Bantuan Raja

9.4K 580 7
                                    

Tak lama Arum kembali di tengah tengah mereka, beberapa perawat bergegas mengevakuasi pak Yono ke ruang operasi. Ketiganya kini tinggal berharap harap cemas dengan kesembuhan Yono. Dua jam menunggu sorang dokter keluar dari dalam kamar operasi.

"Keluarga Pak Yono!"

"Saya!!" Arum sontak berdiri. "Bagaimana keadaan ayah saya, Dok?"

"Pak Yono mengalami gagar otak ringan dan retak di tulang paha, saat ini sudah di tanam pen penyangga supaya tulangnya kembali rekat. Untuk beberapa bulan ke depan beliau tidak boleh melakukan pekerjaan berat dengan kakinya terlebih dahulu. Karena faktor usia, kemungkinan juga pemulihannya akan berjalan cukup lama. Harus banyak meminum suplemen kalsium." Dokter menjelaskan semua diagnosanya.

"Baik, Dok."

"Oh, ya, satu lagi. Paru paru Pak Yono mengalami flek, untuk itu juga harus ada penanganan khusus. Dokter spesialis paru paru akan menindaklanjutinya. Silahkan berkonsultasi dengan beliau setelah Pak Yono siuman."

Hati Arum ambles, Yono tak hanya mengalami kecelakaan, ia juga memiliki penyakit berbahaya di organ pentingnya. Arum terlihat sangat menyesal, ia sampai terperosok ke bawah.

"Arum!!" Raja menahan lengan Arum supaya Arum tidak sampai tergeletak.

"Ba ... bagaimana ini??" Tari ikut terduduk di bangku depan kamar operasi. Hatinya pun tak kalah gundah. Bukan hanya karena penyakit suaminya, namun juga karena minimnya uang yang mereka miliki. Padahal baru beberapa bulan ini mereka mulai bisa menabung, entah kenapa malah musibah ini terjadi secara bertubi tubi menghantam kehidupan mereka bertiga.

"Belum ada BPJS di tahun ini, belum ada bantuan kesehatan dari pemerintah yang bisa menolong bapak." Arum bergumam pelan sambil bergeleng. Dikehidupannya yang kedua ini Arum mencoba mencari uang dengan cara yang halal hingga begitu lama baginya untuk mengumpulkan uang.

Arum meneteskan air mata, haruskan ia melakukan pekerjaan kotor lagi supaya bisa mendapatkan uang untuk pengobatan sang ayah??

"Jangan menangis, Rum. Katakan apa yang bisa kubantu?" Raja mencoba menenangkan Arum. Arum menoleh pada Raja dengan mata yang berkaca kaca, ia lupa dengan kehadiran Raja di sisinya. Dalam hati Arum bertanya, bolehkah ia meminta tolong pada Raja? Bolehkah ia bersandar pada pria ini? Membangun kembali ikatan takdir yang sengaja Arum potong demi merubah masa depannya? Bolehkah?

"Hiks ... hiks," tangis Arum sambil bergeleng, ia tak bisa memutuskannya.

"Aku bisa memberimu uang untuk pengobatan bapak, Rum. Tak perlu mengembalikan uang itu." Raja memang anak orang kaya, meski pun kekayaan orang tuanya belum bisa dibandingkan dengan milik orang tua Abiram.

"Tidak, mana bisa aku menerima uang darimu secara cuma cuma." Arum bergeleng, ia menolak.

"Kalau begitu balaslah dengan apa yang kamu miliki." Raja memaksa Arum supaya menerima bantuannya.

"Yang kumiliki hanyalah harga diri dan juga tubuh ini. Menurutmu, mana yang harus aku berikan?" Air mata Arum kembali menetes.

Raja diam saja, haruskah ia meminta tubuh Arum sebagai balasannya??

*****

Abiram menatap kosong ke arah design gambar buatan Arum yang ia salin ke dalam bentuk gambar kerja dua dimensi. Abiram merasa Arum begitu berbakat. Gambarnya bagus, designnya begitu menarik, ergonomis, dan juga unik.

"Jam lima, kenapa Arum belum datang?" Abiram menatap jam dinding. Biasanya Arum akan datang ke studio setelah kuliah dan bekerja di toko bunga.

"Apa dia masih marah karena masalah semalam?" Abiram mengusap bibirnya pelan, masih bisa ia rasakan sisa sisa luapan rasa dari ciuman mereka semalam. Wajah Abiram tersipu, hangat, memerah. Ia tersipu bila mengingat ciuman singkatnya dengan Arum semalam.

Abiram menggaruk kepalanya yang tidak gatal, merasa menjadi cowok berengsek yang merenggut hal berharga dari seorang cewek, namun di sisi lain, Abiram sungguh menyukai sensasinya. Ia menyukai sentuhan bibir Arum saat mengenai bibirnya.

"Dia juga tidak menghubungiku?" Abiram semakin frustasi karena ponsel Arum tak bisa dihubungi.

"Kamu belum pulang, Bi?" Yena dan Naura masuk ke dalam studio, mereka baru saja selesai berbelanja sayur untuk makan malam. Kebetulan Yena tak sengaja meninggalkan ponselnya di laci meja.

"Ah, iya, mengerjakan sesuatu." Abi menjawab ala kadarnya.

"Ngerjain apa? Boleh aku lihat?" Naura mendekati Abi ingin tahu.

"Bukan apa apa, hanya rumah tinggal kecil milik sepupuku." Abiram langsung menutup laptopnya saat ia teringat dengan ucapan Arum supaya tidak percaya pada siapa pun. Naura, Yena, dan juga Desta bisa jadi merupakan salah satu dalang dibalik kebocoran design resortnya kemarin

Ketiganya sudah lama bekerja dengan Abiram. Mereka belajar bersama, bermain bersama, dan juga teman hang out yang menyenangkan. Abiram sampai saat ini tidak percaya kalau salah satu dari merekalah yang menjual designnya ke pihak lawan. Salah satu dari mereka lah yang mengkhianati kepercayaan Abiram.

"Kalian sudah mau pulang?"

"Iya, Desta menungguku." Yena mengangguk.

"Kamu ingin aku belii  kopi?" tanya Naura.

"Tidak, terima kasih." Abiram bergeleng.

"Baiklah, kami pulang dulu."

Abiram membuka kembali lembaran lembaran gambar milik Arum. Timbul rasa rindu yang membuncah di dalam hati Abiram. Sepertinya dia benar benar telah jatuh cinta pada Arum.

"Di mana sih cewek itu?" Abiram mengambil ponselnya, tak ada tanda tanda balasan dari Arum.

*** BERSAMBUNG ****

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang