Day 56 - "The End."

5.1K 515 51
                                    

HEEEI! Putar lagu di audio yaa!
Btw long Chap!!! 2,6++ k words! Vote yaaa!

'There's just something about you that I'm scared to lose, because I know, I won't find it in anyone else.'

Sorry for typo(s)

**
Rachel pov--

Zayn mendorong kursi rodaku menuju pemakaman. Ya, pemakaman Niall dan Nichole di adakan hari ini. Nichole berpesan untuk di makamkan di New York, sedangkan Niall, Greg yang menyuruhnya untuk di makamkan di tempat yang sama saja.

Aku sudah siap dengan dress selututku, dress yang kupakai tepat saat pemakaman Mom dan Dad. Aku duduk di kursi roda di tengah tengah kerabat kerabat Niall dan Nichole.

Aku menatap kosong pada makam Niall dan Nichole. Mereka di makamkan bersebelahan. Berdekatan dengan makam Mom dan Dad. Hingga pendeta selesai membacakan doa, dan kini giliranku untuk memberikan pidato singkat.

Zayn berniat membantu mendorong kursi rodaku, tetapi aku menolak.

"Aku bisa, Zayn." Ujarku sembari mencoba untuk tersenyum.

"Are u sure, Richel?" Tanya nya.

"Ya, Zayn."

Aku mendorong kursi rodaku sendiri ke depan orang orang yang melayat.

Aku menarik nafas dalam, aku sudah menyiapkan secarik kertas untuk pidato kali ini. Lidahku terasa kelu untuk mengucapkan kata kata yang sudah ku rangkai tadi. Hingga aku memutuskan untuk menutup kertas tersebut dan berbicara sesuai yang ada di pikiranku.

Aku menatap semua orang yang hadir. Ada Greg, Denise dan juga kedua orang tua Niall yang memang sekarang tinggal di Mullingar. Mereka sengaja terbang ke sini. Tentu saja. Teman teman sekolahku juga ada yang datang. Rekan Nichole, dan-- aku melihat Harry berdiri di pojokkan.

"Morning, all. Thankyou for coming."

Aku terdiam dan menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan.

"Nichole, Dia adalah kakakku. My only brother. Satu satunya keluargaku yang tersisa. Itu berarti, sekarang sudah tak ada satupun keluargaku yang tersisa. N-nichole, ia sosok yang baik. Sangat baik. Ia sangat peduli denganku. Walaupun ia adalah annoying brother, tetapi ia tetap peduli denganku. Ia yang selalu protective, ia yang selalu mengomeliku jika aku berbuat sesuatu yang salah ataupun kurang tepat menurutnya." Aku menundukkan kepalaku sejenak. Berusaha bernafas dengan stabil, berharap suaraku tak bergetar hingga akhir pidato ini.

"A-aku tak menyangka semua akan berakhir seperti ini. Dia, dia berkorban demi hidupku. A-aku sangat menyayanginya. Sungguh. Ia berpikir seakan akan ia tak begitu penting dalam hidupku, tapi dia salah. Ia penting. Terlalu penting untukku."

"Aku--" Aku segera mengusap air mataku yang mulai menetes. Dasar Rachel payah!

"Aku tak tahu harus berkata apa lagi. Ia segalanya bagiku. Aku-- aku hanya ingin bilang bahwa, aku belum siap hidup tanpanya. Aku menyayanginya. Aku mencintai dia, sebagai kakakku. Dan, dan aku benar benar tak ingin ia pergi secepat ini."

Aku berhenti sejenak. Mengipas ngipaskan mataku dengan tangan kananku. Ayolah, jangan menangis.

"Dan-- Niall. Niall James Horan. He is my best friend. He is like a brother for me. Same like Nichole. Dia-- dia sama berartinya seperti Nichole."

"A-aku, aku tak tahu kalau selama ini.." Aku kembali menghirup napas dalam. "Aku tak tahu kalau ia menjauhiku karena, karena itu yang terbaik. Yang terbaik untukku."

"Argh! Lupakan soal itu." Aku sedikit terkekeh.

"Dulu, ia yang pertama. Yang pertama membuatku seperti ini. Tak mudah rapuh. Ia yang mengajariku bagaimana caranya untuk tegar dalam mengatasi semua masalah. Ia sangat berpengaruh dalam hidupku."

Because of the bad Experience -One Direction-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang