Day 9 - "Complicated"

5K 585 5
                                    

Rachel pov-

Kali ini sedang istirahat. Sudah lama aku tak mengecek ataupun menyimpan barang di loker, sepertinya lokerku sudah banyak sampahnya. Aku berjalan menuju dimana loker loker berjejer. Ku lihat kunci lokerku. '281'. Dimana ya lokerku? Bahkan aku lupa dimana letak lokerku. Aku mengedarkan pandanganku ke nomor nomor yang tertera. Akhirnya aku menemukannya.

'Clekk.'

Setelah kunci terbuka aku membuka lokerku. Mataku membulat saat melihat apa isi lokerku. Bagaimana bisa, isinya kertas semua. Terlihat seperti sampah. Tapi seingatku aku tak pernah meninggalkan sampah sebanyak ini di lokerku. Baru saja aku hendak membuangnya, terlintas di pikiranku untuk melihat satu per satu isi kertas kertas tersebut. Walau jumlahnya sangat banyak. Tapi siapa tahu ada yang penting.

Aku mengambilnya dan membukanya satu persatu. Seketika aku diam tak berkutik melihat isi dari kertas kertas ini.

'Hey Rachel yang 'sok' jagoan. Kemana aja kau akhir akhir ini? Menjaga image di depan murid murid baru tersebut? Bersikap sok manis di depan mereka? Pantas saja kau dekat dengannya. Kau itu tak pantas dekat dengan mereka, jauhi mereka! Atau kau akan tahu akibatnya.'

Cih, sok banget sih jadi orang. Sudah berani melawanku, apa dia lupa aku ini siapa? Atau dia memang ingin keluar dari sekolah ini? Hmm, I see. Aku membuka lipatan kertas yang kedua.

'Gausah sok cantik deh! Gausah deket deketin The boys segala.'

'Kamu tuh gak pantas sama mereka. Jauhi mereka sekarang juga!'

So, karena ini kamu tidak berulah. Aku kira kamu memang sudah berubah. Ternyata Cuma jaim aja. Dasar wanita jalang!'

Amarahku mulai meledak sekarang. Tetapi aku tetap memutuskan untuk membaca kertas kertas itu lagi.

'Jauhi mereka, Bitch!'

'Kau memang semaunya Rachel, tidak pernah berubah.'

'Jangan mentang mentang kau dekat dengan Niall, kau bisa seenaknya mendekati The Boys juga.'

Aku melanjutkan membaca kertas kertas itu, tetapi semakin lama isinya semakin tidak jelas. Apa maksud orang orang ini? Aku mendekati The Boys? Aku memang berteman dengan mereka, memangnya salah? Mungkin mereka hanya iri. Haha. Tentu saja. Mereka hanya bisa berteriak dan mengagumi mereka dari belakang. Kasihan sekali. Yang aku herankan, kenapa kertas kertas ini ada di dalam lokerku? Apa mereka meminta kunci serep untuk membuka lokerku? Tapi untuk apa? Apa mereka tak punya nyali untuk mengatakan semuanya di depanku?

Akan ku beri pelajaran mereka semua. Emosiku sudah melonjak naik. Mungkin ini puncaknya. Baru aku hendak memukul pintu lokerku, seseorang menahanku. Aku menoleh ke arahnya.

"Jangan lagi, Please." Ucap orang itu dengan tatapan sendu.

"Oh, Come on Niall. Mereka sudah keterlaluan. Baca!" Ucapku geram sembari memberikan semua kertas kertas yang ada di dalam lokerku.

Niall dengan segera mengambilnya dan membacanya satu persatu. Kemudian ia meremasnya dan melemparnya tanpa arah.

"Lupakan saja, Rachel. Mereka hanya iri." Ucapnya dengan emosi yang berusaha ia bendung.

"Tapi, Ni.."

"Shhh, Tidak ada tapi tapian" Ucap Niall memotong ucapanku cepat.

Segera aku memeluknya. Entah mengapa aku ingin memeluk seseorang sekarang. Ia balas memelukku. Dan tak terasa air mataku menetes. Astaga Rachel. Kenapa kau jadi lemah. Jangan menangis! Ucapku dalam hati berusaha menyemangati diriku sendiri. Tapi rasanya aku sudah tidak kuat.

Because of the bad Experience -One Direction-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang