Arum menyelimutkan jaket pada punggung lebar Abi, ia menatap iba kepada pemuda itu. Arum mengelus rambut hitam Abi dengan lembut, ia merasa kasihan padanya. Seorang anak tiri, terjebak dalam konflik orang dewasa. Seberat apa pun ia berusaha tetaplah orang asing di mata sang ayah.
Abiram ingin memiliki ambisi dan tekat seperti Arum, hingga ia pun bisa diakui oleh sang ayah. Namun saat ia mulai bertekat, seseorang justru menjegalnya, bahkan berasal dari seseorang yang sangat ia percayai.
"Kamu kasihan sekali." Sekali lagi Arum menatap Abi dengan perasaan iba.
Arum bergegas membereskan barang barangnya, ia harus segera pulang, sudah hampir jam sembilan.
Arum berbalik, namun tangan Abi mencekal tangan Arum. Arum kembali menoleh ke belakang, ia melihat Abiram mengangkat kepalanya, sudah bangun. Matanya masih sipit, wajahnya tak kalah kusut dengan rambutnya.
"Mau kemana?" Abi menarik Arum hingga tubuhnya masuk ke dalam pelukan Abi. Tangan Abi langsung melingkar ke pinggang Arum dan mengunci tubuh gadis itu supaya tidak menghindar.
"Pulang, sudah malam," jawab Arum sambil meronta.
Abiram menatap Arum, pandangan mereka pun bertemu. Wajah Arum menghangat, entah kenapa jantungnya berdebar dengan hebat saat ia pun merasakan debaran di dada Abi. Arum adalah wanita dewasa, ia tahu kalau jantungnya saat ini tidak baik baik saja.
"Lepasin, Bi!" Arum memelas, namun justru tatapan matanya semakin menggoda jiwa lelaki Abi.
Abi mendekatkan wajahnya pelan pelan ke arah Arum. Bibirnya mendekat, sangat dekat hingga alunan napas Arum maupun Abi bertemu.
"Aku tak akan membiarkanmu pulang malam ini." Abiram mengecup bibir Arum. Arum terbelalak kaget.
Abiram menciumnya, mencium tepat di bibirnya. Dan herannya Arum tidak mengelak, ia tidak menoleh, atau bahkan mendorong Abi. Ia diam saja, merasakan benda kenyal itu melumat bibirnya.
Apa apaan ini???!! Kenapa dia menciumku? Aku harus bagaimana?? teriak Arum dalam hatinya, ia lantas memejamkan matanya erat erat karena bingung dalam bersikap. Ciuman pertamanya direnggut oleh si gondrong.
Abiram menarik diri, ia menelus wajah cantik Arum. Arum perlahan lahan mulai membuka matanya, ia menatap Abi yang tengah tersenyum tanpa rasa bersalah.
"I ... itu ciuman pertamaku!! Kembaliin ciuman pertamaku!!" cerca Arum. Abiram mencubit dagu Arum dan langsung melahapnya kembali.
"Uhmmm ...." Arum kaget, ia menarik bibirnya.
"Kenapa? Katanya suru kembaliin? Kalau tidak menempel lagi caranya bagaimana?" Abiram terkikih saat melihat wajah Arum memberangut. Wajah ayu itu mengerut karena kesal.
"Apa apaan sih?!" Arum turun dari pangkuan Abi.
"Kamu marah? Bukankah kamu tidak menghindar saat aku berusaha menciummu?? Aku pikir kamu tidak keberatan kita berciuman." Abiram mulai panik saat melihat Arum ngambek.
"Tentu saja keberatan. Kita tak punya hubungan apa pun." Arum menghalangi tangan Abi yang ingin mengelus rambutnya. Wajah Arum menghangat, ia sendiri juga bingung kenapa tidak menghindar.
"Maaf, aku pikir kamu rela membantuku karena kamu menyukaiku. Tidak mungkin ada yang rela mengorbankan diri bila tidak memiliki perasaan apa pun." Abiram menjelaskan alasannya mencium Arum.
"Lantas?? Kamu pikir aku mendekatimu dan kamu memanfaatkan perasaanku kepadamu dengan mencari keuntungan ini?" Arum bertanya balik. Memangnya kalau Arum benar benar menyukai Abi, Abi berhak mengambil kesempatan untuk mencium atau bahkan berbuat hal yang lebih jauh??
"Tentu saja tidak. Aku juga tidak akan melakukannya bila aku tak memiliki perasaan kepadamu." Abiram merasa bersalah, ia telah mencium Arum karena terbawa perasaan, tanpa ijin dari pemilik bibir merah ranum itu. Perasaannya pada Arum terlalu meluap saat melihat bola matanya yang berbinar indah.
Suasana menjadi canggung. Arum kembali duduk, ia tak tahu lagi harus mengatakan apa. Perasaannya campur aduk. Namun debaran jantungnya mengatakan kalau Arum juga menginginkannya.
"Maaf, aku memang brengsek, Rum. Aku terlalu terbawa suasana." Abiram menunduk, ia jadi malu dengan kelakuannya.
"Tidak apa. Hah .... aku hanya ingin membantumu sebagai teman. Aku tak ada perasaan apa pun padamu. aku juga tidak punya niatan lain." Arum bangkit.
"Anggap saja kejadian ini tidak terjadi. Aku pergi dulu."
"Rum!! Aku anterin!! Rum!!" Abiram mengejar Arum keluar namun Arum sudah meloncat masuk ke dalam bus. Rasa bersalah menghantui Abi. Sepertinya ia bertindak terlalu jauh. Terlalu terbawa perasaan, terlalu tergesa gesa.
Di dalam bis, Arum memeras jemarinya. Debaran di dadanya begitu kencang. Ia berdesir saat membayangkan wajah tampan Abi tengah mendekat ke arahnya. Arum menyentuh bibirnya, ia masih bisa merasakan benda kenyal milik Abi bersarang di sana. Arum semakin deg deg kan, wajahnya menghangat, merah sekali.
Arum tak pernah menyangka ciuman pertamanya akan terasa begitu mendebarkan? Dulu, saat bersama Raja, Arumlah yang memaksakan ciumannya. Bukan Raja. Ciuman itu terasa penuh dengan napsu, bagian dari sebuah kebutuhan biologis. Namun ciuman Abi berbeda, rasanya begitu lembut dan hangat saat menyentuh bibir Arum. Begitu manis saat terkecap, dan begitu mendebarkan saat diingat.
"Aku ... apa yang terjadi padaku?? Apa aku sakit??" Arum menangkup wajahnya, ia tak bisa menghilangkan rasa gelinya seakan akan ada ribuan kupu kupu yang menggelitik perutnya.
"Aku bisa gila!!" Arum berteriak hingga membuat semua orang menoleh kepadanya.*** BERSAMBUNG ***
Sedikit dulu ya gesss... ❤️❤️❤️ please vote dan dukung dengan komentar yang membangun. In touch follow ig @ie_fen
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua
RomanceYa Tuhan bila saja ada kesempatan kedua ... aku pasti akan ... Pernahkan kalian berpikir semacam ini? Apa yang akan kalian lakukan bila diberikan kesempatan kedua oleh Tuhan? Arum Prawesti, seorang gadis jahat, si cantik yang menjadi pemeran antagon...