[end/segera terbit]
Karena trauma soal keluarga, Anin memutuskan untuk menjalani hidup monoton tanpa menambahkan bumbu asmara di dalamnya. Bangun pagi, kerja, hahahihi bareng temen, lalu pulang buat istirahat. Siklus yang Anin harapkan selalu sepert...
Sejak dua jam lalu yang dilakukan Anin hanya duduk di depan jendela kamarnya, bersandar disana sambil membaca sebuah novel fiksi menemani kesunyian malam yang datang. Sesekali matanya beralih dari buku ke arah luar jendela, menunggu kedatangan seseorang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Helaan nafas kasar keluar dari mulutnya, Anin menyimpan kembali ponselnya.
Pesan yang dia kirim dari siang lalu gak ada yang berbalas, entah Gerald punya kesibukan lain atau apa, tapi pemuda itu tiba-tiba menghilang tanpa mengabari Anin lebih lanjut. Mungkin Anin gak akan terbawa pikiran dan perasaannya kalau dia tahu jelas Gerald kemana.
Masalahnya sore tadi Anin menghubungi Jinan, perempuan itu kaget begitu dengar Jinan berterus terang kalau mereka udah sampai di Jakarta setengah jam lalu, Jinan juga jujur bilang ke Anin kalau Gerald ada urusan lain yang gak dia tahu, Gerald menyuruh mereka pulang lebih dulu.
Anin berusaha berpikir positif, mungkin gak lama lagi Gerald sampai. Namun hingga sekarang jam hampir menunjukkan pukul sepuluh malam, sosok Gerald masih gak terlihat di hadapan Anin.
"Hah...." Anin menutupi wajahnya dengan kedua tangan, berlarut dalam pemikirannya sendiri yang kacau.
Ini pertama kalinya setelah menikah, Gerald gak memberi kabar pada Anin. Meninggalkan perempuan itu dengan beragam asumsinya sendiri, Anin tentu khawatir, dia takut terjadi sesuatu sama Gerald kalau tingkah laki-laki itu begini.
Di tengah lamunannya, suara deru kendaraan terdengar menyadarkan Anin, dia mengintip dari celah jendela, melihat pintu gerbang di bawah sana perlahan dibuka oleh security yang berjaga.
Mobil Gerald.
Anin cepat-cepat meloncat turun dari posisi duduk nyamannya, dia meraih kimono setelan dress tidur yang dia pakai lalu buru-buru keluar dari kamar. Anin mengambil langkah besar, berlari kecil menuruni anak tangga menuju pintu utama rumah mereka.
Daun pintu besar itu pelan-pelan terbuka, Gerald yang tengah menenteng jas itu akhirnya terlihat di mata Anin.
Gerald kaget melihat Anin ada di balik pintu tepat setelah dia membukanya, "Anin?" ucapan pemuda itu berhenti ketika Anin menyergap tubuhnya dengan pelukan erat, saking eratnya Gerald sempat terhuyung ke belakang mengimbangi bobot tubuh Anin yang menyerangnya.
"Kamu darimana?" tanya Anin selepas melerai pelukannya, "Aku chat gak kamu bales, Ge." tangannya menyentuh tangan Gerald, menggenggamnya perlahan membuat Gerald terkejut, Gerald dengan cepat langsung balik menggenggamnya erat.
"Maaf, aku gak sempet buka hape," ujar Gerald merasa bersalah sendiri. Gerald menutup pintu utama lalu menarik Anin masuk ke dalam rumah, "Kamu gak tidur, Anin?"
"Aku nungguin kamu," cicit Anin menjawabnya pelan, jawaban yang makin buat Gerald merasa bersalah, "Kamu kemana sih? Pak Jinan bilang mobil kamu perginya misah dari mereka? Kamu bilang siang tadi nyampenya diusahain sore??"