Day 18 -"Am I dreamed?"

2.9K 470 13
                                    

Haaaii, i'm back. Kalau kalian baca, jangan lupa leave vote nya yaa!
Sorry for typo(s)
Enjoyed guys!

**
Rachel pov--

Hari ini dokter sudah memperbolehkanku untuk pulang. Aku sangat senang, tentu saja. Siapa yang senang berlama lama dan terus menghirup udara di rumah sakit?

Niall menuntunku keluar kamar. Ya,
Hanya dia. Dan the boys? Yeah, mereka tak mungkin bolos sekolah hanya untuk mengantarku pulang. Hanya Niall yang masih setia di sampingku. Sungguh berhuntung aku bisa mengenal Niall.

"Kita langsung ke Nando's ya?" Ucapku.

"Rachel, ini jam sekolah. Dan kau baru sembuh. Kau ingin langsung makan Nando's? Bagaimana dengan kesehatanmu nanti? Dan bagaimana jika kita bertemu dengan anak anak saat mereka baru pulang sekolah?" Tutur Niall panjang lebar.

"Oh, come on, Ni!" Aku mencoba membujuknya. Aku memasang puppy eyesku.

"Tidak." Tungkasnya. Sial. Tidak mempan.

"Ayolah, Ni." Bujukku.

"Tidak, Pizzie. Besok saja. Hari ini kau harus makan makanan sehat yang ku buat." Tegasnya.

"Seriously, Niall? Ayolahh." Ucapku lagi.

"Tidak, Pizzie.." Bantahnya lagi.

"Okay, fine. Besok."

"Nah, ayo kita pulang." Ajak Niall sembari mengenggam tanganku.

**

"Rachel, ku tinggal dulu ya. Aku harus menebus salepmu dulu di Rumah sakit lain, karena di rumah sakit kemarin tidak ada." Ucap Niall padaku saat aku sedang menyantap masakannya. Tidak buruk.

"Salep apa?" Tanyaku sembari memasukkan brokoli ke dalam mulutku.

"Salep untuk semua lukamu itu, Nona. Apa kau lupa betapa buruknya lenganmu saat ini?" Jawabnya.

"Huh, tunggu! Aku ikut." Ucapku. "Tidak, kau di rumah saja." Balasnya sembari berjalan menuju pintu depan.

Dengan cepat aku melahap wortel terakhir, minum air putih sedikit dan segera mengejarnya. Aww, kakiku sakit. Astaga, lupakan soal sakit di kakimu itu Rachel.

"NIALLL!! AKU IKUT!" Teriakku. Aku berusaha sekuat tenaga mengejarnya. Overload.

"Tidak, Pizzie. Kau tunggu di rumah." Ucapnya. "Aku ikut. Titik." Ucapku tegas.

"Pizz--"

"Ayolah, Niall." Bujukku.

"Baiklah, dasar gadis keras kepala." Gerutunya. Dan akhirnya kami berjalan beriringan memasuki mobilnya dan berangkat.

**

"Ni, apa masih lama?" Tanyaku. Ya, kami sedang antri menebus obat tersebut. Yang benar saja. Banyak sekali yang mengantri. Sepertinya keputusanku untuk ikut salah.

"Apa? Sudah ku bilang kau tak usah ikut, gadis keras kepala." Ucapnya. Aku menggerutu dalam hati.

"Aku ingin ke toilet." Ucapku. "Go ahead."

Aku segera beranjak dari dudukku meninggalkan Niall yang sedang berkutat dengan ponselnya. Entah apa yang ia lakukan. Sebenarnya aku tidak benar benar ingin ke toilet. Kau tahu, sangat membosankan duduk menunggu antrian dengan seorang Niall Horan yang asik dengan ponselnya.

Aku berjalan menuju toilet. Well, aku memang tak ingin ke toilet beberapa menit lalu. Namun entah kenapa panggilan alam tersebut datang tiba tiba dan memaksaku harus ke toilet.

Because of the bad Experience -One Direction-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang