya untuk mulai bicara, "Jadi Nin, ini soal Audisa, kita berdua mau nanya beberapa hal sama lo."