Lebih Baik Menghindar

18.5K 1K 3
                                    


Rotasi bumi seakan melambat. Kesiur angin membuat aroma maskulin dari tubuh Raja menggelitik indra penciuman Arum. Aroma dari Versace Erosman, aroma spice yang begitu menggoda. Arum pernah meminta Raja mengganti parfumnya karena terlalu menggoda lawan jenis, Raja hanya boleh memakai parfum ini saat bersamanya.

Aroma itu kembali, membawa memori indah hubungan manisnya bersama Raja dulu. Arum merindukan saat saat itu. Tanpa sadar aromanya membuat Arum menatap Raja dengan penuh damba, pasalnya pria itu adalah suami yang sangat dicintainya dulu.

"Mas Raja," gumamnya lirih, Arum tak menyangka akan bertemu Raja di hari pertamanya kembali dari mass depan. Mata Arum terlihat memerah karena menahan tangis.

Sekali lagi Arum bisa melihat matanya yang tajam, alisnya yang tebal, rahangnya yang tegas, hidungnya yang mancung, bibirnya yang merah, dan juga rambut hitam tebalnya yang tercukur dengan rapi. Oh Gosh, semua itu membuat desiran halus merambat ke sekujur tubuh Arum. Rasanya geli menggelitik hati melihat versi muda Raja yang ketampanannya mampu disandingkan dengan pesona dewa dewa Yunani!

"Kamu nggak papa??" Pertanyaan Raja membuat Arum terperanjat bangkit dari pelukan Raja. Ia sadar, saat ini bukan saatnya mengaggumi Raja. Pria itu bahkan sama sekali tidak mengenalinya.

"Maaf aku salah telah menabrakmu, aku ceroboh." Arum bergegas menjaga jarak dari Raja.

"Tidak apa kok." Raja mengangguk.

"Siapa Beb??" Seorang gadis manis masuk ke tengah tengah mereka, dialah Rini. Rini anak hakim daerah, --tak heran Sari tahu mana tangga sepi di pengadilan yang bisa ia gunakan untuk membunuh Arum karena ia sering menemani ayahnya bekerja.

Seperti kebanyakan anak orang kaya lainnya, Rini berpakaian dengan bersih dan wangi, menyandang tas mahal dan juga perhiasan mewah. Aroma parfumnya manis dan make upnya juga terlihat flawless. Sungguh melengkapi wajahnya yang cantik dan juga bodinya yang mungil seperti boneka.

Arum mengamati sahabatnya di masa lalu, saat ini mereka masih sama sama mahasiswa baru sehingga belum saling mengenal. Di kehidupannya yang pertama, Raja adalah kekasih Rini, mereka hampir bertunangan bila saja Arum tidak memfitnah Rini, menjebaknya tidur dengan pria lain sampai akhirnya Rini mati bunuh diri akibat tak mampu menanggung rasa malu hamil karena di luar nikah dengan pria yang bahkan tidak ia kenal. Tak heran Sari adiknya membalaskan dendam atas perilaku Arum yang begitu jahat. Membalasnya tanpa ampun.

"Maaf, aku tak sengaja menabraknya saat berjalan mundur." Arum menundukkan kepala sekali lagi, jauh lebih dalam dan penuh penyesalan.

Raja dan Rini menjadi canggung karena menerima permintaan maaf yang begitu berlebihan dari Arum.

"Tidak masalah kok," jawab Raja.

Arum tersenyum simpul sebelum memutar tubuh, ia tak boleh mengulangi kesalahannya yang sama. Meski pun terbit rasa rindu yang begitu kuat, Arum tak boleh kembali merebut Raja dari tangan Rini. Dosa besar itu tak boleh terulang kembali.

Arum dulu memang selalu iri pada sahabatnya Rini. Meski pun Arum pintar dan punya segudang nilai sempurna, para pria tak ada yang mau meliriknya. Mereka lebih tertarik pada sosok Rini yang ada di samping Arum meski pun gadis menyebalkan itu selalu menebeng tugas pada Arum.

Kekayaan, nama keluarga, cantik bak boneka, juga kekasih yang tampan, Rini punya semua yang Arum inginkan. Perlahan lahan rasa iri itulah yang menggerogoti nurani Arum hingga ia bisa tega melakukan segala macam cara untuk menjadi Rini. Arum menyingkirkan Rini dan merebut Raja.

Rajalah satu satunya pria yang mau dekat dengan Arum tanpa memandang status sosial. Mungkin karena saat itu Raja hanya sungkan menilik Arum adalah sahabat dari kekasihnya. Arum terlalu terbutakan dengan cintanya pada Raja. Arum terobsesi pada Raja. Ia bahkan rela melakukan apa saja, menjual dirinya sampai bahkan rela mendurhakai orang tuanya. Semuanya dilakukan demi Raja.

"Tidak, aku tidak boleh lagi mengulangi kesalahan yang sama. Raja adalah akar segala kebodohan dan kejahatanku di masa lalu, jadi menghindarinya adalah pilihan terbaik saat ini," cicit Arum pelan.

"Tunggu!!" Panggil Raja. Arum membulatkan tekat, bukannya menghentikan langkah kakinya ia justru kabur dari sana.

"Eh ... kok malah pergi sih??" Raja kebingungan, Rini juga sama, gadis itu menggedikkan bahunya tidak menyangka.

"Padahal gantungan kuncinya jatuh." Raja melihat ganci boneka beruang dengan manik manik bertuliskan nama pemiliknya.

Arum ... namanya Arum, batin Raja.

"Yuk masuk, Beb. Biar aku yang kembalikan kalau bertemu lagi." Rini mengambil ganci dari tangan Raja.

Raja menekan dadanya yang terasa nyeri ... kenapa ya?

*******

Arum menghela napas panjang begitu ia lolos dari pintu gerbang. Padahal juga keduanya tidak mengenal Arum, namun ia menghindari mereka seakan akan mereka berdua adalah momok yang menakutkan.

"Shit!! Kenapa aku selebay itu sih??" Arum menyalahkan sikap overactingnya sendiri.

"Lupakan lupakan!! Tidak boleh terus terusan galau begini, aku harus mulai menyusun strategi supaya bisa membuat Bapak dan Ibu hidup lebih layak." Arum menghenyakkan diri di kursi taman. Bukan saatnya memikirkan diri sendiri. Saatnya memikirkan orang terdekatnya yang pernah ia sakiti.

Di kesempatan kedua ini Arum harus bisa membalik keadaan. Alih alih membuat kedua orang tuanya menderita, Arum harus membuat kedua orang tuanya bahagia, namun bagaiman caranya??

"Apa aku coba bermain saham?? Bukankah aku tahu di masa depan saham apa saja yang akan meroket naik?" gumamnya sambil mengambil ponsel. Alangkah terkejutnya Arum saat melihat ponsel jadul yang ada di tangannya.

"Hollyshit!!! Aku lupa kalau aku kembali ke masa sepuluh tahun yang lalu!!" umpatnya. Ponsel jadul yang masih menggunakan layar monogram karena Arum yang miskin belum bisa berganti ponsel berwarna.

"Bahkan untuk mengecek saldo saja aku harus pergi ke bank!! Wait!!! Memangnya aku punya uang???" Arum panik bukan main, ia lupa kalau ia bahkan tak memiliki saldo di atas satu digit, bagaimana ia bisa membeli lembaran saham dengan uang seuprit?

"Padahal dulu uang bukan lagi masalah bagiku!" keluhnya, namun cepat cepat Arum menepis hal itu. Ia harus bersyukur dengan kesempatan kedua yang diberikan oleh sang pencipta, Arum harus memanfaatkan kehidupannya kali ini dengan baik.

"Aku akan pergi bekerja!! Setelah upacara penerimaan mahasiswa baru aku akan pergi mencari kerja part time." Arum mengangguk penuh semangat.

Arum menatap langit biru di antara cela cela kerindangan pohon. Ia melihat betapa indahnya dunia ini. Langit biru membentang luas, angin berhembus pelan menerpa wajah cantik Arum. Tak pernah Arum sangka kalau ternyata akan ada kedamaian yang bisa ia raih semudah ini.

Arum tak perlu bersaing dengan lawan bisnis, menyingkirkan lawan, mengatur pembukuan, dan sampai harus makan ati dalam mengatur pegawai-pegawainya.

"Ah ... sebenarnya apa yang telah aku buang??" Arum tersenyum kecut, ia sangat menyesal. Arum pun menangis sejadi jadinya di bangku taman, beberapa orang yang lewat melirik ke arahnya.

"Kenapa kamu menangis?" tanya seorang pria dengan tabung gambar tersanding di lengannya yang kekar. Arum mengangkat wajahnya, ia mengenali pria itu.

"Abiram?" Arum terbelalak, di kehidupannya dulu pria itu adalah saingan Raja. Perusahaan mereka selalu bersanding dalam tender besar, Arumlah yang selalu membuat pria ini gagal dengan cara cara licik.

"Heh?? Kamu tahu namaku??" Abiram mengeryit, Arum menutup mulutnya dengan spontan. Ia kan kembali dari masa depan, akan aneh bila ia tahu nama dan nasib semua orang 'kan??

*** BERSAMBUNG ***

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang