A/N : Okaaay, ini udah mau chapter 30, aku harap gak ada silent readers lagi yaa. Tolong hargai author yang udah capek capek nulis. Nulis cerita gak gampang loh. Hehe, cuma minta vote sama sarannya buat cerita ini. Tolong kerjasamanya yaa! Thankyou!
Sorry for typo(s)
**
Rachel pov--Aku terbangun dari tidurku karena ponselku berdering. Aku melirik jam. Tepat pukul 23.30. Siapa menelponku malam malam? Huh, mengganggu saja.
Aku meraih ponselku yang berada di nakas.
Nichole?
Ada apa ia menelponku malam malam sekali?
"Halo? Whoaam.." Ucapku.
"Rachel, segeralah ke rumah sakit sekarang. Darurat!"
"Whoaa? Apa yang terjadi?" Balasku kaget setelah mendengar penuturan Nichole.
"Kau akan mengetahuinya nanti, Rachel."
"Ba-baiklah. Aku akan segera ke sana. Tutt--"
Segera aku bangkit dan menuju kamar mandi. Mengisir rambutku sekilas, dan mengikatnya asal kemudian mencuci mukaku. Dengan cepat aku keluar kamar mandi, mengganti pakaianku dengan pakaian yang lebih pantas, meraih ponsel dan tas kecilku kemudian keluar kamar.
Bertepatan saat pintu kamarku terbuka, pintu kamar Zayn ralat-- kamar Nichole yang di tempati Zayn terbuka.
"Ayo kita berangkat!" Seru Zayn menarik tanganku. Ia mengambil asal kunci mobil yang ada. Kemudian melajukan mobil ke rumah sakit.
Hanya membutuhkan 7 menit untuk kami sampai rumah sakit. Mengingat ini menuju pukul 12 malam. Tentu tak banyak orang yang berlalu lalang malam malam seperti ini. Dan jarak antara rumahku dan rumah sakit tak begitu jauh, sehingga kami dapat sampai dengan waktu singkat.
Aku dan Zayn berjalan tergesa gesa menuju lift. Dengan cepat Zayn menekan tombol bertuliskan angka 5. Aku mengetuk ketuk kaki kananku pelan untuk menetralkan detak jantungku yang tak karuan. Aku menggigit bibir bawahku. Argh, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa perasaanku tak enak?
Ting.
Lift terbuka, tanda kami sudah sampai di lantai yang kami tuju. Segera aku berjalan menuju kamar Dad. Terlihat Nichole berjalan mondar mandir di depan kamar Dad.
"Apa yang terjadi, Nic?" Ucapku menatapnya dalam.
"Entahlah, aku tak tahu. Saat aku kembali selesai mengurus Mom. Aku melihat Dad memejamkan matanya sambil bergumam sesuatu dan tubuhnya bergetar. Merasa tidak beres, aku memanggil dokter. Dan sekarang dokter tengah mengecek keadaan Dad." Tutur Nichole.
Tuhan, cobaan apa lagi yang kau berikan pada kami? Apa cobaan sebelumnya kurang membuktikan bahwa kami orang yang sabar dan menerima kenyataan. Tuhan, tolong. Aku masih ingin bermain bersama Dad. Aku masih ingin bercerita dengannya. Aku masih ingin menjadi seseorang yang selalu ia bela sekalipun dalam perdebatan kecil.
Tuhan, jangan panggil Dad sekarang juga. Aku belum siap..
Clek.
Dokter keluar kamar Dad sembari melepas masker dan sarung tangannya.
De ja vu.
Ya, itu yang kurasakan. Mengingat aku baru mengalami hal seperti ini beberapa jam lalu. Dan sekarang aku mengalaminya lagi. Berharap kali ini beda. Berharap dokter membawa kabar baik, bukan kabar buruk.
Kami semua diam. Tidak ada yang mengucapkan kata satupun. Seolah mengerti, dokter angkat bicara.
"Aku meminta maaf untuk yang kedua kalinya. Sungguh, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi sepertinya ikatan antara Mom dan Dad kalian sangatlah erat, sehingga Mr. Wiptson--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of the bad Experience -One Direction-
Fanfiction[COMPLETED] 'Dari hidupku ini, aku bisa mengambil banyak pelajaran. Ada orang egois yang ternyata bisa melakukan apa saja, bahkan membunuh orang lain hanya karena mengikuti egonya. Ada orang yang aku sendiri tak mengerti apa yang terjadi dengannya...