Arum menoleh pada suara cekikikan di dekat kasir. Ada Rini dan Sari di sana. Melihat Sari membuat perut Arum mual seakan teringat dengan rasa sakit yang dialami saat ia kehilangan bayinya. Arum mengepalkan tangannya menahan keringat dingin yang mulai bermunculan. Kebencian yang bercampur dengan rasa sakit membuat perut Arum bergemuruh. Dadanya memberontak seakan mau pecah.
"Bolehkah aku membunuhnya di sini sekarang?" Arum menatap tajam ke arah Sari dengan tatapan membunuh. Penyebab dendam yang Arum emban sebenarnya belum terjadi di kehidupannya kali ini, namun karena terlanjur merasakan rasa sakitnya, Arum begitu benci pada sosok Sari.
Sari tampak puas dengan kekalahan Arum. Dia pikir Arum pasti sudah kapok dan berhenti main main dengan Raja. Bila memang mengamuk harusnya ia tak berdaya menghadapi empat orang sekaligus.
"Tidak, tidak!! Jangan gila Arum. Kamu hidup kembali bukan untuk menjadi dirimu yang dulu lagi." Arum mengambil napas panjang, menekan keinginan membunuh yang begitu besar. Arum mengusap perutnya supaya berhenti bergejolak karena efek pertemuannya dengan Sari.
"Sialan, laptopku pasti juga perbuatan mereka!" Arum berusaha untuk tidak panik meski pun ia sangat panik karena semua designnya ada di dalam laptop itu.
"Haruskan aku memukul kepalanya dengan laptop?? Tak sampai matikan??" Arum mulai anarki.
"Well, kalau memang sebegitu irinya denganku. Akan aku buat kamu menderita karena iri hati itu." Arum menyahut ponselnya.
Arum: Bisa kemari, Mas? Aku di cafe dekat sekolahan.
Raja: Tentu saja.
Arum duduk dengan tenang, sambil menunggu Raja datang ia membereskan corat coretan tangannya yang terendam dengan guyuran kopi. Terakhir ia mencabut laptopnya dari listrik dengan hati hati.
"Arum!" Suara Raja terdengar. Arum menoleh, ia pun menyeringai.
"Raja!"
"Mas Raja?!" Sari kaget melihat kedatangan Raja di cafe. Bukannya kapok, Arum justru memanggil Raja untuk datang kemari.
"Kalian juga ada di sini?" Raja menaikkan sebelah alisnya. Rini tampak kesal karena Raja datang atas undangan Arum, padahal tadi sore Raja menolak ajakannya. Raja bilang dia ada jadwal basket. Rini tahu Raja menyukai basket hingga tak pernah absen saat latihan. Tapi Raja datang tanpa ragu demi menemui Arum.
"Kenapa kamu ada di sini, Ra?" Teman teman Rini juga kaget.
"Dia ada janji denganku, Ya kan, Mas Raja?" Arum mendekat, ia langsung merangkul lengan Raja. Berdiri di sisinya dengan manja. Menggelayut seakan akan mereka adalah sepasang kekasih yang dimabuk asmara.
"Iya," jawab Raja.
Rini terbakar rasa cemburu. Ia mulai meremas roknya, menyalurkan kekesalan hati. Sari menatap benci pada sosok Arum yang telah merebut Raja dari kakaknya.
Melihat kedua kakak beradik ini meradang, Arum justru semakin memanas manasi mereka. Tanpa meminta ijin dari Raja, Arum menarik tengkuk Raja supaya mendekatkan. Ia mempertemukan bibirnya dengan milik Raja.
Raja kaget, namun tak menolak ajakan Arum karena ia pun menginginkan hal yang sama. Raja begitu merindukan Arum karena belakangan gadis ini sangat susah dihubungi. Tiba tiba Arum menciumnya, apa pun alasanya Raja justru sangat berterima kasih karena ia bisa merasakan madu manis dari bibir Arum lagi.
"Wuuuuhuuu!!" seru para mahasiswa lain yang kebetulan juga nongkrong di sana.
"Suit Suit!!" Suitan pun terdengar saat ciuman Arum semakin menjadi jadi melahap bibir Raja. Wajah Raja sampai memerah menanggapi ciuman Arum yang begitu panas.
Kedua teman Rini melongo, Rini hampir menangis karena melihat Raja yang patuh saja saat Arum menciumnya di depan banyak orang. Raja tidak malu, ia tidak menolak ajakan Arum. Raja bahkan menarik pinggang Arum supaya semakin mendekat. Sari tak tahan lagi melihat kakaknya sakit hati, ia menggebrak meja dan bangkit untuk mengumpati Arum.
"Kalian menjijikan!" Sari berteriak, semua orang menatap Sari.
"Oh ya? Menjijikan? Setidaknya aku tak begitu menyedihkan sampai harus merusakkan barang berharga milik orang lain demi kemenangan. Hati kalianlah yang menjijikan." Arum melemparkan laptopnya di meja milik Rini dan kawan kawan, membuat Sari terkejut.
"Kenapa, Rum?"
"Mereka mengganggu Arum, Mas. Padahal sudah tahu kalau Arum mengikuti lomba, bisa bisanya mereka menyiramkan kopi di laptop Arum. Sekarang laptop Arum rusakkan. Gimana Arum bisa ikut lomba, Mas kalau begini?" Arum terlihat tersedu manja ke arah Raja, mengadu, mencari pembenaran dari Raja.
"Siapa?? Siapa yang merusakkan laptopmu. Kamu ini jangan asal tuduh ya!!"
"Oh ya? Coba kita lihat di cctv." Arum menunjuk ke arah kamera pengawas di ujung cafe. Di jamannya dulu, kamera ini sangat berguna untuk menangkap penjahat. Rini dan Sari tidak terlalu peduli dengan kamera pengawas karena memang saat itu belum banyak orang menggunakannya.
Raja mendatangi kasir dan meminta rekaman cctv, benar saja, ada Sari yang menyiramkan kopi ke atas laptop Arum. Semua orang yang ada di sana langsung mencemooh Rini dan Sari sebagai orang jahat.
"Bisa bisanya kalian ... brengsek! Andai saja kalian pria! Aku hajar kalian semua."
Arum menyeringai, emang enak dibenci oleh orang yang kamu cintai?
"Tega kamu, Rin, sama Arum!! Sudah ku bilang kalau semua ini bukan karena Arum. Kita putus karena aku sudah nggak suka sama kamu. Tapi lihat apa yang kamu lakuin ke Arum, bukannya berhenti kelakuanmu semakin hari malah semakin busuk saja!!" Raja tampak sangat marah karena kelakuan Rini.
"Mas ... bukan ... bukan gitu maksudku."Rini meneteskan air matanya melihat Raja semakin memandangnya sebelah mata.
"Untung saja aku putus denganmu! Hatimu busuk, justru hatimulah yang menjijikkan." Raja menggebrak meja, membuat Rini berjengit, Sari dan kedua rekannya juga tertegun.
"Ayo, Rum. Kita pergi!" Raja menggandeng Arum keluar dari cafe.
"Mas Raja!!" Rini mencoba mencegah Raja pergi, namun Raja tak peduli. Arum menjulurkan lidah pada Rini dan Sari. Makan itu kekalahan.
Arum kembali untuk mengambil laptop, ia munutup bibirnya yang tersenyum lebar penuh kemenangan. Membuat Sari dan Rini melotot galak kepadanya.
"Kan sudah kubilang, jangan cari gara gara sama aku." Arum mengeraskan rahannya.
"Dasar jalang!" Sari hendak menampar Arum, namun Arum langsung mengangkat laptopnya sebagai tameng hingga pukulan keras Sari juatru memental ke arah Sari kembali. Tanpa menunggu, Arum memanfaatkan kesempatan untuk mengayunkan laptopnya dan menghantap wajah Sari.
"Aduh, maaf, aku nggak sengaja, salah sendiri kamu mencoba memukulku. Malah terpantulkan? Sakit ya? Duh ... pasti sakit, keras sih," tukas Arum sambil menahan tawa.
"Brengsek! Wanita sialan!" umpat Sari sambil menahan pipinya yang sangat kesakitan.
"Yuk, Mas. Kita pacaran." Arum menggandeng tangan Raja lagi.
"Dasar nakal." Raja mengusap pucuk kepala Arum sebelum berlalu. Rini menggigit bibirnya karena kekalahan dan juga rasa malu yang ia dapatkan.
*** BERSAMBUNG ***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua
RomanceYa Tuhan bila saja ada kesempatan kedua ... aku pasti akan ... Pernahkan kalian berpikir semacam ini? Apa yang akan kalian lakukan bila diberikan kesempatan kedua oleh Tuhan? Arum Prawesti, seorang gadis jahat, si cantik yang menjadi pemeran antagon...