Kejutan

3.2K 290 5
                                    

"Bagaimana ini, Mas. Rini tahu...." Arum menatap Raja dengan mata berkaca kaca.

Raja meremas rambutnya yang hitam dan tebal dengan kedua tangan. Berpikir, haruskah ia menyingkirkan Rini??

"Tenang, Arum. Tenang. Selama kamu tidak mengakui apa pun dan tetap kekeh mengakui ini anak kita maka tak akan ada masalah. Tak akan ada yang tahu kalau dia anak Abi." Raja memeluk Arum.

Arum mengangguk dengan wajah berkeringat. Sebisa mungkin dia akan bungkam.

"Ayo kita pergi, Rum."

Raja mengajak Arum meninggalkan kampus dan fokus terlebih dahulu pada pameran dan juga kemenangannya. Arum menarik napas panjang mengumpulkan kekuatan.

"Jangan takut, aku bersamamu. Nanti malam kita pergi melihat bintang. Bukankah itu kesukaanmu?" Raja menggenggam tangan Arum sepanjang perjalanan menuju ke pusat kota. Seingat Raja, Arum suka merenung di bawah gemerlap bintang di langit. Arum bisa memikirkan ide design, memikirkan masa depan, memikirkan planing supaya bisnis mereka semakin besar. Arum suka menikmati kesunyian di temani dengan suara serangga malam dan juga hawa dingin yang sejuk.

Arum tersenyum, ia mengangguk. Jangan hanya karena ancaman Rini yang tak berdasar lantas ia menjadi down. Cukuplah Arum mengalah, Rini sudah keterlaluan. Bisa jadi perubahan sifat Rini juga karena bisikan dari Sari. Gadis itu musuh Arum yang sebenarnya di masa lalu, mungkinkah masih terbawa hingga saat ini?

"Makasih, Mas. Aku beruntung mendapatkan kesempatan kedua dan kembali lagi kepadamu." Arum mempererat genggamannya. Raja ikut senang dengan pujian Arum, sepanjang jalan ia terus mengecupi punggung tangan Arum. Genggaman tangan di sertai kecupan mesra itu membuat Raja merasa semakin dekat sementara Arum merasa sangat nyaman.

Acara sudah di mulai saat Arum datang, untung saja pita pembukaan acara belum di potong. Masih banyak pidato dari dewan panitia terkait. Sambutan pembukaan yang panjang dan membosankan membuat Arum punya cukup waktu untuk menata maket di ruang pajang.

"Silahkan, melihat lihat." Arum membagikan blosur berisi design tiga dimensi miliknya pada para tamu undangan yang juga baru saja datang.

Nama Arum di sebut sebagai juara pertama lomba. Arum dengan diiringi tepuk tangan Raja dan para tamu pun naik ke atas podium untuk memberikan sepatah dua patah kata. Ia merasa sangat bersyukur bisa mendapatkan penghargaan bergengsi meski pun usianya terbilang masih muda bila dibandingkan dengan kontestan lain.

"Hebat!!" seru Raja dari belakang hingga membuat para penonton ikut bertepuk tangan riuh.

Arum dengan bangga mempersembahkan design restorasi sungai menjadi area rekreasi yang bersih dan menyenangkan. Di begitu bahagia dengan pencapaiannya. Arum menerima mendali penghargaan beserta dengan sertifikat hadiah. Tak hanya pihak penyelenggara atau keluarga yang begitu gembira dengan pencapaiam Arum. Pihak kampus pun juga sangat bangga karena salah satu mahasiswa mereka memberikan sumbangsih nama baik di fakultan teknik bangunan ini.

"Selamat, Arum. Bapak bangga sama kamu." Dosen pembimbing Arum menyalami pencapaian Arum, termasuk rektor mereka.

"Semua karena bimbingan para dosen."

Kebahagiaan yang tak bisa dilukiskan dengan kata kata, semakin terasa nikmat saat ia mendapatkan semuanya dengan hasil kerja keras bukan dari hasil menipu orang. Arum tak berhenti tersenyum karena sangat malu menanggapi pujian demi pujian yang tak habis habis. Bahkan lawannya yang berada di juara dua dan tiga pun salut dengan design Arum yang out of the box. Mereka salut dengan ide brilian itu, siapa yang menyangka gadis ini telah datang dari masa depan?

****

"Ya ampun, senyumnya nggak hilang hilang. Sesenang itu ya sampai lupa mengatupkan bibir?!" Raja menyenggol lengan Arum. Arum tertawa dengan riang karena ledekan Raja tepat sasaran.

"Rasanya aneh karena aku merasa bahagia di saat masalah ku begitu banyak." Arum angkat bahu.

"Bahagia itu gratis, Arum. Tidak dilarang, bahkan bila masalahmu segunung pun kamu tetap harus bahagia." Raja menggandeng Arum menuju ke sebuah tebing kecil di kaki gunung. Hari sudah malam, burung dan serangga noktunal berkukur pelan memandakan hari sudah gelap.

"Hati hati jalannya licin." Raja sesekali memberi peringatan pada Arum.

Keduanya duduk di alam terbuka sambil menatap bintang gemerlapan di langit malam. Bagaikan manik manik kecil yang tersebar di atas kain gelap. Berkilauan dengan indah.

"Minum." Raja mengeluarkan bekal dari tas plastik dari minimarket. Kedunya menikmati minuman hangat sambil mengobrol ringan. Lampu emergensi menemani keduanya.

"Aku sudah mengobrol dengan kedua orang tuaku, Rum." Celetuk Raja tiba tiba.

"Eh??" Arum kaget.

"Mereka ingin segera bertemu denganmu. Aku pikir kalau lebih baik juga jangan kita tunda tunda lagi. Selain karena bayinya semakin besar, bisa juga Rini membocorkan rencana kita." Raja mengatakan alasannya.

"Tapi ... apa mama papa mu akan setuju kamu menikahiku?" tanya Arum.

"Kalau tidak setuju tak mungkin mereka memintaku untuk mengajakmu pulang ke rumah, Rum." Raja terkekeh dengan analogi Arum. Well ... namanya juga gerogi mau ketemu camer, ya kan Gess?

Arum mengangguk pelan, ia menenggak minuman hangat dengan sangat cepat karena malu saat tubuhnya langsung merespon senyuman manis Raja. Tubuhnya bergetar hebat di barengi dengan alunan detak jantung yang keras.

"Ada bintang jatuh, Rum! Ayo cepat buat permohonan."

Raja dan Arum kembali duduk di atas rumput, keduanya berdoa memohon permohonan pada sang pemilik kehidupan. Saat Arum memejamkan mata, diam diam Raja menyusun acara. Ia menempatkan sebuah cincin di depan wajah Arum, hingga saat matanya terbuka Arum melihat Raja berlutut di depannya.

"Menikahlah denganku, Rum. Aku berjanji akan selalu menyayangimu, selalu bertanggung jawab atas hidupmu dan anak anak kita." Raja mengatakan janjinya pada Arum. Arum syok sesaat karena kejutan dari Raja.

"Mas ... ini." Arum menutup mulutnya.

"Aku ingin melamarmu dengan benar, dengan romantis, sama seperti film film drama di televisi. Hahaha ..."

Arum ikut tertawa ...

"Jadi bagaimana? Apa jawabanmu?" Lanjut Raja.

**** BERSAMBUNG ****

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang