Arum menatap langit langit kamarnya, ia teringat dengan bayangan orang tua Raja saat kehidupan pertama mereka. Mereka bukan orang jahat, hanya ingin yang terbaik bagi anaknya. Kedua orang tua Raja juga kontraktor besar di kota mereka. Tak ayal, di masa depan Raja dan Abiram menjadi saingan.
Keduanya sangat menyukai Rini, maka saat Raja memilih Arum, mereka sedikit kecewa. Arum mengaku anak yatim piatu, tidak punya orang tua. Dia juga mengaku hidup seorang diri sejak kecil. Tak memiliki latar belakang apa pun. Hal itu menjadi nilai minus bagi kedua orang tua Raja.
Arum harus bekerja keras untuk membuktikan bahwa ia layak menjadi istri Raja pada kedua orang tuanya. Arum cukup bergidik bila ia teringat dengan cara orang tua Raja menatapnya sebelah mata. Besok Arum akan menghadapi tatapan itu lagi. Benar, dia akan menjadi menantu dari keluarga besar Raja.
Raja: Sudah tidur?
Pesan masuk dari Raja, Arum membacanya.
Arum: Belum, tidak bisa tidur.
Raja: Kenapa?
Arum: Entahlah, mungkin karena aku terlalu takut bertemu dengan ayah dan ibumu.
Raja: Mereka tidak menakutkan, tidak makan manusia, hahaha ... aku yakin mereka akan menerimamu.
Arum: Aku juga berharap begitu.
Raja: Sudah tidur saja, bukankah besok pengumuman kemenangan lomba design. Lebih baik kamu berdoa dari pada memikirkan hal yang tidak tidak.
Arum: Astaga, aku sampai melupakannya karena hari ini begitu berat. Aku akan berdoa, aku harap aku bisa memenangkan lomba ini.
Raja: Baguslah. Itu baru Arum yang kukenal.
Arum tersenyum, ia meletakkan kembali ponselnya dan berusaha untuk tidur. Sempat terbesit di benak Arum pertemuannya dengan Abiram tadi sore. Arum sedikit merasa bersalah karena menyangkal hubungan darah di antara Abiram dan bayinya. Namun bila Abiram tahu kalau Arum mengandung anaknya, sudah pasti Abiram tak akan tinggal diam dan mengejar ngejar Arum.
"Ah, masa bodoh! Aku harus tidur." Arum memejamkan matanya, menanti hari esok. Hari esok punya kesusahannya sendiri, cukuplah ia berpikir tentang hari ini.
"Selamat tidur bayi, aku harap kamu tidak menyesal hadir dan tumbuh di dalam rahimku." Arum mengelus elus perutnya sampai ia tertidur.
Arum bermimpi, tentang keluarga kecil yang bahagia, yang ia impi impikan saat bersanding bersama Raja. Mimpi itu, akankah menjadi kenyataan?
Atau ... akan ada api besar yang membakar potret bahagia itu.?
****
Selamat pagi semesta!!! Mungkin hal itulah yang ingin di teriakan oleh ayam jantan dan juga burung burung di pagi hari. Suara bising mereka membuat Arum terbangun. Arum tersentak karena jam sudah menunjukan pukul delapan pagi.
"Astaga, apa aku terlambat bekerja??" Arum mengambil handuk dan langsung bergegas untuk mandi.
Arum harus kembali beraktifitas untuk menunjang hidupnya. Juga mengalihkan pikiran pikiran negatif tentangnya.
"Arum! Sarapan dulu, Nak." Tari memanggil Arum.
Arum datang ke ruang makan sambil menyisir rambut hitam ikalnya. Alangkah terkejutnya Arum dengan hidangan mewah yang Tari masak.
"Siapa yang ulang tahun, Bu?" tanya Arum polos.
"Ibu masak daging dan ayam supaya cucu ibu sehat, tumbuh sempurna. Sekarang duduk dan makan! Ibu juga sudah mengukus herbal supaya kandungannya kuat." Tari sudah berbeda dari semalam, ia sudah menerima segalanya dengan lapang. Anak Arum berarti cucunya juga.
"Minum jamunya, Nak. Kamu kan masih tujuh belas tahun. Belum saatnya mengandung, jadi biar kuat tetap harus minum herbal dari jaman kakek nenek ini." Yono menambahkan, dia sendiri yang pergi pagi pagi buta ke pasar untuk membeli semuanya.
Arum terharu, ia tak menyangka kalau Tari dan Yono sangat mengkhawatirkan keadaannya. Dengan cepat Arum mengangguk, ia memakan masakan Tari dengan lahap dan menelan jamu yang pahit, semuanya demi kebaikan si jabang bayi. Dikehidupannya yang dulu, Arum sama sekali tak mendapatkan perhatian penuh dari orang tuanya. Mungkin rasanya akan berbeda bila dulu Arum hamil di dampingi oleh Tari dan Yono.
Arum pasti bisa bermanja manja, makan makanan yajg enak, minum rebusan jamu, dan bahkan tidak mual dan muntah karena kondisi mental yang tertekan. Arum benar benar bahagia di kehamilan yang kedua ini.
"Makasih ya, Pak, Bu. Arum kerja dulu." Arum mengecup punggung tangan Yono dan Tari sebelum beranjak pergi.
"Hati-hati di jalan."
"Iya, Bapak juga."
Arum dengan riang menunggangi motor buntutnya ke toko bunga. Di depan toko, Abiram sudah menunggu kedatangan Arum dengan wajah kusut dan mata panda karena kurang tidur. Abiram tak bisa berhenti memikirkan Arum karena kehamilan gadis itu menyisakan tanda tanya besar dalam hatinya. Benarkan bayinya bukan bayi Abiram? Bukan berasal dari benihnya? Malam itu jelas jelas Abi lah yang menyumbangkan benihnya pada Arum.
"Arum!!"
"Abi, mau apa lagi kamu kemari?"
"Aku mau bicara, tolonglah, beri aku waktu." Abiram mencengkram lengan Arum.
Arum menariknya sekuat tenaga, hingga akhirnya terlepas. Abiram menghela napas, Arum bahkan tak sudi menatap matanya lagi.
"Seribu kali pun kamu memintaku untuk meminta maaf pun aku tidak akan mengelak, Rum, ini semua memang salahku." Abiram mencegah Arum pergi darinya. Arum memejamkan mata menahan diri untuk tidak emosi, sayang dengan janinnya bila Arum terus marah marah dan memaki Abiram. Bisa bisa nanti anaknya mirip sama bapaknya.
"Maafkan aku, aku harus bagaimana untuk memperbaikinya?" Abiram memohon, matanya terlihat sangat berair menahan rasa sakit.
"Menjauhlah dariku. Itu yang terbaik, karena melihatmu membuatku terus mengingat malam laknat itu. Dan ... lebih baik kamu pupuskan saja rasa cintamu padaku. Aku tidak mencintaimu, selamanya aku hanya akan mencintai Mas Raja." Arum dengan tegas menjawab Abiram.
"Bohong, kamu tidak mencintainya. Kamu mencintaikukan? Hari itu, saat kita mengerjakan design bersama, kamu mengelus kepalaku sambil berbisik, mengucapka kata kata yang begitu indah kepadaku."
"Aku hanya kasihan padamu, Abi. Tidak lebih." Arum menyibak takbirnya.
"Kasihan?? Hanya karena kasihan kamu membantuku menjalani hidup dan membuatku punya tujuan hidup? Kamu yakin kamu melakukannya hanya karena kasihan??" Abiram menitikkan air matanya, Arum membuang wajahnya tak ingin melihat kemalangan itu.
"Iya, Bi. Maaf bila aku seakan memberikanmu harapan palsu. Kebaikanku saat itu memang karena aku kasihan kepadamu, tidak lebih. Aku diberikan kesempatan kedua untuk memperbaiki hidupku, aku pikir, itu juga adalah tugasku untuk membebaskanmu dari tekanan keluarga. Siapa sangka itu akan berdampak besar pada hatimu." Arum menjelaskan semuanya.
"Kamu bohong, Rum!! Bohong!!" Abiram menekan tubuh Arum ke dinding toko. Arum mengeryit.
"Padahal aku sangat mencintaimu."
"Kamu gila!! Lepasin aku, Abi!! Atau aku teriak!" Arum mendelik galak pada Abiram.
"Sekarang jujur sama aku! Aku akan melepaskanmu begitu kamu jujur ..."
Glup, Arum menelan ludahnya.
"Katakan bayinya anak siapa? Anakku atau anak Raja!! Jujur Arum! Jujur!" Abiram memukul dinding di samping Arum sampai tangannya berdarah.
**** BERSAMBUNG ****
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua
RomanceYa Tuhan bila saja ada kesempatan kedua ... aku pasti akan ... Pernahkan kalian berpikir semacam ini? Apa yang akan kalian lakukan bila diberikan kesempatan kedua oleh Tuhan? Arum Prawesti, seorang gadis jahat, si cantik yang menjadi pemeran antagon...