Bayi Kita

12.3K 618 20
                                    

Degh ... degh ...

Suara detak jantung yang sehat dan cepat terdengar tak kala kepala alat ultrasound berselancar di atas perut buncit Arum. Dokter mengatakan bayi mereka sangat sehat, bergerak lincah di dalam kandungan Arum.

"Sudah ketahuan belum, Dok jenis kelaminnya?" Raja begitu antusias melihat ke arah layar USG. Arum terbaring di atas ranjang, wajahnya yang semula lesu ikut ceria saat melihat suaminya gembira. Arum merasa bahagia melihat suaminya bahagia, sebucin itulah Arum dulu pada sosok Raja. Ia bisa menanggung beban apa pun, juga menanggung sesulit apa pun masa kehamilannya ini.

"Sepertinya laki laki, tapi babynya masih malu malu, dia menutupinya dengan kaki." Dokter terlihat serius mencari celah. Usia kandungan Arum memasukki bulan ke empat, tentu saja sudah mulai samar bisa terlihat jenis kelamin bayinya.

"Dia pasti tampan seperti papanya." Arum tampak bahagia karena bisa memberikan momongan pada Raja. Raja memang sudah sangat menantikan keberadaan anak mereka ini.

"Dia juga akan mirip sepertimu, Rum. Dia juga anakmu." Raja menggenggam tangan Arum dan mengecupnya.

"Tapi kenapa saya masih sering mual, Dok?" Arum merasa kehamilannya ini terlalu menyiksa.

"Itu hal yang lumrah, Nona. Bahkan ada yang mual dan muntah sampai di usia kehamilan sembilan bulan. Tapi rata rata akan berhenti di trimester pertama. Mungkin sebentar lagi mualnya akan hilang. Akan saya resepkan obat anti mual bila memang hal itu sangat mengganggu kegiatan harian Anda." Dokter menghentikan pemeriksaan USG. Seorang perawat membersihkan sisa gel di perut Arum. Raha membantu Arum bangun ia mengelus perut Arum.

"Terlahirlah dengan sehat ya, Nak, Papa akan menghujanimu dengan kebahagiaan." Raja mengelus perut Arum.

Raja sangat overprotektif pada kehamilan pertama Arum. Arum merasa bahagia, bila Raja bahagi. Tapi kebahagiaan itu tak berlangsung lama karena Sari menjebak Raja untuk mengkhianati Arum, membuat Arum termakan emosi dan menceraikan Raja.

Saat itu pula, Sari membunuh Arum dengan mendorongnya dari atas tangga. Arum bisa merasakan betapa sakit perutnya saat ia kehilangan banyak darah. Arum bisa merasakan gerakan di dalam perutnya seakan akan bayinya terngah tersiksa karena kehabisan air ketuban. Pelan pelan denyutan yang keras berubah menjadi lambat, anak itu kehabisan tenaga di dalam perut Arum saat ia dilarikan ke rumah sakit.

Dalam kegelapan Arum masih bisa merasakan rasa sakit dan juga kekecewaan saat bayinya merenggang nyawa.

"TIDAK!!" Arum merasa mual. Ia merasakan rasa sakit itu kembali hadir saat ini. Mengaduk aduk perut Arum hingga terasa nyeri sampai ke ulu hati.

Arum pernah merasakan kehamilan itu, pernah merasakan kehilangan yang sama. Arum merasa bersalah karena telah membunuh anaknya secara tidak langsung. Bayi lelakinya yang tidak bersalah harus menanggung karma jahatnya.

Tidak ... tidak!! Bayiku ... batin Arum menjerit. Air matanya menetes berbarengan dengan keringat dingin yang mengucur deras. Pelipis Arum basah, wajahnya pucat dan tegang. Abiram yang melihat perubahan raut muka Arum ikut merasa heran.

"Arum ... rum!! Arum!!" Abiram menggoncangkan tubuh Arum yang membeku namun gemetaran.

"Bayiku ..." lirih Arum, ia mengulangi lagi kehidupannya, namun anak itu tidak ikut kembali. Mendadak Arum merasakan rasa kehilangan yang teramat sangat.

"Hump ... Hoek!!" Arum berlari karena rasanya sangat mual, ia harus mencari toilet.

Saat perjalanan menuju toilet, Arum menabrak Raja. Raja yang semula hendak pulang karena diusir oleh Abiram memutuskan kembali begitu melihat wajah pucat Arum. Ia tak lagi melangkah ke area parkir mobil namun berbelok ke arah kantin. Raja menghampiri Arum dan memeluknya.

"Mas Raja ... bayinya ... hiks ... bayi kita, Mas." Arum sepontan mengatakan potongan akan masa lalu yang hanya dia yang tahu. Arum merasa begitu terluka karena kehilangan, ia terperosok ke dalam lembah nestapa saat mengingat bayinya sudah meninggal dan hanya Arum yang kembali.

"Arum!! Apa maksudmu? Bayi siapa?" Raja mencengkram lengan Arum.

"Bayi kita, Mas." Arum menangis lagi. "Maafin Arum, Mas." Arum pun pingsan setelah meminta maaf pada Raja.

Abiram yang datang langsung memisahkan Arum dan Raja. Ia mendorong Raja dan langsung menggendong Arum di depan.

"Lepasin Arum!" usir Abiram.

"Kembalikan! Aku masih belum selesai bicara dengannya." Raja merasakan kesedihan Arum juga, ia seakan memiliki ikatan yang tak bisa dijelaskan dengan kata kata. Ikatan tentang sebuah hubungan yang tidak tuntas.

"Ya Tuhan!! Arum!!" Tari panik, ia melihat putrinya pingsan.

Abiram dan Raja menghentikan perdebatan mereka untuk sementara. Saat ini kondisi Arum jauh lebih penting dari pada sekedar emosi perasaan mereka berdua.

Abiram membawa Arum menuju ke IGD, suster dan dokter memeriksa Arum. Tak ada tanda tanda fatal pada tubuhnya, Arum hanya mengalami syok sehingga ia pingsan. Masalahnya bukan pada fisik, namun pada mental dan kejiwaan Arum. Arum seperti mengalami depresi berlebihan.

"Memang apa pemicunya?" Dokter bertanya.

"Arum langsung depresi begitu melihat seorang ibu hamil, Dok," jawab Abiram.

"Arum juga mengatakan padaku tentang bayi, bayi kita." Raja menggaruk kepalanya, kapan dia bikin bayi dengan Arum?

"Brengsek!!" Abiram menarik kerah kaos Raja.

"Lepasin!!" Raja mendorong dada bidang Abiram dengan kesal. Ia sendiri juga tidak tahu Arum akan menuduhnya memiliki bayi dengannya.

Abiram terusik dengan kata kata Arum, 'Kamu percaya nggak kalau aku berasal dari masa depan?'

Abiram tersentak, ia mengingat perkataan Arum kepadanya tempo hari. Arum juga bisa menebak designnya akan kalah dalam tender. Ia juga bisa menebak dengan benar hal hal kecil yang terjadi di kota tempat mereka tinggal. Apa benar Arum berasal dari masa depan? Apa di masa depan Arum adalah istri bedebah ini? Apa Abiram kalah dari Raja?? Arum lebih memilihnya?

"Itu nggak mungkin." Abiram mengusap wajahnya, ia tak bisa mempercayai Arum. Namun juga tak bisa memungkiri bukti bukti yang ada.

"Apanya yang tidak mungkin?" Raja juga terlihat penasaran.

*** BERSAMBUNG ***

NB: Seminggu ke depan nemenin anak Ujian kenaikan kelas. Jadi mungkin updatenya akan bolong bolong. Namun tetap diusahakan update eperidey ❤️

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang