Tamu Tak Diundang

2.3K 198 6
                                    

Bunga bunga putih bermekaran di sebuah ballroom hotel berbintang lima. Aula besar itu di sulap untuk menjadi saksi akan pernikahan Raja dan Arum. Beberapa bulan yang menguras energi karena persiapan pernikahan yang singkat. Raja dan Arum memang tidak menyia yiakan waktu karena memburu perut Arum sebelum membesar.

"Cantiknya!!" Sera berseru, hanya Serafina teman yang diundang oleh Arum di hari pernikahannya.

Arum memang tampak cantik dengan balutan kebaya putih ala pengantin Jawa. Broklat berhiaskan sulaman tangan berkerlap kerlip karena taburan baru swarzky, dengan design kerah kotak yang membuat dada indah Arum menonjol. Untuk bawahannya, jarik batik dipintal dengan benang emas hingga menambah kesan elegan bagi pengantin yang memakainya.

"Aku pikir kamu tidak akan datang." Arum tersenyum, mereka memang merayakan pesta pernikahan di kota kelahiran Raja, di mana kolega dan juga para tetangga bisa menghadiri pesta pernikahan Raja dan Arum.

Di luar, orang tua Raja dan orang tua Arum sedang sibuk menerima tamu dan bercakap. Mereka sangat bahagia karena akan melepaskan anak anaknya dalam babak baru kehidupan mereka.

"Sudah berapa bulan?"

"Tiga." Arum tersenyum dan mengelus perutnya.

"Kamu ini ya, suru aku jangan hamil duluan! Kamu malah hamil duluan!" Sera menggoda Arum, keduanya terkikih pelan. Benar juga, Arum ini seperti gajah di belakoni, iso kojah ora iso ngelakoni ( bisa bicara tidak bisa menjalani) alias ngomong doank tapi kelakuannya berbanding terbalik.

"Berkat Tuhan siapa yang tahu?!" Arum mengangkat bahunya, anak ini benar benar tidak pernah di harapkan hadir dalam hidup Arum. Dia bahkan tidak menyangka akan di percaya oleh Tuhan sebagai seorang ibu lagi saat ia bahkan pernah menyiksa anak di dalam kandungannya di kehidupan pertama.

"Sudahlah, yang penting sehat, melahirkan dengan selamat dan hidup dengan bahagia." Sera mengelus perut Arum lagi. Mereka berdua berfoto beberapa kali sebelum orang EO datang memberi kode pada Arum untuk bersiap siap masuk ke area ballroom.

Arum mengangguk, ia keluar, di depan kamar Tari dan Yono sudah menunggu Arum untuk mengapit sang putri masuk ke dalam ball room. Mereka berdua masuk mendampingi Arum hingga duduk di samping Raja, di depan penghulu untuk menerima ijab dan juga pengabsahan dari pemuka agama.

Raja sudah menanti Arum di sana, berdiri tegap dengan baju koko putih dan bunga terkalung di leher. Pihak EO sudah mempersialkan kerudung putih untuk menyelimuti kepala mempelai berdua.

Raja tersenyum manis menanti kedatangan Arum, matanya berbinar bahagia saat Arum perlahan lahan maju ke depan. Arum pun sama, ia sangat bahagia melihat Raja telah berdiri tegap di ujung sana. Arum seakan melihat garis finish dalam kehidupannya yang berat. Raja adalah tempatnya pulang untuk melepaskan lelah, ia adalah kebahagiaan Arum.

"Jaga anak kami ya Mas Raja!" Yono menyerahkan Arum ke tangan Raja. Raja mengangguk, Tari terus menahan air mata harunya agar tidak membuat Arum malu.

"Tentu saja, Pak, pasti saya akan mendampingi Arum dan membahagiakannya selalu. Saya tak akan pernah membuatnya kembali bersedih dan mengecewakannya." Raja meremas tangan Arum, sudah gagal satu kali, di kehidupan kali ini ia tak akan gagal lagi.

Setelah Yono dan Tari kembali ke kursi keluarga, Pihak EO menduduka Raja dan Arum berdua di depan penghulu. Raja membantu Arum duduk karena roknya memang sangat ribet.

Kedua orang tua Raja juga duduk dengan rapi di kursi keluarga, meski terlihat tenang di dalam hatinya juga merasakan haru yang sama. Putra semata wayangnya kini akan berkeluarga, mengambil seorang wanita cantik baik hati yang tengah mengandung cucunya. Kelak akan menjadi cucu kesayangan mereka.

Ah, sudah tidak sabar rasanya ingin lekas menimang cucu dan bermain bersamanya.

"Sudah siap, Mas Raja, Mbak Arum?" tanya penghulu.

"Siap!" ucap Raja mantab sampai membuat tamu undangan ikut tertawa bahagia. Wajah Arum memerah karena malu.

"Baiklah, kalau begitu saya akan mulai ya, di sini sudah ada para saksi dan juga tamu undangan yang berperan untuk menyaksikan cinta kedua anak manusia. Ucapkan yang tegas, dan juga penuh cinta ya, Mas Raja."

"Iya, Pak."

"Tidak boleh! Anak di perut Arum bukan anak Mas Raja!" Saat Raja hendak menjabat tangan penghulu, sebuah seruan membuat semua orang menoleh. Sari dan Rini datang ke dalam pesta pernikahan.

Mata Raja dan Arum membelalak dengan kedatangan keduanya. Kedua orang tua Raja dan juga Arum pun kaget saat mendengar penuturan Rini. Para tamu undangan langsung berkasak kusuk mendengar ucapan Rini dan Sari.

"Anak yang ada di dalam perut Arum bukan milik Mas Raja, Tante! Tapi milik pria bernama Abiram!" Rini mengadu pada Ratna.

"Memangnya Anda mau mewariskan semua harta keluarga pada anak haram itu kelak, Om?" Sari mengompori Bima.

Bima dan Ratna terlihat malu dan marah secara bersamaan. Apa apaan maksud dari Sari dan Rini. Benarkan bayi yang di dalam perut Arum bukan milik anaknya?? Apakah ucapan mereka benar? Tapi Raja benar benar kekeh mengatakan kalau bayi di perut Arum adalah miliknya.

"Bagaimana ini, Mas?" Arum berbisik lirih pada Raja. Raja menggenggam erat tangan Arum, alisnya mengerut sampai bertemu, ia sedang berpikir bagaimana caranya keluar dari situasi mencekam ini.

**** BERSAMBUNG ****

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang