24; new home

47.8K 3.2K 141
                                    

Gerald dan Anin pindah ke rumah mereka sendiri tiga hari setelahnya, semua berjalan lancar, dalam waktu dua hari rumah yang sebelumnya kosong melompong saat didatangi mereka sekarang udah terisi penuh oleh banyaknya furniture, barang-barang dan alat rumah tangga yang lengkap.

Ternyata rasanya begini punya suami financial freedom? Gerald bisa melakukan semuanya begitu mudah dengan uang. Uang memang segalanya.

Kalau diingat, Tita yang berulang kali rewel meminta Gerald dan Anin tinggal di rumah utama lebih lama. Anin sih gak masalah, hanya Gerald yang menolak dan meminta mereka untuk pindah secepatnya. Entah apa alasan pasti, Gerald hanya bilang gak enak tinggal bareng orang tua saat udah berkeluarga.

Anin selaku istri ikut aja, enggak banyak komentar di antara perdebatan kecil Ibu dan anak itu.

"Sini aku yang bawa," ujar Gerald mengambil alih koper dari tangan Anin, Anin gak sempat melayangkan protes karena Gerald udah jalan mendahuluinya masuk ke dalam rumah.

Berapa kali pun Anin mengerjapkan mata, dia masih gak percaya sama tampilan elegan rumah ini. Selera Gerald memang bagus, President Directur Candala ini punya intuisi yang tepat dan tajam di urusan kerja, jadi rasanya bukan hal yang aneh kalau Gerald juga bisa membereskan urusan yang satu ini.

Dari area foyer, mereka langsung disambut oleh living room disambung area dinning beserta kitchen dengan hiasan mini bar. Anin berdecak dalam hati, semua barang furniture yang mereka beli kemarin tertata rapi sesuai porsi—menimbulkan kesan estetik yang enak dipandang.

Belum lagi lantai bawah ini terhubung langsung dengan view backyard, berupa kolam renang minimalis, sangat cocok kalau dijadikan tempat kumpul bareng keluarga dan teman. Desain dan perancangan Gerald gak mengecewakan Anin sama sekali.

"Kalo gua entar mau bangun rumah, gua nyewa lu aja dah Ge gak usah nyari arsitek," celetuk Hilmy tiba-tiba, cowok itu udah duduk di sofa living room sambil berselonjor kaki, "Waduh ini kalo lu udah pindah, gua sama Naren numpang main dimana, Ge? Masih boleh gak sama Nyokap lu kesitu."

Gerald merotasikan matanya jengah, "Lo ngomong seakan-akan selama ini lo ke rumah gua pake ijin gua dulu, biasa juga nyelonong."

Selain Gerald dan Anin, ada Hilmy dan Naren yang ikut bersama mereka kesini. Dua manusia yang memang sering dikatakan satu paket sama Gerald itu ikut karena penasaran rupa rumah baru yang dibeli Gerald untuknya dan Anin.

Hilmy cengengesan, dia beralih menatap Anin, "Kesini harus ijin Nyonya rumahnya dulu, ya gak Nin?"

"Gak usah dikasih ijin," sahut Gerald.

Anin terkekeh pelan, "Main aja terserah lo, Hil."

"Yeeessss!" Hilmy mengepalkan tangan ke udara kosong, kelakuannya membuat Gerald mendadak memberi pelototan gak terima.

"Gak ada main-main kesini! Istri gua sendiri dirumah kalo gua kerja, gak usah macem-macem lo!" Gerald menoleh ke Anin, "Jangan kasih ijin dia masuk rumah kalo gak ada aku, oke?"

Naren sendiri geleng-geleng kepala melihat drama yang selalu terjadi hampir seumur hidupnya. Hilmy kalau gak menganggu Naren, ya sasaran lainnya si Gerald. Begitu terus on repeat. Lihatlah gimana puasnya putra Widjaja itu tertawa geli melihat reaksi Gerald.

"Bercanda elaahhh, Ge! Gini-gini gua juga tau diri dan aturan kali," kata Hilmy masih dengan tawanya.

Gerald mendengus pelan, kemudian melangkah pergi naik ke tangga menuju lantai atas, hendak menaruh koper mereka di kamar utama. Meninggalkan Anin bersama dua teman sejawatnya di living room.

Right OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang