Day 41 - "Where are you?"

2.8K 462 26
                                    

Very fast updatee! Beneran, aku gak bisa nahan nahan lagi. Sudah terlalu lama chapter chapter ini di simpan, hehe.

Siders keluar dong:(( Susah ya emang nekan vote? Kalian bakal ngerasain gimana rasanya ngemis
vote kalau kalian udah buat cerita. Thanks for readingg!

'You ignored me, when I need you.'

Sorry for typo(s)

**
Rachel pov--

Aku meraih payung tadi dan membukanya melewati hujan. Dingin. Yeah, bagaimana tidak, aku hanya menggunakan kaos tipis lengan pendek dan cardigan yang tipis juga. Jarak yang harus di tempuh dari kedai ke bandara lumayan jauh apa bila hujan hujan begini. Hujan yang di sertai angin membuatku semakin menggigil.

Tiba tiba saja angin berhembus kencang berlawanan arah denganku. Genggamanku tak cukup kuat untuk mempertahankan payung yang ku bawa. Alhasil payung tersebut terbang dengan satu kali hembusan angin.

Astaga sekarang bagaimana? Hujan terus turun lebat dan aku tak ada payung atau apapun yang bisa melindungiku. Bibirku bergetar akibat kedinginan. Aku berlari kecil menerobos hujan. Tiba tiba saja sebuah mobil hitam terhenti tepat di samping kiriku. Membuatku sedijit terlonjak. Hampir saja mobil itu menabrakku.

Aku pun melanjutkan langkahku tetapi sebuah tangan menghentikanku dan menarikku. Pandanganku tak jelas karena hujan yang lebat dan juga kepalaku yang mulai pusing. Orang tersebut membuka pintu mobil dan menyuruhku masuk.

"Seriously? Kenapa kau hujan hujanan malam malam seperti ini? Kau tahu, kau bisa sakit. Di tambah memang kondisimu belum fit dari awal." Ucap orang itu setelah kami berdua masuk ke dalam mobilnya. Ia terdengar marah, aku takut untuk menatapnya. Bibirku gergetar. Suaranya tertutup hujan, sehingga aku tak mengenali siapa orang itu.

"Pakailah jaketku, kaubisa mati kedinginan di sini." Ujar orang itu sembari memberikan jaket kulitnya. Hey ini kan jaket yang ku pakai saat anniversary pertamaku, berarti ini--

"Zayn--?" Ucapku gugup.

"Pakailah, Richel. Kau bisa sakit." Ujarnya melembut.

"Tapi, jaketmu bisa basah, Zay--"

"Pakailah, Richel. Jaket itu bisa di cuci lagi."

Aku mengikuti ucapannya, memakai jaketnya. Aroma tubuhnya melekat di jaket ini. Aku suka aromanya.

Zayn melajukan mobilnya. "Kau kenapa nekat hujan hujan, Richel??"

"A-aku, menunggu Harry." Ucapku sedikit bergetar.

"Lelaki itu lagi? Astaga, Rachel. Kau hujan hujanan malam malam demi menunggu Harry?" Zayn mengetuk ngetukkan jarinya pada stir mobil.

"Kau juga harus memikirkan dirimu sendiri, Rachel.."

"Tapi aku hanya menco--"

"Ssh, diamlah. Kau butuh istirahat." Potong Zayn. Akhirnya kami duduk di mobil dalam diam. Zayn terus memperhatikan jalan.

Astaga ini dingn sekali. Aku meniup niupkan tanganku, mencoba menghangatkannya. Tetapi kurasa tak berhasil.

Namun, tiba tiba Zayn menarik kedua tanganku dan menyentuhnya lembut.

"Apa tanganku hangat?" Tanya Zayn masih dengan pandangan ke depan.

"Yeah, Zay." Balasku singkat. "Kau harus fokus menyetir."

"Dengan satu tangan saja bisa. Aku hanya mencoba menghangatkanmu." Ucap Zayn.

Astaga, kenapa di saat begini malah Zayn yang ada. Zayn yang peduli denganku. Harry di mana kau? Seharusnya kau yang ada di posisi Zayn.

Because of the bad Experience -One Direction-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang