Anak Tukang Becak

13.2K 799 2
                                    

Raja melirik ke arah Arum yang baru saja bergabung dengan mereka. Gadis cantik dengan mata bulat yang berbinar terang. Sorot mata penuh keteguhan. Tanpa sengaja, Arum pun menoleh ke arah Raja hingga tatapan mata keduanya kembali bertemu.

"Hai." Sapa Raja.

"H ... hai," jawab Arum sedikit canggung.

"Ini kekasihku, Raja. Aku Rini. Kamu siapa?"

"Aku Arum." Arum memperkenalkan diri, singkat, padat, dan jelas.

"Kamu dari SMA mana?"

"Negeri satu," jawab Arum lagi. Mereka mengobrol seputar hal hal umum. Arum sudah tahu semuanya, tentang Rini mau pun Raja, ia hanya pura pura tidak tahu dan menanggapi celotehan Rini selayaknya orang asing yang baru saja saling mengenal.

Mereka mengobrol mengisi waktu luang sebelum acara di mulai. Semua orang sibuk menempatkan diri dan juga acara. Beberapa orang senior kembali masuk ke dalam, mereka penasaran dengan wajah wajah baru yang akan menghiasi bangku perkuliahan setidaknya empat tahun ke depan.

Arum menengok ke pintu masuk karena kedatangan Abiram langsung di sambut dengan meriah. Siapa yang tidak mengenal mahasiswa kece semester lima ini? Sering di sebut dengan jenius arsitektur karena gambarnya yang terlalu bagus namun tak pernah bisa di pakai. Pokoknya dia pemuda nyeleneh yang suka bikin sensasi. Tukang biang onar dan punya bad boy vibes yang damagenya gak main main.

Mata Arum bertemh dengan dengan mata Abiram, cowok itu langsung bermain mata dengan Arum. Ia mengedipkan sebelah matanya, mengerling genit ke arah Arum yang langsung di sambut dengan pelototan tajam. Abiram tak menyerah, ia justru membuat tanda love dengan kedua tangannya hingga membuat bulu kuduk Arum berdiri semua. Arum membuat gestur ingin muntah dengan gombalan Abiram. Raja yang melihatnya entah kenapa merasa kesal, ia sedikit cemburu pada Abiram.

"Sepertinya senior itu menyukaimu, Rum." Ledek Rini sembari menyenggol lengan Arum.

"Amit amit, narsis begitu." Arum bergeleng geli. Raja diam diam mencuri dengar dan ia kesal.

Rini melihat Raja, wajah kekasihnya nampak kesal tanpa sebab. Namun tak ada kesempatan bagi Rini untuk bertanya kenapa karena acara sudah dimulai. Para panitia memberikan kesempatan pada dosen untuk memberikan sambutan pembukaan, di teruskan dengan perkenalan dosen dan selanjutnya adalah acara pidato perwakilan dari mahasiswa baru.

Raja sudah turun dari tadi ke samping podium untuk mempersiapkan diri. Rini dan Arum melihatnya dari tempat duduk mereka

"Mari kita dengarkan sambutan dari perwakilan mahasiswa baru!!" Panitia memberi tempat bagi Raja.

Raja membuka catatannya, dengan fasih ia berpidato di depan banyak orang. Kharismanya begitu menyala. Membuat siapa pun terpesona. Tubuh tinggi atletis, selalu memakai baju rapi yang bersih dan wangi, tatanan rambut ala ala korea membuatnya terlihat sebagai good boy sejati. Siapa pun pasti rela untuk antri menjadi istrinya.

Arum menatap pria itu tanpa berkedip, dalam hati ia mengeluh, bagaimana bisa ia setampan itu?? Ini namanya pelanggaran!! Benar!! Aku ingin melupakannya tapi dia tarus memasang wajah terlalu tampannya! Membuatku susah move on kalau begini.

Arum tak mampu mengalihkan pandangannya. Mata Arum berkaca kaca, ia sangat mencintai pria itu namun harus menahannya supaya tidak lagi terbesit sebuah penyesalan. Arum mendadak melankolis, ia merasa Raja begitu curang, menampakkan keahliannya memikat semua orang dikala Arum sudah memutuskan untuk berpaling.

"Dia hebatkan?" Rini bertanya pada Arum.

"Iya, dia sangat keren dan berkhariama," jawab Arum spontan. Arum bergegas menutup mulutnya, bagaimana bisa ia memuju kekasih orang lain di depan pemiliknya?

"Kamu suka dengan Kak Raja??" Mata Rini menatap selidik. Arum langsung membuang wajahnya. Ia takut membuat kesalah pahaman dengan Rini.

"Hah?? Ti ... tidak!! Mana mungkin, kita bahkan tidak saling kenal, bagaimana mungkin aku menyukainya." Arum langsung bergeleng dan menyangkal tebakan Rini.

"Benar!!! Tak mungkin Arum suka pada cowok itu. Diakan suka padaku." Mendadak Abiram muncul, duduk di samping Arum dan merangkulnya. Arum tak tahu harus bersyukur atau kesal. Di satu sisi ia bisa terbebas dari kesalahpahaman dengan Rini, namun di sisi lain ia tak ingin menanggapi cowok narsis tak punya malu ini.

"Hish ... paan sih?"

Acara penerimaan di lanjutkan dengan sesi games dan kerja sama tim sebelum akhirnya di tutup dengan acara makan malam bersama. Tentu saja ayam goreng selalu menjadi andalan. Tak lupa bir dingin untuk menghangatkan suasana malam. Tak ada yang lebih nikmat di bandingkan dengan ayam goreng dan bir dingin di malam hari.

"Setelah ini kita akan mengakrabkan diri!! Malam ini kita akan makan makan dan minum sampai puas." Ketua BEM jurusan arsitektur langsung memberikan mandat yang disambut dengan gagap gempita dari para mahasiswa.

"Hore!!"

"Minum ini!! Minum!!" Semuanya bersenang senang. Semuanya bergerombol dalam beberapa lingkaran besar sesuai kelompok masing masing. Kebetulan Rini, Raja, Abiram, dan juga Arum dalam satu kelompok yang sama

"Sudah cukup." Arum menolak, ia hanya minum satu sloki kecil alkohol.

"Ayolah!! Jangan mengecewakan kami." Para senior menggoda Arum karena gadis itu cantik dan belum memiliki kekasih. Rini tentu saja tidak kalah cantik, namun sudah ada Raja di sisinya, tak mungkin mereka menggoda Rini dan mencari masalah dengan Raja.

"Ini sudah cukup, sebenarnya aku belum cukup umur untuk minum alkohol." Arum menolak. Arum merasa kekanak kanakan, namun ia tak bisa mengelak karena saat ini dia bukan wanita dewasa berusia dua puluh tujuh tahun melainkan remaja yang beranjak dewasa berusia tujuh belas tahun dua hari lagi.

"Apa?? Wkwkwkwk... memangnya berapa umurmu?" Semua orang tampak tidak percaya, mahasiswa biasanya berusia delapan belas tahun dan sudah memiliki KTP.

"Lusa aku baru tujuh belas tahun," terang Arum.

"Serius?"

"Aku lulus aselerasi."

"Wah hebat, kamu pasti pintar." Tepuk tangan kembali membahana, ada beberapa yang menyoraki Arum. Saat itu masih jarang sekali ada program aselerasi di sekolah sekolah menengah atas. Hanya murid yang benar benar pintar saja yang bisa masuk ke program ini.

"Apa pekerjaan orang tuamu?"

"Penarik becak," jawab Arum.

"...." Sorak sorai langsung berhenti, mereka menatap Arum yang tidak malu mengatakan latar belakang keluarganya. Di kehidupannya yang lampau, Arum benar benar menyembunyikan segala hal tentang keluarganya. Pekerjaan mereka sampai tempat tinggalnya. Semua itu Arum lakukan atas dasar gengsi dan malu. Saat itu dia memang masih sangat kecil.

"Kenapa kalian diam saja?" tanya Arum balik.

"Tidak!! Kami hanya kagum! Anak seorang penarik becak bisa lulus program aselerasi dan juga masuk ke jurusan Arsitektur!" Semua orang menatap kagum pada sosok Arum.

Aku pikir mereka akan mengejekku, ternyata tidak. Percuma dulu aku berbohong dan menyangkal keberadaan bapak dan ibu, batin Arum menyesal. Ternyata menjadi orang miskin juga tidaklah sememalukan bayangannya selama ini.

"Hei!! Ayo minum semuanya!!!" Kakak senior kembali membuat suasana semakin riuh. Genjrengan gitar dan suara sumbang para mahasiswa membuat banyak orang ikut berpacu dalam melodi.

Arum hanya menikmati soda alih alih bir yang pahit. Ia duduk di antara Raja dan Abiram karena Rini pergi ke toilet, sebelumnya ia duduk dengan rini. Tak lagi ada penghalang, Raja dengan leluasa bisa melihat ke arah Arum. Ia mengamati tiap garis wajahnya yang mungil.

"Anak penarik becak!! Sebaiknya kamu juga minum juga!! Tak akan ada yang tahu!!" Seorang kakak senior menghubuskan sekaleng bir pada Arum.

"Ck, dasar!" Arum berdecak, ia tak punya pilihan, toh ia tahu tubuhnya tak akan mabuk hanya dengan satu kaleng bir. Arum hendak mengambil bir dari tangan seniornya.

"Jangan!!" seru Raja dan Abiram bersamaan. Tangan mereka pun mencegah tangan Arum secara bersamaan.

"Ehhh???"

*** BERSAMBUNG ***

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang