(NB: ada adegan yang mengandung unsur kekerasan, harap bijak dalam membaca dan menanggapi, terima kasih.)
Arum memejamkan matanya saat merasakan sentuhan bibir hangat Abiram bergerak pelan menyapu lehernya. Arum tak lagi bisa mengontrol dirinya begitu berjerat dalam pengaruh obat. Yang ada hanya keinginan untuk berpeluh bersama. Arum menggigit bibirnya sendiri sampai berdarah untuk mencari sedikit kesadaran.
"Abi ... please." Arum memohon dalam sisa kesadarannya.
"I do it for you, Rum. Aku mencintaimu," jawab Abiram.
"Kalau cinta nggak akan begini, Bi. Kamu nggak akan nyakitin aku." Arum menitikkan air matanya memohon pada Abi.
"Katamu kamu melakukan banyak kesalahan di masa lalu demi memperjuangkan cintamu pada Raja. Cinta memang begitu, Rum. Aku juga tengah memperjuangkan cintaku." Abiram menatap kedua bola mata Arum yang berkilauan tersorot oleh lampu. "Kamu harus jadi milikku, bukan Raja."
"Hiks ... itu obsesi, Bi. Bukan cinta." Arum mulai terisak. Abi menghentikan cumbuannya.
"Obsesi juga lahirnya dari cinta, Rum. Aku akan tanggung jawab, Rum. Apa pun yang terjadi aku pasti bertanggung jawab." Abiram mengecup pergelangan tangan Arum sebelum membopong tubuh lemas gadis itu.
"Ma ... mau bawa aku ke mana??" Napas Arum mulai tersenggal karena pengaruh obat yang semakin jelas.
Keduanya tiba di kamar hotel milik keluarga Rini. Sesuai dengan perjanjian antara Abiram dan juga Rini, ia harus membawanya ke kamar nomor 1405 itu. Kamar Suite, sudah pasti luas dan nyaman.
Abiram merebahkan Arum ke dalam kamar, ia mengusap lembuh wajah Arum. Gadis itu menggeliat kepanasan, ia bagaikan ikan mendapatkan air saat tangan Abiram menyentuhnya.
"Dingin, tanganmu dingin sekali, Bi." Arum merasa lega tiap kali Abiram menyentuhnya hingga ia ingin telapak tangan Abiram menyentuh semua bagian kulitnya yang mulus.
"Abi ... heum..." lengguhan mulai lolos dari bibir mungil Arum. Mengalun merdu bagaikan musik yang indah di telinga Abi.
Abi mulai menanggalkan sepatu Arum, menyentuh pergelangan kaki, menelusuri permukaan kulitnya masuk ke dalam rok dan berhenti di paha.
Napsu Abi pun mulai memberontak ingin segera terlepas. Hewan buas di dalam dirinya ingin segera mencicipi mangsa yang kini mengerang tak berdaya di bawah kungkungannya.
Abiram menelan ludahnya dengan berat merasakan betapa mulusnya kulit eksotis milik Arum.
Ponsel Abiram berbunyi. Rini mengirimkan pesan singkat.
Rini: Aku dengar kamu sudah sampai di hotel.
Abiram : So?
Rini : Selamat menikmati malam pertamamu. Oh ya, ada handycam di dalam laci nakas sebelah kiri. Buktikan padaku kalau kamu benar benar menjalankan perintahku!
Abiram : Cewek Gila!
Rini: Sudah kubilang tak ada alasan untuk mundur.
Abiram : Jangan melewati batasan, Rin!
Abiram melemparkan ponselnya, menyalak galak, dasar gadis gila. Bisa bisanya ia memikirkan hal tak manusiawi seperti itu?!
Tangan Arum menarik tangan Abiran untuk mengelusnya lagi. Abi pun mengecupi tiap jengkal leher Arum, turun sampai ke dadanya.
"Aku tak pernah bisa menyingkirkan Raja di dalam hatimu, karena itu aku menerima saja usulan Rini. Maafkan aku, Arum, aku akan bertanggung jawab padamu." Abi melanjutkan cumbuannya. Arum sudah tidak lagi menguasai tubuhnya, tenggelam di dalam pengaruh obat dan luapan libido.
****
Rini mengerang kesal sekesal kesalnya, ia merasa kesal karena tak bisa mengendalikan Abiram. Sari yang melihat kakaknya sebal pun bertanya, "kenapa, Kak?"
"Pria berengsek itu benar benar menguji kesabaranku! Dia tidak mau merekamnya." Rini menenggak gelas jus nya sampai habis. Keduanya memang asyik nongkrong di cafe, menikmati live music di sela sela menunggu sang ayah berbincang dengan beberapa kolega pengacara di meeting room cafe.
"Dia cuma mau enaknya saja." Sari tertawa.
"Padahal kakak sudah lakuin semua saranmu, kenapa pria itu masih tidak mau menuruti apa kata kakak?" Rini cukup geram, lantaran anjing liarnya mulai memberontak. Rini pikir dia sudah berhasil menjinakkan Abiram dengan kekang bertajuk kontrak kerja. Abiram yang tidak memiliki latar belakang jelas harus bisa menjilat sang ayah demi mempertahankan eksistensinya dalam keluarga Hendro, dan Rini memberikan semuanya pada Abiram. Tali kekang itu rupanya tidak cukup kuat untuk membuat Abiram tunduk lebih patuh lagi pada hal hal gila yang ingin Rini lakukan untuk membunuh jiwa Arum pelan pelan.
Rini ingin membuar Arum merasakan rasa sakitnya di khianati oleh sahabatnya sendiri. Bagaimana rasanya bila seseorang terdekatlah yang ternyata menusukmu dari belakang. Orang yang kamu percaya, yang dekat, dan begitu disayangi nyatanya mampu menghancurkanmu.
"Tenanglah, Kak. Masih ada cara membuat kak Raja jijik dengan jalang itu." Sari mengambil ponsel milik Rini dan mengirimkan pesan teks pada Raja.
"Nulis apa, Dek? Apa yang kamu kirim ke Raja?" Rini penasaran.
"Cuma bilang, Aku melihat Arum di hotel XXX dengan Abiram. Selanjutnya biar Kak Raja yang tentukan sendiri." Sari mengambil gelas dan mendentingkannya ke gelas sang kakak.
"Ya, biar Raja yang berpikir sendiri, sekotor apa gembel miskin itu." Rini menyeringai. Pastilah Abiram sudah mengesekusi Arum saat ini, bahkan bila timingnya pas, bisa jadi Raja menemukan mereka tengah bermesraan.
Raja terlihat kaget saat ia melihat pesan masuk di dalam inbox ponselnya. Tari yang berdiri di depan Raja terlihat bingung dengan perubahan mimik wajah Raja. Pemuda itu datang mencari Arum, datang ke rumah sakit, dengan membawa sedikit oleh oleh, berharap bisa bertemu dengan Arum setelah seminggu Arum menghindarinya.
Raja tak bertemu dengan Arum, kata Tari Arum belum pulang. Mungkin masih bekerja, Arum bekerja di studio milik Abiram.
Dan sebuah pesan masuk dari Rini membuat wajah Raja merengut, ia mulai berpikir keras untuk apa Abiram mengajak Arum ke hotel.
"Maaf, Bu. Saya pamit." Raja pun mengecup tangan Tari dan bergegas pergi dari sana. Tari jadi merasa tidak nyaman, ia pun merasakan sesuatu yang salah, namun tidak sadar kalau hal itu tengah menimpa buah hatinya.
Raja merubah haluan mobilnya kembali ke tengah kota, dengan kecepatan tinggi ia membawa mobil honda city silver itu membelah kerumunan jalan. Hujan mulai turun rintik rintik, menyentuh permukaan kaca mobilnya. Hati Raja gundah, ia tak bisa menerima bila Arum memilih pria lain di kehidupan kali ini.
"Cari mati ya!!" seru pengguna jalan lain. Raja tak peduli dengan klakson kendaraan lain yang marah marah karena Raja terus menyalib mereka dari arah kiri.
Raja sampai di lobby, ia menyerahkan kuncinya pada petugas valet. Dengan cepat Raja menghampiri resepsionis. Tentu saja Rini sudah memberikan arahan pada pegawainya, tanpa banyak berbicara mereka langsung memberitahu Raja nomor berapa Abiram membooking hotel beserta kunci kamar mereka.
Raja tak curiga dengan permainan sandiwara yang telah Rini buat, ia hanya peduli dengan Arum. Raja dikuasai oleh rasa cemburu dan amarah yang mendidih. Ia akan menghajar Abiram bila berani menyentuh Arum.
Pip ... kunci terbuka, membuat Abiram terkejut. Ia menghentikan aksinya dan bangkit.
"Siapa yang berani masuk tanpa ijin???"
"Bjingan!" Raja pun melayangkan bogem mentahnya pada Abiram.
**** BERSAMBUNG ****
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua
RomanceYa Tuhan bila saja ada kesempatan kedua ... aku pasti akan ... Pernahkan kalian berpikir semacam ini? Apa yang akan kalian lakukan bila diberikan kesempatan kedua oleh Tuhan? Arum Prawesti, seorang gadis jahat, si cantik yang menjadi pemeran antagon...