Vote ya!
Sorry for typo(s)**
Rachel pov--Apa maksud surat ini? Secara tidak langsung ia mengatakan bahwa ia dalang dari kecelakaan Mom Dad? Ini sudah keterlaluan.
Aku meremas kertas tersebut dan memasukkan asal ke dalam kantung jaket ku. Kemudian aku keluar toilet.
"Have you done?" Tanya Zayn yang telah menunggu di depan toilet.
"Yeah, let's go!"
Aku mengambil alih koperku dan membawanya ke luar rumah sakit. Zayn memasuki salah satu taksi yang berjaga di rumah sakit. Kemudian ia merogoh sakunya untuk mengeluarkan ponselnya, mengutak atiknya dan menunjukkannya pada supir.
Oh, ternyata Nichole sudah memberi alamat rumahku. Hmm, baguslah. Tiba tiba kepalaku berdenyut. Hampri saja aku rebah dari dudukku kalau tidak di tahan Zayn.
"Hey, kau sakit" Tanya nya lembut.
"Hanya sedikit pusing, Zayn. Bukan masalah." Ucapku mencoba serelax mungkin. Aku berbohong, ini pusing sekali. Oh, mungkin akibat aku belum makan sejak tadi sore.
"Kemarilah." Ucapnya sambil menepuk nepuk bahunya. "Tidurlah di bahuku. Akan ku bangunkan jika sudah sampai."
Ingin rasanya aku menolak. Bukan apa, aku takut Zayn merasa terbebani karenaku. Tapi tak bisa di pungkiri, karena pusing di kepalaku membuatku sangat lemah, hingga aku memutuskan untuk mengikuti ucapannya.
"Thanks, Zayn." Ucapku lemah.
"Tidurlah."
Aku meletakkan kepalaku di bahu Zayn. Tidak buruk. Dan akhirnya aku terlelap.
**
Aku mengerjapkan mataku. Melihat sekeliling. What? Aku sudah berada di kamarku. Tidak bukan di London. Masih di New York.
Siapa yang membawa ku kesini? Terakhir aku tertidur di bahu Zayn, di taksi.
Aku melihat sekilas jam dari ponselku. Jam 1 malam? Huh, kenapa aku terbangun jam segini? Kenapa tidak sekalian pagi pagi.
Tenggorokanku terasa kering. Alhasil aku keluar kamar dan berjalan ke dapur. Mengambil segelas air putih, dan meminumnya. Huh, akhirnya.
Aku melihat meja makan. Ada apel. Perutku sudah berbunyi bunyi. Akhirnya aku memutuskan untuk memakan apel. Mungkin dapat mengganjal perutku hingga pagi.
"Rachel? Kau kah itu?" Tanya seseorang tiba tiba dengan suara yang semakin terdengar jelas. Aku menoleh, mencari sumber suara itu. Huh, hanya Zayn.
"Hmm." Aku hanya bergumam.
"Apa kau lapar? Aku bisa mencarikanmu maka--"
"Tidak perlu, Zayn. Aku makan apel saja. Maaf jika suara dari dapur ini membangunkanmu." Potongku cepat.
"Kau harus makan, Rachel. Apel saja tidak cukup. Oiya, ini obatmu." Ucap Zayn sembari menyodorkan seplastik obat yang tadi siang di berikan oleh dokter Henry, dokter pribadi keluargaku.
"Thanks, Zayn. Tapi apel saja sudah cukup bagiku. Kau tidurlah." Balasku. Aku merasa tak enak dengan Zayn. Ia sudah banyak membantuku. Tak mungkin aku membiarkan ia mengorbankan waktunya lagi hanya untuk mencarikan makanan untukku.
"Aku akan menunggumu selesai." Jawabnya cepat.
"Hmm, terserahmu lah, Zay." aku menggigit apelku. Zayn berjalan mendekat dan menarik 1 kursi untuk diringa duduk.
Hening.
Hanya ada suara apel yang ku gigit.
"Rachel, bolehkah aku bertanya?" Tanya Zayn tiba tiba.
![](https://img.wattpad.com/cover/38806267-288-k466390.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of the bad Experience -One Direction-
Fanfiction[COMPLETED] 'Dari hidupku ini, aku bisa mengambil banyak pelajaran. Ada orang egois yang ternyata bisa melakukan apa saja, bahkan membunuh orang lain hanya karena mengikuti egonya. Ada orang yang aku sendiri tak mengerti apa yang terjadi dengannya...