Cinta Orang Tua

2.1K 212 18
                                    

"Bagaimana ini, Mas?" Arum berbisik lirih pada Raja. Raja menggenggam erat tangan Arum, alisnya mengerut sampai bertemu, ia sedang berpikir bagaimana caranya keluar dari situasi mencekam ini.

Semua tamu sudah menunggu reaksi Raja, akan sangat merugikan dirinya bila Raja hanya diam. Itu berarti dia mengakui kalau ucapan Rini benar.

"Kalian ini ngacau apaan hah?? Bagaimana mungkin anak Arum bukan anakku?!" Raja bangkit, ia tak mau mengakui tuduhan Rini dan Sari begitu saja. Selama ia bertahan dengan pendiriannya, keluarganya tak mungkin tidak percaya kepadanya.

"Memangnya Mas Raja berani bersumpah?? Coba buatlah sumpah!" Rini menantang Raja untuk bersumpah mati bila memang anak di dalam kandungan Arum bukanlah putranya. Raja menggenggam tangan Arum.

"Kamu keterlaluan Rini," tukasnya.

"Kenapa?? Tidak berani??" Sari berkelakar. Sudah pasti Raja berpikir dua kali kalau memang bayi itu bukan miliknya. Raja pasti tahu karena Arum sudah tidur dengan Abiram, tak mungkin dia tidak mengakui dalam hati kalau anak itu anak Abiram.

"Mas!! Jangan Mas..." Arum bergeleng pelan, ia mencegah Raja mengatakan sumpah yang akan merugikan dirinya hanya demi bayi orang lain. Arum tak tega, dia tak ingin sesuatu yang buruk menimpa Raja.

"Tak apa Arum." Raja menepuk punggung tangan Arum supaya tenang.

"Mas!!" Cegah Arum.

"Kalau memang anak di dalam kandungan Arum bukan anakku maka aku akan meninggal secara mengenaskan." Raja mengatakan dengan gamblang perihal sumpahnya. Mata Arum membelalak, air matanya menetes turun. Kenapa lagi lagi Raja harus menanggung keegoisannya?? Tidak di kehidupan pertama mau pun kehidupan kedua ini, Arum berlaku egois dengan membiarkan Raja yang menanggung dosanya.

Rini dan Sari tersentak, Raja tidak ada takut takutnya. Dia benar benar rela mati demi Arum. Namun Sari dan Rini sudah mempersiapkan hal lain yang jauh lebih besar di belakang mereka.

"Puas kamu??" Tatapan tajam Raja menghunus Rini. Rini semakin tak kuasa menahan emosi. Sebenarnya apa yang telah Arum lakukan dan berikan sampai Raja benar benar dikuasai oleh cinta?? Kenapa Raja begitu membela Arum?? Guna guna apa yang telah Arum berikan sampai Raja begitu tunduk dan terkekang dalam pesonanya.

Rini dan Sari tak pernah tahu kalau ada ikatan tidak nyata yang membawa mereka kembali untuk bersama. Ikatan cinta yang tak mungkin bisa mereka nalar. Sebuah remidi akan cinta yang dulu pernah terasa begitu buruk.

"Raja!" Ratna terlihat marah saat Raja tak mengacuhkan perasaan mereka sebagai orang tua dan nekat berikral sumpah di depan orang banyak. Perasaan Ratna menjadi semakin kalut tak kala ia mendapati kalau Raja telah berbuat seenaknya.

"Tante Ratna, tolong hentikan pernikahan ini. Bayi dalam perut Arum benar benar bukan bayi Mas Raja. Dia bayi dari laki laki lain." Rini menggenggam tangan Ratna, mereka sudah saling mengenal sebelumnya. Ratna pasti percaya pada ucapannya.

"Jangan dengarkan dia, Ma! Dia pembohong!" Raja mencegah Rini mengambil alih pikiran mamanya.

"Kalian cukup!! Jangan bikin malu mama dan papa!" Ratna menghempaskan tangan Rini.

"Sekarang cepat sahkan pernikahan kami, Pak." Raja berpaling pada penghulu, ia tak mau menunda lagi, sebelum semua orang berubah pikiran, sebelum kedua orang tuanya melarangnya menikahi Arum.

Semua orang kebingungan dengan drama yang tersuguh di depan mereka, termasuk dengan Tari dan Yono. Mereka juga tidak tahu kalau anak yang dikandung Raja adalah anak dari Abiram. Mereka juga telah tertipu sama seperti Ratna dan Bima.

"Cepat mulai ijabnya!" tandas Raja. Arum menggenggam tangan Raja dengan erat. Memintanya berhenti untuk tidak terbawa emosi. Arum sudah pasrah, bila memang ia tak bisa menikah dengan Raja, yang penting Raja tidak terluka, kedua orang tua mereka juga tidak terluka. Arum bersedia menanggung semuanya sendirian.

"Tebal muka sekali kamu Arum! Kamu yang paling tahu dengan perbuatanmukan?! Kenapa kamu masih berlindung dalam ketiak Mas Raja saat semuanya sudah terungkap?! Dasar wanita jahat kamu!" Rini menghina Arum.

"Hey! Jaga mulut kamu ya!!" Raja kembali menghalau Rini, kali ini ia benar benar akan memukul Rini bila perlu.

"Mas!!" Arum menahan Raja agar tidak gegabah.

"Katakan sesuatu Arum!" Ratna menengahi mereka, nama baiknya tercoreng karena tuduhan Rini dan Sari. Ia sudah tak punya muka lagi menghadapi para tamu dan koleganya. Kini hanya dengan meminta jawaban Arum Ratna baru bisa merasa lega dan memutuskan apakah ia harus melanjutkan acara sakral ijab sang putra tunggal kesayangannya.

"Katakan semua ini tidak benar, Arum!!" bentak Ratna. Tari langsung memeluk Arum. Ia tak mau anaknya menjadi sasaran kemarahan Ratna yang kecewa pada pilihan Raja.

"Kita pulang saja, Nak. Ibu dan Bapak masih sanggup menghidupi kamu dan cucu ibu ini," bisik Tari dengan linangan air mata. Ia tak rela bila anaknya menjadi bulan bulanan mereka semua. Lebih baik tidak menikah dengan Raja, bila kedepannya akan ada banyak masalah yang timbul, bila ke depannya cucu mereka ini akan selalu dipertanyakan.

"Bagi kami kamu sangat berharga, kami nggak ingin anak kami yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang hidup menderita karena tuduhan yang tidak benar." Yono memeluk kedua wanitanya. Jangan meremehkan cinta orang tua. Mereka rela dihina dan melawan supaya anaknya tidak disakiti.

"Hiks ... Bapak ... Ibu." Tangis Arum pecah.

"Dasar orang miskin, pintar sekali mereka bersandiwara." Sari menghina keluarga Arum. Arum mendengarnya. "Cuma tukang becak saja belagu."

PLAK!
Tamparan datang mengenai pipi Sari, hadiah dari Arum. Wanita itu berjalan menghampiri Sari yang keterlaluan.

"Jangan hina orang tuaku!" seru Arum.

"Brengsek! Aku bunuh kamu!" Rini mendorong Arum saat terlihat ada kesempatan. Tubuh Arum pun terhuyun dan akan terjatuh sebentar lagi, padahal saat itu Arum sedang hamil muda. Usia kandungannya masih rentan bila menghadapi benturan atau terjatuh.

"ARUM!" seru Raja, namun posisinya terlalu jauh untuk meraih Arum.

**** BERSAMBUNG ****

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang