"Apa kamu percaya kalau aku bilang aku berasal dari masa depan?" Arum menoleh pada Abiram, pemuda itu nampak sangat antusias mendengar pertanyaan Arum.
"Kamu percaya?" Ulang Arum.
"Aku adalah alien yang menyamar menjadi manusia," jawab Abiram dengan serius. Arum sewot, tapi memang sekonyol itulah keadaannya saat ini. Tak akan ada yang percaya kalau ia kembali dari masa depan.
"Sudahlah, pokoknya aku berasal dari masa depan sehingga aku tahu apa yang akan terjadi kelak. Contohnya, kamu tak akan memenangkan tender. Salah satu teman kerjamu akan membocorkan designmu." Arum menghabiskan sisa air mineral dari dalam botol.
Abiram mencemooh Arum dalam hatinya, ia tak percaya, tentu saja, semua orang juga tak akan percaya dengan ucapan Arum. Abiram yakin akan memenangkan tendernya, lagi pula ia percaya pada semua teman temannya. Lagi pula siapa Arum? Dia hanyalah mahasiswa semester satu yang baru saja mengenal teman temannya, sementara Abi sudah mengenal mereka kurang lebih tiga tahun ini.
"Sudahlah kalau tidak percaya. Anggaplah aku merancau karena tersengat panas?!" Arum menggerutu, ia menyalahkan cuaca yang kebetulan memang sangat panas.
*******
Keesokan harinya..
Sebuah toko bunga yang begitu indah, terletak di tengah tengah area pertokoan dekat kampus. Toko bunga yang cukup ramai, banyak orang tua, teman, sahabat, dan pacar yang membeli bunga di sinu saat ada yang wisuda.
"Selamat siang." Arum menyapa.
"Siang ... mau beli bunga apa?" tanya pemiliknya yang tak lain adalah seorang wanita cantik berusia dua puluh lima. Arum kenal dengan Serafina, dia adalah penyetor bunga bunga segar di rumahnya kelak begitu ia kaya. Seorang wanita muda yang cantik dan energik, kelak ia akan memiliki seorang anak perempuan yang cantik.
Serafina memiliki kekasih yang merupakan anak tunggal sebuah perusahaan besar. Kelak, orang tua pria itu tidak setuju dan mengusir Serafina dari hidup putra mereka dengan uang, tanpa tahu kalau saat itu ia tengah hamil. Nantinya Arumlah yang menolong Serafina.
"Apa aku boleh bekerja di sini?" tanya Arum to the poin. Dulu ia menolong Sera, sudah seharusnya Sera gantian menolong Arum.
"Bekerja di sini?" Sera tampak kaget mendengar pertanyaan Arum. Lihatlah tokonya yang kecil dan biasa biasa saja, bahkan belum ada pembeli hari ini. Tokonya hanya ramai saat musim wisuda, tak pernah memiliki pemasukan yang tetap, ia tak akan mungkin bisa menggaji Arum.
"Kumohon! Aku akan bekerja dengan baik." Arum memohon. Ia harus menghasilkan uang untuk membantu ayah dan ibunya. Uang yang halal tentu saja, dan Arum sadar, uang halal tak bisa diperoleh secara instan dalam keadaannya yang sekarang.
"Aku tak sanggup menggaji pegawai lagi, maafkan aku."
"Gaji aku bila memang pekerjaanku memuaskan." Arum menawarkan diri.
"Tapi ..." Sera mencoba menolak, tapi Arum tan peduli.
Arum tidak banyak bicara, ia langsung mengambil sapu dan juga membersihkan ruangan toko. Ia juga bisa menyiangi dedaunan yang sudah kering pada bunga. Arum mahir melakukan semua itu berdasarkan pengalamannya di kehidupan sebelumnya. Ia menata ruang tamu dengan bunga bunga segar. Ia mengambil kursus merangkai bunga milik Sera di kelas online dulu. Hingga mudah baginya membuat bunga.
"Kamu sepertinya sudah mahir merangkai bunga." Sera kaget melihat Arum yang cekatan.
"Huum, tentu saja, dulu kamulah yang mengajariku." Arum mengangguk.
"Hah??"
"Hahaha ... aku hanya bercanda." Arum kembali bekerja.
"Oh, ya, di mana Erina?"
"Erina?" Sera bingung.
"Ah, aku lupa, Erina belum lahir," gumam Arum, bayi perempuan itu bahkan belum di bentuk di dalam rahim ibunya.
Arum memilah beberapa bunga untuk di pajang di luar. Ia menulis di papan tulis dengan huruf yang lucu.
BELILAH BUNGA SEGAR UNTUK KEKASIH atau SAHABATMU! HANYA SEPULUH RIBU PER BATANG!
"Hei!" Sera kaget, ia melihat Arum menjajakan bunganya di luar, menawarkan bunga bunga itu pada siapa pun yang lewat di depan toko. Arum dengan cekatan membungkusnya dengan plastik bening dan mengikat bagian bawahnya dengan pita. Ia menyematkan sebuah kertas berisikan kata kata indah untuk kekasih atau sahabat yang tengah berjuang untuk ujian akhir.
Respon pengunjung cukup bagus menilik Arum juga seorang gadis cantik. Gadis cantik dengan apron warna pink dan juga bunga di tangan. Arum terlihat senang bisa menghasilkan banyak uang. Lima puluh tangkai bunganya terjual habis. Berikut dengan pembagian kartu nama.
"Hebat!!" puji Sera.
"Yakan? Jadi bagaimana? Mau menerimaku bekerja di sini?" tanya Arum.
"Tentu saja." Sera mengangguk, sungguh Arum adalah marketing yang handal.
Arum mengangguk bangga dengan dirinya sendiri. Ia tersenyum lebar, saat ini masih banyak prospek bisnis yang terbayang di dalam benaknya, namun belum bisa di jalankan karena kendala modal. Arum tak boleh menyerah, ia harus bekerja keras, dua tiga kali lebih keras dari masa lalunya karena kali ini tak boleh ada kecurangan.
"Silahkan beli, bunga untuk kekas--" ucapan Arum terhenti saat Raja berdiri di sampingnya. Raja berjalan mencari makan dengan Rini, dan kebetulan melihat Arum. Mereka berdua belum berbicara lagi semenjak kejadian kemarin. Rinilah yang mengajak Raja untuk menemui Arum.
"Kamu kerja di sini, Rum?" tanya Rini.
Mungkin kalau dulu, Arum akan merasa sangat kesal ketahuan miskin oleh teman temannya. Namun kali ini berbeda. Janganan malu atau pun kesal, Arum justru menawarkan dagangannya pada Rini dan Raja.
"Iya, mau beli nggak bunganya, cuma sepuluh ribuan. Sudah bisa ungkapin rasa sayang kamu ke pasangan," tawar Arum. Hanya tinggal satu biji saja di dalam keranjangnya.
"Beliin donk, yang." Rini menggoyangkan lengan Raja. Raja hanya mengangguk menyanggupi permintaan Rini.
"Eits!! Bunganya masih??" Abiram mendadak menyahut tangkai terakhir dari tangan Arum. Membuat ketiga makhluk hidup yang ada di sana langsung menoleh padanya.
"Ih ... itukan bungaku."
"Siapa cepat dia yang dapat!" Abi terkekeh, ia sudah menggenggam bunganya.
"Abi ... kamu ngapain beli bunga segala??" Arum ikutan menasehati Abiram. Ia kan masih jomblo, lebih baik bunganya diberikan pada Raja dan juga Rini yang sudah jelas jelas memadu kasih.
"Buat kamu, Rum." Jawaban itu sontak membuat semua mata kembali membulat ke arahnya.
"Selamat ulang tahu ya, Rum." Abiram memberikan bunganya ke tangan Arum sebagai hadiah. Wajah Arum menghangat saat menerima bunga dari Abiram. Woah, rasanya nano nano, baru kali ini Arum mendapatkan bunga dari seorang pria.
Wajah Raja tak kalah memerah karena amarah saat melihat Abiram memberikan perhatian besar pada Arum di depan matanya.
Rini yang semula tersenyum manis langsung berubah masam saat melihat ekspresi wajah Raja yang lecek mirip kertas bungkus gorengan.
"Wah ... wah ... seperti melihat drama di televisi," gumam Serafina sambil bergeleng. Ia mengamati keempatnya dari dalam toko.
**** BERSAMBUNG ****
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua
Storie d'amoreYa Tuhan bila saja ada kesempatan kedua ... aku pasti akan ... Pernahkan kalian berpikir semacam ini? Apa yang akan kalian lakukan bila diberikan kesempatan kedua oleh Tuhan? Arum Prawesti, seorang gadis jahat, si cantik yang menjadi pemeran antagon...