Day 21 - "He knows."

3K 462 12
                                    

Haii, i'm back. Jangan lupa vote dan comment ya! Need your opinion. Thankss

Sorry for typo(s)

**
Rachel pov--

Hari ini aku kembali bersekolah setelah lebih dari seminggu aku tak masuk. Huft, apa kabar sekolah ya?

Aku telah bersiap dengan seragam dan juga tas ku. Aku berjalan menuju meja makan, terlihat sudah ada pancake beserta beberapa sirup berbagai rasa berjajar di sampingnya.

Aku mengambil apple syrup dan menungkannya di atas 2 pancake ku. Hmm apple!

Aku memotong dan memakan pancake itu perlahan.

"Berangkat dengan siapa kau hari ini?" Tanya seseorang. Nichole. Oh ya, dia sudah pulang dari rumah sakit.

Sebenarnya dokter belum memperbolehkannya untuk pulang, tetapi ia memaksakannya. Dengan alasan ia ingin menjagaku.

Dan dia cuti kuliah 1 bulan, untuk memperbaiki kondisinya. Mom and Dad sudah tau, dan mereka menasihatinya tanpa berencana untuk pulang. Well, entah kenapa akhir akhir ini mereka jarang memperhatikan kami. Padahal sejak dulu, walaupun mereka sibuk mereka tetap menyempatkan untuk menengok kami atau sekedar menelpon.

"Entahlah, berangkat sendiri, mungkin." Jawabku sambil mengangkat kedua bahuku.

"Bawa mobil atau kendaraan umum?" Tanya nya. "Bawa mobil. Aku malas berdesak desakkan di dalam kendaraan umum." Balasku santai.

"Kau yakin dengan kakimu?" Tanya nya meyakinkanku. "Kenapa memangnya?" Ucapku balik bertanya.

"4 paku di kaki kanan dan 2 paku di kaki kiri." Balasnya ringan. "Astaga, itu sudah terjadi lebih dari seminggu yang lalu, Nic. Sekarang juga sudah sembuh." Ucapku lagi.

"No, kamu di antar Pak Inda hari ini." Ucapnya cepat.

"Oh, ayolah, Nic. Aku bisa sendiri."

"Tidak ada penolakan."

Hufft, aku hanya bisa menggerutu dalam hati. Terpaksa aku mengikuti ucapannya. Dengan cepat aku melahap habis pancake ku, menyandang tasku dan segera bergegas keluar rumah.

"Hey, tidak berpamitan dulu? Dasar adik durhaka." Celetuk Nichole yang berjalan mengikutiku.

"Hmm, Aku berangkat dulu ya, kakaku yang baik hati, ganteng, manis, dan sanagat peduli dengan orang lain." Ucapku dengan menunjukkan fake smile. Dan ku rasa ia tahu jika senyumanku ini fake smile.

"Okay, Berhati hatilah, Rachel. Dan ingat. Lain kali kalau ingin memuji dan tersenyum harus tulus dari hati." Ucapnya sambil menjitak kepalaku.

"Aw!" Aku meringis. Lumayan juga jitakannya.

Setelah menjitakku, ia langsung pergi tanpa rasa bersalah. Huh, dasar. Baru saja kami bertemu sehari, sifatnya sudah kembali seperti dulu.

**

Aku memasuki kelasku dengan lesu. Aku tidak mood sekolah sekarang. Rasanya bebas sekali kemarin seminggu tanpa sekolah. Hufft.

Baru saja aku berjalan melewati lorong sekolah menuju kelasku, tiba tiba saja seseorang merangkulku.

"Hey, kenapa lesu sekali?" Tanya orang tersebut. Aku menoleh mendapati wajah seorang lelaki tamp-- tidak. Itu Zayn.

"Aku sedang tidak mood, Zay." Ucapku lemas.

"Hey, namaku Zayn, fyi." Balasnya.

"Kau tidak merindukan panggilan Zay mu? Atau kau merindukan Zaynie?" Tanyaku, sedikit menjahilinya tak apa bukan.

Because of the bad Experience -One Direction-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang