Rini tengah asyik mengobrol berduaan dengan adik perempuannya di dalam kamar. Sari sudah kelas dua SMA, usia mereka memang hanya terpaut dua tahun saja jadi hubungan keduanya begitu dekat.
Tring ... bunyi pesan masuk di ponsel Rini menyela obrolan mereka.
Raja: Aku ingin bicara, apa kamu ada waktu?
Rini : Harus sekarang? Ini sudah malam, papa dan mama bisa marah kalau aku keluar, Beib.
Raja : Kalau begitu sampai jumpa besok di kampus.
Rini : Sebenarnya ada apa sih, Beib?Raja tidak menjawabnya, ia merasa menjadi pengecut bila tidak berbicara secara langsung pada Rini. Raja menembak Rini baik baik, bila mereka putus pun harus dalam keadaan baik baik. Raja memang sudah memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Rini dan mengejar cinta Arum kembali.
Mungkin memang tidak adil bagi Rini karena Raja memutuskannya hanya karena sebuah mimpi buruk. Mimpi hanyalah bunga tidur, sudah pasti bukan kenyataan, hanya fatamorgana semata. Alasan yang tidak masuk akal, namun memang seperti itulah kenyataannya. Perasaan Raja begitu meluap, ia ingin membuat Arum menjadi miliknya.
Raja : Besok saja, selamat malam.
Rini : Apa tak ada kecupan selamat malam untukku (T.T)
Raja : Minpi indah, selamat tidur.Rini : Aku mencintaimu.
Tak ada balasan, Rini harap harap cemas menantikan sms dari Raja. Ia menggigiti kuku ibu jarinya menyalurkan rasa galau. Namun lewat setengah jam belum juga ada jawaban dari Raja.
"Kenapa, Kak?" tanya Sari.
"Raja tidak membalas pesan kakak, dia sedikit berubah akhir akhir ini. Begitu masuk kuliah dia seakan menjadi orang asing. Sikapnya semakin hari semakin dingin pada kakak, Dek." Rini memeluk lututnya, ia merasa sedih. Air mata menetes dari sudut matanya. Sari ikut bersedih, dia juga pasti sangat kesal pada Raja. Namun setahu Sari, Raja bukanlah cowok yang mudah jatuh hati, dia juga bukan cowok brengsek yang suka gonta ganti cewek atau pun yang akan berselingkuh. Raja adalah pria paling gantleman yang pernah Sari temui.
"Kak Raja bukan tipe playboy yang akan berkhianat dengan mudah." Sari meletakkan pensilnya, ia menghentikan tugas tugasnya dan fokus pada isi kepala kakaknya yang kusut.
"Kakak, tahu ... tapi ... ada gadis bernama Arum ... sikap Raja pada gadis itu juga aneh. Raja selalu memperhatikan Arum, ia bahkan mengejarnya siang tadi." Rini teringat dengan kejadian siang ini. Arum meninggalkan kelas secara dadakan karena ayahnya kecelakaan. Raja langsung mengejar Arum dan tidak mengindahkan panggilan Rini, mereka seperti memiliki hubungan khusus yang hanya Arum dan Raja yang tahu. Rini pikir Raja melakukannya karena kasihan saja, tapi malam ini, ucapan Raja membuatnya takut. Bagaimana kalau bukan karena kasihan? Bagaimana kalau Raja benar benar memiliki perasaan pada Arum?
"Siapa itu Arum?" tanya Sari.
"Teman sekelas, satu angkatan dengan kakak," jawab Rini.
"Kenapa kakak diam saja?? Cepat buat gadis menyebalkan itu kapok bila nekat bersaing mendapatkan Mas Raja." Sari ikut menggebu dan memanas manasi Rini.
"Kamu benar, tapi caranya bagaimana?" Rini mendengus panjang. Ia butuh cara untuk menyingkirkan Arum dari kampus.
*****
Arum sudah berangkat ke kampus, ia datang setengah jam sebelum perkuliahan pagi di mulai. Arum berdiri di depan dinding pengumuman mahasiswa. Di sana tertempel banyak selebaran, salah satunya adalah selebaran lomba design arsitektur tingkat mahasiswa. Lomba yang diadakan oleh pemerintah itu berskala nasional, tentu saja hadiahnya sangat menarik.
"Sepuluh juta untuk pemenang pertama dan juga pelatihan khusus dari dirjen pekerjaan umum." Arum melihatnya, ia tertarik. Lomba itu sudah dibuka sejak satu bulan lalu, batas pendaftaran designnya hanya tinggal satu minggu lagi.
"Bagaimana aku bisa menyelesaikan gambar dalam waktu seminggu tanpa laptop?" Arum menggosok dagu, ia tak punya laptop, hanya bisa menggambar dengan tangan. Butuh waktu lama menggambar dengan tangan, Arum tak mungkin sempat.
Laptop untuk design jauh lebih mahal karena butuh spesifikasi yang besar. Uang yang Arum kumpulkan masih kurang dan sudah harus digunakan untuk deposit awal operasi ayahnya.
"Kamu mau ikut lomba design itu, Rum?" Rini datang dari arah kiri. Ia tersenyum manis seakan akan tidak ada ganjalan di dalam hatinya.
"Iya." Arum mengangguk.
"Wah keren!! Woi teman teman, sahabatku mau ikutan lomba ini hlo!" seru Rini dengan lantang menyita perhatian semua orang yang sudah berada di sana.
Mereka semua langsung berdecih meremehkan Arum. Bagaimana mungkin seorang yang baru saja belajar ilmu ilmu dasar dan menggambar teknik bisa memenangkan lomba arsitektur bersekala nasional?? Mimpi apa??
"Bagaimana mungkin anak semester satu mau mengikuti lomba kelas nasional? Sudah pasti banyak kakak kelas yang jauh lebih kompetan yang ikut berlomba." Sahut mereka.
"Kamu mah apa atu?? Hahaha ..." ejek yang lain.
"Awas kalau mimpi jangan ketinggian, jatuhnya sakit." Ledekan demi ledekan menghujani Arum.
"Benar, kamu nggak akan menang, Rum. Lupain aja, nggak usah belagu," ucap salah satu teman sekelas Arum yang kebetulan baru saja datang.
"Kalian!! Jangan ejek sahabatku donk!! Arum pasti menang kok, aku percaya padanya. Bahkan bila dia tidak punya laptop pun dia boleh meminjam laptopku. Pokoknya aku dukung Arum." Rini langsung memeluk lengan Arum. Ia beracting menjadi sahabat Arum yang baik. Sikapnya menggemaskan di mata semua orang kecuali Arum.
Arum melirik pada Rini dengan tatapan sebal. Gadis ini sengaja membuatnya diremehkan dan dihina oleh semua penghuni kampus. Namun Arum memilih diam karena tak mau menambah lagi masalah, ia sudah cukup stress dengan beban hidup yang begitu besar.
"Semiskin apa dia sampai tidak bisa membeli laptop??" tukas manusia yang ada di sana, yang lain berbisik bisik di belakang meremehkan Arum.
"Bukankah dulu dia bilang adalah anak tukang becak??" ucap yang lain.
"Serius??"
"Iya. Makanya dia nggak punya laptop dan meminjam pada Rini."
Wajah Arum mengeryit, sepandai itu Rini menggiring opini dengan bersandiwara dan memutar fakta. Arum tak habis pikir dengan sikap Rini yang belum pernah ia temui. Dulu gadis yang selalu mengekor di belakangnya ini begitu naif dan juga polos. Kenapa mendadak menjadi wanita bermuka dua? Apa salah Arum dikehidupannya saat ini??
"Jangan!! Tolong jangan hina Arum. Aku benar benar ikhlas kalau Arum ingin menggunakan laptopku." Rini mencari perhatian lagi. Arum merasa kesal.
"Siapa yang mau meminjam laptopmu?" Arum membantah.
"Bukankah kemarin kamu bilang begitu? Apa kamu malu, Rum karena teman teman menghinamu??" Rini melepaskan gandengannya. "Duh, teman teman. Kalian jangan begini, nanti Rini di cuekin Arum." Manja Rini. Wajah cantik dan imutnya yang seperti boneka membuat banyak orang tersentuh, hanya Arum yang merasa muak.
"Dasar menyebalkan! Dia tidak punya laptop hingga harus menempel pada sahabatnya seperti lintah! Kini dia malah membuat sahabatnya menangis!" serunya pada mahasiswa lain.
"Siapa bilang Arum tidak punya laptop?" Raja melangkah maju membelah kerumunan, ia menyahut sahutan para mahasiswa lain di selasar. Di tangannya ada box laptop baru, Raja langsung menyerahkannya pada Arum. Sebuah laptop baru yang ia cari lewat asisten ayahnya kemarin.
"M ...as Ra ... Raja!!" Arum terpekik kaget melihat kedatangan Raja, dia kembali menolong Arum. Tak hanya Arum, Rini pun kaget melihat pembelaan Raja.
*** BERSAMBUNG ***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua
RomanceYa Tuhan bila saja ada kesempatan kedua ... aku pasti akan ... Pernahkan kalian berpikir semacam ini? Apa yang akan kalian lakukan bila diberikan kesempatan kedua oleh Tuhan? Arum Prawesti, seorang gadis jahat, si cantik yang menjadi pemeran antagon...