Jangan Percaya Pada Siapapun

12.2K 808 5
                                    

"Kalau bukan pacar terus apa? Dia mengantarkanmu pulang, dan perhatian juga ke kamu." Tari menjelaskan maksudnya. Arum mengelap baju Tari yang basah karena ulahnya.

"Orang Arum baru bertemu satu kali sama Abi." Arum mengelak, meski pun di kehidupan lalu mereka bertemu beberapa kali dalam suasana yang sangat menegangkan, tetap saja hal itu bukanlah alasan bagi Arum untuk bisa berpacaran dengan Abiram. Hubungan mereka tidak sebaik itu.

Tari cuma senyam senyum, membuar Arum memutar bola matanya sebal. Percuma bicara sama orang yang sudah terbuai dengan perasaannya. Dijelasin juga nggak bakalan percaya. Tari memang terlanjur bahagia karena salah paham dengan kehadiran Abiram di sisi Arum.

"Sudahlah, Arum berangkat dulu." Arum mengambil tangan Tari dan mengecup punggung tangannya.

"Hati hati ya, Nak."

Bruunm ... suara motor berhenti di depan rumah Arum, membuat Tari ikut menengok keluar dari jendela gubuknya.

"Abi!! Ngapain ke sini?" Arum kaget.

"Jemput kamu donk. Katanya mau ngelamar kerja. Ayo naik!" Abiram menyerahkan helm pada Arum. Tari senyam senyum di dalam rumah, katanya bukan pacar, tapi perhatiannya lebih dalam dari seorang suami sekali pun.

"Tapi kan aku bisa naik bis," ketus Arum. Ia tak ingin kedekatan mereka menimbulkan kesalah pahaman bagi orang lain. Lagi pula dulu ia bermusuhan dengan Abiram, tak mungkin Arum bisa langsung menerima kebaikannya tanpa ada rasa canggung sedikit pun.

"Ih, cerewet banget sih?? Kan aku sampai di sini, masa iya kamu suru aku pulang dan kamu naik bis??" Abiram menceklikkan helm Arum.

Arum merasa ucapan Abi ada benarnya juga, ia pun menghela napas panjang dan naik ke atas motor Abiram. Abiram mengambil kedua tangan Arum dan menaruhnya ke perut supaya berpegangan.

"Pegangan, mau ngebut." Abiram mengendarai motornya ke arah sebuah studio kecil di pusat kota.

Studio arsitektur, bernam HOME. Tak ubahnya studio arsitektur yang lain, ada banyak gambar kerja, hasil tiga dimensi, sampai maket pengerjaan menghiasi ruangan. Untuk area ruang tamu cukup rapi, namun saat masuk ke dalam ruang kantornya...

"Astaga, ini kantor atau tempat pembuangan sampah??" Arum langsung mengomentari ruangan empat kali lima itu dengan sarkastik. Tapi memang benar sih, sama sekali tidak rapi.

"Soalnya takut kalau ada gambar penting yang terbuang." Abiram tersenyum, ia tidak marah karena memang sekacau itulah kantor miliknya.

Ada dua orang lain yang sudah datang, Yena dan juga Naura. Keduanya adalah teman satu angkatan Abiram, masih ada satu lagi namanya Desta, kekasih Yena. Abiram adalah building planer, Yena adalah drafter, Desta 3D maker, dan Naura adalah RAB maker yang merangkap sebagai staff accounting.

"Gais! Kenalin teman baru kita." Abiram memperkenalkan Arum pada keduanya.

"Hai, namaku Yena, aku drafter." Yena tersenyum, gadis yang manis dengan kaca mata tebal dan rambut terkepang dua yang sangat rapi. Ia mengunyah permen karet supaya otaknya terus bekerja. Gaya pakaiannya juga terbilang santai, kaos, jean, dan juga flat shoes.

"Aku Naura." Satu lagi gadis cantik di sana. Berrambut ikal dengan highlight emas. Ia cukup seksi dengan mini skirt denim dan kaos ketatnya.

"Arum," jawab Arum. Ia kenal dengan Naura, gadis itulah yang selalu membocorkan semua design milik Abiram pada Arum di masa lalu. Arum juga selalu memberikan uang pada Naura supaya menyabotase perhitungan anggaran pembangunan sehingga design milik Abiram terlalu tinggi.

"Memangnya masih ada posisi untuk si anak baru?" tanya Naura pada Abiram. Keempatnya memang seumuran hingga terbiasa bicara santai meski pun Abi adalah bos mereka.

"Hmm ... dia bisa membantu Yena, atau membantuku. Dia kan mahasiswa jurusan arsitektur juga. Ya kan, Rum?"

"Iya, semester satu." Arum mengangguk.

"Ck, memangnya bisa apa mahasiswa semester satu?? Dia belajar menggambar garis teknik saja belum kan?" Naura tampak tak percaya dengan kemampuan Arum.

"Dia bisa membantuku di bagian planer design."

"Ya Tuhan, Bi! Apa kamu yakin bisa mempekerjakan satu orang lagi dengan kondisi perusahaan yang belum stabil?" tanya Naura, sementara Yena hanya mendengarkan sambil sesekali membetulkan kaca matanya yang melorot.

Memang sih usaha yang Abi dirikan adalah usaha kecil, belum bisa menggaji banyak orang. Selama ini keuntungan design akan dibagi menjadi empat, bila Arum masuk ke dalam berarti keuntungannya akan di bagi lima orang. Tidak adil bagi mereka berempat yang sudah bekerja keras.

"Kita pikirkan hal itu nanti. Sekarang lebih baik kita lihat saja dulu sejauh mana Arum mengenal dunia arsitektur."

"Sudah sangat jauh." Arum mengambil kertas kertas gambar yang berserakan di atas meja meeting.

Dunia yang membesarkan namanya, lebih tepatnya nama suaminya. Arum sudah paham betul bagaimana cara menggambar dengan baik, ia paham design yang estetik dan juga ergonomis. Ia paham material material yang sedang trend, bahkan material yang bahkan belum terciptakan di tahun itu.

"Design ini?" Arum melihat design gambar dan membaca nama proyek di area kop gambar.

"Itu design sebuah resort, kenapa memangnya?" tanya Abi. Design itu ia buat untuk perusahaan konstruksi milik ayahnya. Abiram di berikan kesempatan oleh sang ayah menjadi konsultan designnya, membuktikan kinerjanya dan apakah Abiram benar benar layak untuk mewarisi perusahaan mereka kelak.

Arum mengingat ingat tentang masa lalu, Abiram tak akan memenangkan tendernya dengan design resort itu karena ada yang telah memberikan gambarnya lebih dahulu pada pihak kontraktor lawan. Perusahaan kontraktor milik ayah Abiram dianggap memplagian design milik lawan mereka. Nama perusahaan akan tercoreng dan menyebabkan banyak kerugian.

"Kamu tidak akan menang, lebih baik tidak usah maju." Arum meletakkan kembali kertasnya ke atas meja meeting.

"Cih, atas dasar apa kamu menilai design kami akan menang atau tidak." Naura mencemooh Arum, dan Yena menangguk setuju. Design mereka sangat sempurna.

Di antara mereka bertiga ada yang membocorkan designnya, batin Arum. Namun ia tak ingin mengubah masa depan hanya karena pernah mengalaminya. Di masa lalu, Abiram akan dipermalukan di muka umum oleh ayahnya karena designnya gagal dan para kompetitor menganggap mereka plagiat. Arum tahu dari Rini yang kebetulan adalah keponakan pemilik resort.

"Sepertinya aku tidak bisa bekerja di sini." Arum mengundurkan diri dan bergegas pergi dari sana.

"Eh?? Kenapa??" Abiram mengejar Arum.

"Seperti yang mereka bilang. Aku belum tahu apa apa, aku masih mahasiswa semester satu." Arum pun pamit meninggalkan Abiram. Sebelum pergi, Arum menoleh, "Jangan percaya pada siapa pun selain dirimu sendiri. Jangan percaya padaku juga karena aku belum tentu baik kepadamu."

Abiram bingung mendengar ucapan Arum. Tak boleh percaya pada siapa pun? Kenapa?

*** BERSAMBUNG ***

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang