Day 30 - "Violita."

3K 436 7
                                    

Sorry for typo(s)

**
Rachel pov--

Hari ini aku dan Zayn kembali ke London. Tepat sehari setelah pemakaman Mom dan Dad. Sengaja aku pulang cepat, selain agar tidak tertinggal pelajaran jauh, aku ingin melupakan kenangan yang mungkin saja muncul kapan saja di kota New York ini. Banyak kenangan keluargaku di sini.

"Hati hati di perjalanan ya, Sissy." Ucap Nichole saat taksi sudah sampai. "Maafkan aku tidak bisa mengantar kalian ke bandara, kalau saja tak ada kuliah pagi ini, tentu aku sudah mengantar kalian." Lanjutnya.

"Nevermind, Nic." Balasku.

"Jaga dirimu baik baik. Aku tidak mau mendengar kabar buruk tentangmu." Ancamnya.

"Hufft, akan ku usahakan, Nic." Balasku. "Dan kau juga. Jaga dirimu. Jika sesuatu terjadi padamu. Mungkin aku akan segera bunuh diri di tempat." Lanjutku.

"Whoaa! Apa kau serius dengan kata katamu itu, Sweety?" Tanya Nichole.

"Sure. Aku tak main main dengan itu." Balasku mantap.

"Okay okay, baiklah. Kau tenang saja, jika sesuatu terjadi padaku, aku tak akan memberitahukannya padamu." Ujarnya santai.

"Nichole.. Bukan begitu maksudku. Kau tidak mengerti sarcasm ku, huh? Maksudku, jangan sampai terjadi apa apa denganmu. Bukan aku tak mau mendengar berita buruk tentangmu." Balasku kesal.

"Haha, aku mengerti, adikku sayang. Aku akan menjaga diriku. Kau khawatir sekali denganku. Atau jangan jangan.." Ucapannya menggantung.

"What?"

"Kau mencintaiku! Oh, Rachel, adikku. Hubungan sedarah itu tidak baik kau tahu!" Lanjutnya.

"Nicholee!!!" Kali ini aku berteriak.

"Ahahahaha! Aku bercanda, sweety. Baiklah, sana hush hush berangkat!" Serunya.

"Huh, baiklah!" Balasku kesal.

"Ayolah, my lovely sister. Where is my hug?" Tanya nya memelas.

"Huffft." Aku menghela nafas lalu membalikkan badanku menghadapnya. Kemudian memeluknya.

"Aku akan merindukamu, Rachel. Secepatnya aku akan mengunjungimu." Ujarnya di tengah tengah pelukan kami.

"Me too.." Balasku singkat.

"Okay, save flight!" Seru Nichole melepas pelukan kami.

"Thanks, Nic." Balasku. Aku menarik koperku menuju taksi. Sang supir memasukkan koperku dan Zayn bergantian. Nichoke mengikuti kami di belakang. Zayn membukakan pintu untukku, dan kemudian aku masuk.

"Zayn.." Panggil Nichole pada Zayn saat ia baru saja ingin memasuki taksi.

"Ya?" Sahut Zayn.

"Jaga Rachel baik baik. Aku titipkan dia padamu. Jangan sampai ia melakukan hal seperti dulu. You know what. Jangan biarkan ia bersedih. Jangan biarkan ia terus memikirkan terror itu, Mom ataupun Dad, dan juga Niall." Tutur Nichole pelan, namun aku masih dapat mendengarnya.

"Hiburlah ia jika ia bersedih. Tolong, bantu ia menghadapi semua masalahnya. Jika terjadi sesuatu padanya, segera hubungi aku. Aku serahkan semuanya padamu, Zayn." Lanjutnya.

"I will do my best, Nic. Percayalah padaku." Balas Zayn mantap. Sungguh berhuntung diriku memiliki kakak seperti Nichole dan sahabat seperti Zayn.

Zayn mengingatkanku pada Niall. Sikapnya dan tindakkannya sangat mirip dengan Niall. Uhh, lupakan soal Niall.

Because of the bad Experience -One Direction-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang