Bagaimana Ini?

4.9K 425 20
                                    

Satu minggu kemudian. Sore hari menjelang Mahgrib, Arum sibuk di depan laptopnya. Wajah cantiknya terlihat serius menekuni layar monitor. Bulu matanya yang lentik tak berkedip.

"Pisang goreng, Nak." Tari masuk ke dalam kamar Arum sambil membawa camilan untuk menemaninya mengerjakan design lomba. Batas pengumpulannya akhir minggu ini. Arum masih harus menyelesaikan detail gambar kerja sebelum mengirimkannya pada pihak promotor lomba.

"Makasih, Ibu tahu aja Arum lagi kepengen banget makan pisang goreng." Arum langsung mencomot satu dan kembali menghadap laptopnya. Masih panas, jadi Arum sesekali meniupnya dalam gigitan.

"Mau Ibu bikinin teh manis juga?" tawar Tari, sepertinya Arum begitu lelah dan butuh pengusir penat.

"Enggak, Bu. Makasih, minum air putih saja sudah cukup." Arum bergeleng, ia kembali lahap meski pun matanya tak beralih dari layar monitor.

Pet!! Mendadak mati lampu.

"Yah ... mati lampu, mana batre laptop Arum tinggal sedikit." Arum resah, masih banyak detail yang harus dia kejar, Arum butuh listrik juga untuk bekerja. Salahnya kenapa tidak mengechas laptop sejak tadi. Gara gara terlalu asyik mengerjakan pekerjaannya sampai lupa memasang kabel ke colokan listrik.

"Tumben sih nggak hujan kok mati lampu?!" Tari ikutan kesal.

"Ya sudah Arum cari cafe saja, Bu. Biasanya mereka punya listrik dan juga wifi. Arum malah bisa download bahan bahan material untuk gambar kerja tiga dimensinya." Arum bangkit, ia bergegas membereskan laptopnya masuk ke dalam tas.

"Sudah Magrib, Nak, hati hati, ya." Tari hanya bisa memberikan wejangan.

"Arum pergi dulu." Pamit Arum sambil di terangi cahaya hp jadulnya.

****

Arum tiba di cafe dekat kampus, banyak mahasiswa yang sering nongkrong di sini karena menyediakan wifi gratis dan juga colokan listrik. Tak jarang ada yang  mengerjakan tugas di sini, mereka memesan segelas kopi untuk bisa duduk berjam jam di cafe, begitu pula dengan Arum.

"Latte satu, Mas. Jangan pake gula," pinta Arum. Yup, segelas latte mengandung cukup cafein untuknya kembali fokus.

Setelah gelasnya datang Arum menempatkan dirinya ke bangku dan mulai mengeluarkan laptop, kembali bekerja. Kebetulan ada tempat duduk nyaman di pojokan dengan colokan listrik di bawah meja, pastilah sangat nyaman untuk mengerjakan pekerjaannya.

"Colokan penyelamat hidup!" kekehnya begitu menancapkan kabel ke arus listrik, laptop mulai terisi dengan daya listrik.

Arum mengerjakan tugasnya dengan kusuk sampai tidak menyadari kedatangan Rini. Rini datang dengan beberapa temannya semasa SMA dan juga Sari. Sementara mereka memesan minuman, Rini pun menyadari ke hadiran Arum. Ia melihat Arum membelakanginya sambil memainkan Laptop. Gadis itu terlihat baik baik saja padahal Rini begitu hancur. Tidak adil bukan?!

Arum justru semakin bersinar, baik di kalangan dosen mau pun teman sekelas. Bukannya hancur Arum malah semakin kokoh berdiri. Justru Rini yang semakin menelan pil pahit karena Raja mengacuhkannya. Raja menganggapnya sebagai gadis jahat yang menghancurkan hidup Arum, bukan malah membenci atau menjauhi Arum. Semuanya terbalik, Raja membencinya dan semakin dekat dengan Arum.

"Apa yang sedang ia kerjakan?" Rini mendekati Arum untuk melirik apa yang saat ini Arum kerjakan. Ternyata Arum mengerjakan design lomba. Rini kembali pada teman temannya dan mengatakan pada mereka kalau Arum ada di sana, gadis itulah yang menyebabkan Rini putus dengan Raja.

"Bagaimana harus membalasnya?" Rini bertanya tanya. Para sahabatnya menyemangati Rini, mereka ingin membalas kelakuan buruk Arum demi Rini. Mereka tahu Raja dan Rini sudah berpacaran semenjak SMA, tidak mungkin Raja bisa berubah pikiran dan melencengkan hatinya pada gadis yang baru saja ia temua kalau bukan karena di goda?!

"Aku punya ide!" Sari menyeringai.

"Apa itu?" Semuanya terlihat antusias, mereka berkumpul membentuk lingkaran kecil untuk berdiskusi. Sari berbisik, mengatakan sesuatu yang merugikan Arum.

"Kakak bilang dia tengah mengerjakan lomba." Sari memastikan informasi itu kembali.

"Iya, lomba kelas nasional. Dia harus mengumpulkannya besok sore." Rini mengangguk.

"Paling lambat besok sore?"

"Betul."

"Itu jauh lebih bagus lagi. Oke, kita rencanakan sesuai dengan ideku tadi." Sari memberikan jempol.

Keempat gadis itu mengangguk. Yang dua langsung berdiri sesuai dengan istruksi Sari, sambil membawa kopi keduanya berjalan mendekati Arum dan berpura pura bercanda. Saat bercanda, ia berpura pura tak sengaja menyenggol kopi di tangan temannya dan menyiprat ke lengan Arum. Arum kaget, ia langsung bangkit berdiri dan melepaskan cardigannya, rasa panas bisa membakar kulit.

"Akh!!" Arum mengaduh.

"Sory ... sory!" mereka berpura pura care dengan Arum. "Kami nggak sengaja, maaf ya."

"Shit!" umpat Arum dan berlari ke kamar mandi untuk membasuh lengannya yang tersiram air kopi panas.

"Saatnya!" Sari datang, dengan memincingkang sebelah alisnya Sari menuangkan kopi latte milik Arum ke atas laptopnya sendiri. Air bertemu listrik menyebabkan arus pendek yang membuat Laptop Arum konslet. Laptop itu langsung mati seketika, padahal semua pekerjaan Arum ada di sana.

"Coba lihat bagaimana caramu memenangkan lombanya."

Rini bersama semua teman temannya terkikih saat kembali ke bangku mereka. Tak ada yang peduli dengan Arum yang begitu kaget melihat laptopnya sekarat. Mereka hanya gembira saat melihat betapa cemas dan kecewanya hati Arum.

"Tidak!! Laptopku!!" Arum berlari bergegas mengecek kondisi laptopnya. Mati total karena arus pendek. Arum berubah pucat, semua design dan gambar lomba ada di dalam laptopnya dan kini laptopnya tak bisa di buka.

Duh, bagaimana ini!! Batin Arum.

**** BERSAMBUNG ****

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang