Day 39 - "Niall I."

3.2K 460 32
                                    

HAAAAI! I'M BACKK! Fast updateee

THANKS FOR 10K READERS!! GAK NYANGKA UDAH SAMPAI 10K. Aku harap kalian yang baca udah gak jadi silent readers lagi yaa:( soalnya jauh banget perbandingan antara readers sama votes nya.

Tap tap vote ya jangan lupa, thankss xx!

'You know the difference between Promises and Memories? We break Promises--Memories break us.'

Sorry for typo(s)

**
Rachel pov--

Sebulan sudah berlalu semenjak kejadian itu. Aku sudah melupakannya. Huh, aku masih mengingatnya sedikit sebenarnya. Hubunganku dan Harry baik baik saja, walaupun terkadang ia mengecewakanku. Seperti membatalkan janji tiba tiba, telat 10 menit dari waktu yang sudah di tentukan, dan lain lain. Tapi aku segera memaafkannya untuk menutup kemungkinkan kami akan bertengkar lagi.

Hari ini Harry tak masuk, entah kenapa. Sms ku juga tak di balas. Line ku hanya di read. Mengesalkan memang. Tapi mengingat ia yang sekarang mengurus perusahaan orang tuanya saat masih usia 17 tahun, membuatku memakluminya. Siapa tahu ia tiba tiba di panggil soal urusan perusahaan? Nichole pernah memberitahuku kalau mengatur perusahaan tak mudah. Apalagi di usianya yang sekarang. Kalau begitu Harry juga merasakannya. Terlebih ia masih 17 tahun.

Aku berjalan menuju kantin sendirian. Zayn sedang di perpustakaan katanya ia di minta untuk membantu guru. Alhasil aku sendirian.

Omong omong soal Zayn. Aku masih dekat dengannya. Perasaanku yang dulu-- yeah perasaan yang membuatku entah mengapa bosan dengannya sudah pergi begitu saja. Lagipula tak ada alasan juga kan untukku menjauhinya?

Saat aku sedang membawa nampanku menuju tempat yang kosong, aku berpapasan dengannya, Niall. Menatapnya mengingatkanku dengan ucapannya bulan lalu. Secepat itukah aku melupakannya? Seharusnya aku bertanya apa maksudnya.

Prangg!!

Gosh! Nampan yang ku bawa jatuh tiba tiba. Piring dan makananku berserakan di mana mana. Mata orang orang tertuju padaku. Pandanganku terhenti pada Niall. Ia tersenyum licik padaku.

"Ups! Maaf, aku tak melihatmu, Nona kecil." Ucap Niall. Tentu saja menyindir. "Kalau jalan matanya di pakai ya. Jangan melamun terus." Lanjutnya.

What? Tak salah aku mendengar seorang Niall Horan menyindirku seperti itu?

"Maksudmu apa berkata seperti itu, Ni?!" Bentakku.

"Oww, menantang rupanya. Aku hanya memberimu nasihat kecil, Nona." Balasnya.

"Damn you!" Umpatku kemudian beralih ke pecahan piringku tadi. Aku membersihkannya dengan tangan kosong. Tiba tiba seseorang menendang tanganku dengan sengaja. Aku mendongak. Mendapati Niall tersenyum padaku. Lagi.

"Ow, maafkan aku. Aku tak melihat tanganmu yang busuk itu." Ucapnya dengan di lebih lebihkan. Semua mata tertuju pada kami.

"What? How dare you? Apa maksudmu??" Teriakku.

"Aku tak bermaksud apa apa." Balasnya santai kemudian berjalan menginjak makananku yang jatuh tadi.

"What are u doing, Horan?" Umpatku.

"Ah, sepatuku jadi kotor karena makananmu." Ucap Niall lagi dan segera ia melepas sepatunya dan mengelapnya tepat di tanganku.

"What the fuck?!"

"Astaga. Maaf, aku hanya berusaha membersihkan sepatuku." Balas Niall.

Hell what? Apa yang ia mau? Dia benar benar bukan Niall yang ku kenal.

Because of the bad Experience -One Direction-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang